Di sisi lain, Manajer Eric setia mengamati gadis di depannya yang sibuk merenggangkan jari-jari tangan. Pandangan Zoey tampak sayu seolah menerawang jauh ke masa lalu. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu.
"Nona, apa yang Anda pikirkan?" tanya Manajer Eric.
Zoey menoleh ke sumber suara. "Bukan hal penting," balasnya.
"Bukan hal penting apa yang Anda pikirkan?" tanya Manajer Eric lagi.
Rupanya dia bersikeras. Kalau sudah bersikeras seperti ini, biasanya Manajer Eric akan terus mengejar jawaban Zoey sampai dapat. Benar-benar melelahkan.
"Ck! Aku hanya memikirkan tikus tanah," jawabnya melantur.
Sering kejadian hal serupa. Saat Zoey sakit, ia tidak jarang melontarkan jawaban asal dan terkesan tidak ingin ditanya lebih lanjut. Namun bukan Manajer Eric namanya kalau mudah menyerah.
Manajer Eric pun menaikkan sebelah alis. "Tikus tanah?"
Zoey mengangguk lemah. "Ayahku pernah membongkar kolam air mancur tua di belakang rumah. Di bawahnya ada lubang tanah seperti terowongan. Aku pikir itu sarang ular, jadi aku ingin melihat lebih dekat. Tiba-tiba makhluk aneh tanpa mata muncul dari sana. Aku benar-benar takut karena baru pertama kali melihatnya—"
"Pfft!" Manajer Eric menahan tawa.
"Tertawalah sepuasmu."
"Maaf, Nona. Saya baru saja menangkap hal lucu. Saya tidak bermaksud menghentikan cerita Anda."
Zoey mengedikkan bahu. "Tidak apa-apa, bukan cerita penting juga. Syukurlah kalau bisa membuat Manajer Eric tertawa."
"Sekali lagi maaf, silahkan lanjutkan ceritanya." Manajer Eric menyeka sudut matanya yang berair akibat tertawa.
Zoey mendengus kasar. "Sudahlah, aku sedang tidak mood bercerita."
"Yah, mau bagaimana lagi kalau Anda tidak mood? Tapi saya penasaran kenapa Anda lebih takut dengan tikus tanah daripada sarang ular. Anda sesuatu yang langka."
"Aku hanya takut pada hal-hal di luar harapan," jawab Zoey datar.
Zoey pun berusaha menarik napas dalam-dalam. Kalau tidak, mungkin kepalanya bisa pecah. Masalah hidup yang datang bertubi-tubi seolah ingin menghancurkan hidup Zoey secara bersamaan. Reputasi turun, dihujat massa, dimasukkan ke daftar hitam oleh seluruh agensi, kematian Ayah akibat penyakit kronis, balas dendam Geornia, hingga penglihatan yang tak berfungsi.
Semua cobaan datang silih berganti dalam kurun waktu singkat. Dalam satu tahun, usahanya bertahan hidup dengan bayang-bayang sebagai protagonis novel bak kertas yang terbakar, lalu kertas itu berubah menjadi serpihan-serpihan hitam, menjelma sebagai abu dan dilempar angin.
Ia mengembuskan napas dengan perlahan. Seketika pikirannya menjadi lebih jernih. Di balik deretan peristiwa itu, di mana orang-orang yang dalam sekejap mengalihkan atensi mereka ke idola lain, Zoey bersyukur masih mempunyai seorang manajer di sisinya. Namun, apalah arti manajer tanpa kontrak agensi. Mimpi kecilnya sebagai bintang bersinar perlahan-lahan meredup.
"Manajer Eric," panggilnya.
"Ya, Nona."
"Bukankah aku mirip tikus tanah?" tanya Zoey muram.
"Tidak. Menurut saya, tidak mirip. Bahkan jauh berbeda."
"Tikus tanah punya mata, tapi dia tidak bisa melihat. Dia sama sepertiku."
"Tikus tanah memang punya mata dan tidak bisa melihat, tapi dia sama sekali tidak mirip seperti Nona," kekeuhnya.
Bagaimana bisa seseorang membandingkan manusia seindah Zoey dengan tikus tanah! Itulah yang dia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Revisi
RomancePenulisnya lagi sibuk mengurutkan bab cerita! Stop disturbing.