Masa Dewasa 2.9 (Cangkir Teh dan Pemulangan Dokter MA)

2 0 0
                                    


Belum dimasukkan adegan pas Eric nawarin prasyarat ke Edmund buat kerjasama terkait kunci mobil. Oh iyaa! Sama nanti kan dia dibakar, tapi belum ditentuin mau taruh di bab mana. Eh, gak denk. Masih lama soalnya nunggu adegan jati diri yang belum terkuak sewaktu ngetes ketahanan nyawa Z.

"Apa Anda mau berhenti menyayangi saya?"

"Aku selalu menyayangimu, Nak. Aku juga tetap mencintai ibumu, tetapi aku menyayangi dan mencintai kalian dengan cara yang salah."

"Tidak ...."

"Tolong sampaikan maafku pada kakakmu—Geornia. Dia pasti sangat kesulitan selama ini."

"Zoey tidak mau."

"Anak nakal." Tangannya mengelus puncak rambut Zoey. "Aku akan pergi menemui Floy dan juga meminta maaf padanya. Dia mungkin menungguku mati sambil bersiap-siap menendangku ke neraka."

"Zoey tidak mau, Ayah." Gadis itu menitikkan air mata.

"Semoga Zoey tidak cengeng lagi."

Perlahan, Tuan Hashe memejamkan matanya. Lengan pria itu terjatuh dengan lemas.

"Tidak mau, tidak mau ...." Zoey membenamkan wajahnya ke dada Tuan Hashe yang tenang. Jantungnya sudah berhenti berdetak. Gadis itu terisak. "Paman ...."

Tangisan Zoey semakin deras.

"Nona, kenapa Anda menangis?" tanya Manajer Eric, membuyarkan lamunan gadis itu.

Sejak kapan Manajer Eric tiba?

Zoey menunduk dan mengusap air mata yang berjatuhan. Akan tetapi, itu tidak mau berhenti. Dia terus mengalir seperti hujan.

"Apa kalian yang membuatnya menangis?" tanya Eric sambil menatap tajam Aisha serta Dokter Miller bergantian.

Aisha meneguk ludah, sedangkan Dokter Miller memejamkan mata sebentar. "Saya minta maaf, Mr. Willson. Saya telah mengatakan kabar buruk pada Nona Pasien."

"Tentang apa?"

"Ini tentang penglihatan Nona Pasien. Di pemeriksaan sebelumnya, saya menduga penyebab kebutaan pasien disebabkan oleh syok berat. Kemungkinan besar pasien hanya buta sementara, tetapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda Nona Pasien dapat melihat."

"Apa itu valid?"

"Ya. Tidak perlu melakukan pemeriksaan lagi ke depannya, kecuali penglihatan Nona Pasien sudah kembali." Dokter Miller menyodorkan kertas berisi resep obat yang harus ditebus kepada Mr. Willson.

Eric menatap kertas tersebut, kemudian berterima kasih. "Sebagai ucapan terima kasih, silahkan kalian nikmati teh merah buatan saya," ujarnya menyungging senyum.

Aisha dan Dokter Miller saling pandang saat Manajer Eric menuangkan teh di setiap cangkir.

"Apa Nona mau teh juga?" tawar Eric sambil mengarahkan telapak tangan Zoey agar menyentuh pegangan cangkir.

"Kamu saja," suara Zoey terdengar parau. "Aku sedang tidak ingin minum teh." Zoey berusaha mendorong cangkir tersebut.

Yang benar saja, Manajer Eric berani memberikan Zoey bekas cangkir miliknya.

"Ayolah, Nona. Teh merah dengan air hangat adalah minuman favorit Anda."

Zoey kesal sebab tidak bisa membantah perkataan Manajer Eric, mau tak mau ia menerima cangkir tersebut. Ia menggeleng samar ketika menyesap air teh. Dalam satu tegukan, Zoey menghabiskannya tanpa menyisakan satu tetes pun.

"Apakah enak?" Eric bertanya.

"Ya," jawab Zoey sambil mengusap bibir dengan punggung tangan.

Aisha maupun Dokter Miller sama-sama tercengang. Mereka semua mencium bau anyir dari dalam cangkir.

Cuma RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang