Kenapa dia menghapal nomornya? Padahal, kan, nggak jelas mau difungsikan buat apa. Status penjual wanitanya belum difix mau statusnya apa. Seingetku, dia keluarga dekat Eric, tapi simpang siur sama orang asing yang sekedar diancam.
"Maaf, Nona. Saya khawatir begitu pertanyaan Anda terjawab, Anda malah tidak jadi makan."
Mendengar jawaban Manajer Eric, Zoey pun otomatis menghentikan aksi mengunyahnya. Manajer Eric tertawa usai mengatakan lelucon yang tidak lucu tersebut.
'Apa yang Mr. Willson lakukan? Itu, kan, hanya daging kangguru.'
Edmund menaikkan sebelah alis. Sepertinya pria di sana memang ingin bermain-main dengan Zoey. Melihat dia sempat berhenti mengunyah, ia bisa tahu apa yang Zoey pikirkan. Edmund dan Zoey pernah mengecek ruang sebelah di mana tersusun rak-rak berisi botol kaca besar yang menyimpan potongan tubuh manusia. Setiap potongannya diawetkan. Maka, ada kemungkinan bahwa daging di dalam pai adalah daging manusia.
Gadis itu mengarahkan sisa pai ke mulut Manajer Eric tanpa menoleh sedikit pun. Membayangkan di perutnya tersimpan daging manusia yang dicincang, Zoey seketika ingin mual.
Omong-omong, sampai sekarang dia masih bertingkah layaknya gadis buta. Edmund heran mengapa Mr. Willson belum sadar juga bahwa Zoey hanya pura-pura?
Selain itu, interaksi keduanya sangat ambigu, terkadang membuat Edmund berspekulasi sendiri tentang hubungan tidak normal di antara keduanya. Seolah sama-sama bermain korek api dan saling mencium asap satu sama lain. Namun, dari mereka tidak melihat api selain miliknya sendiri.
"Ini belum habis, Nona," ucap Manajer Eric.
"Aku sudah kenyang," balas Zoey.
"Baiklah."
Kemudian, Manajer Eric meraih pergelangan tangan Zoey. Gadis itu cukup terkejut pada apa yang akan Eric lakukan ke depannya. Ia menggerakkan tangan Zoey yang memegang pai daging ke arah mulutnya, sehingga itu tampak seperti Eric sedang disuapi.
"Apa yang kamu lakukan, Manajer?" tanya Zoey dengan nada datar. Tengkuknya merinding. Lidah kasar Manajer Eric menyapu sebagian ujung jari gadis itu.
"Bukankah Anda menyuruh saya makan?"
Zoey mendengus kesal. "Aku memang menyuruhmu makan, tapi tidak dengan menggunakan tanganku. Ambil ini!"
"Then eat with your own self!" instruksinya setelah Manajer Eric mengambil pai daging yang dimaksud.
Tak lama berselang, dari perut Zoey terdengar gemuruh yang memalukan. Sayangnya bertepatan dengan itu, suapan pai daging terakhir telah mendarat di mulut Manajer Eric. Ocehan kakatua di balik jendela turut mengejek kebodohan Zoey, seakan menertawakan tindakan gadis berambut sebahu itu.
"Perut Anda tidak bisa diajak bekerjasama, ya?" goda Manajer Eric sembari tersenyum miring.
Zoey merutuki perutnya dalam hati. Untuk kedua kalinya, gemuruh tersebut kembali terdengar bahkan setelah Manajer Eric menyindirnya terang-terangan. Tanpa sadar ia mengeluh pada Edmund menggunakan tatapan mata.
"Aku tidak mood makan."
"Hmm." Manajer Eric lalu melirik Edmund melalui ekor matanya, membuat sosok di pojok sana tersentak. "Mau bagaimana lagi kalau Anda sedang tidak mood? Haruskah saya membeli menu lain?"
"Ya?" Zoey menyadari lirikan maut Manajer Eric, tetapi tidak berani menoleh. Tubuhnya sedikit tegang.
"Saya akan membeli menu lain yang Anda suka. Mungkin olahan sayur semua ... dan tanpa daging," tekannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cuma Revisi
RomancePenulisnya lagi sibuk mengurutkan bab cerita! Stop disturbing.