Masa Kecil 5 (Revised)

3 0 0
                                    

Di sebuah set film yang dipenuhi lampu-lampu terang dan pelengkap kamera, para pemain bersiap di posisi masing-masing. Suasana begitu hening. Beberapa dari mereka masih mencoba mengingat isi naskah. Beberapa yang lain sudah hapal di luar kepala. Itu bukan bakat yang dapat dimiliki semua orang. Mereka perlu bekerja keras.

Seseorang pun maju di depan kamera, mengangkat papan ikonik yang memperlihatkan segitiga hitam kecil tanda akan dimulainya sebuah adegan. Di papan tersebut tertera nomor adegan dan nomor pengambilan. Dia memegang clapperboard sembari memperhatikan sekitar, memastikan bahwa semua orang telah siap.

"Semua siap?"

Zoey menarik napas dalam-dalam. Ia lantas mengangguk bersama para kru serta pemain yang lain.

"Scene 7, take 2." Lalu dia menutupnya, sehingga terdengar bunyi khas yang cukup keras. 'Klak!'

Sutradara mengangkat megafon, berteriak penuh semangat. "Action!"

Dengan teriakan itu, suasana yang semula hening kembali hidup. Kamera mulai berputar dan para aktor langsung memasuki karakter mereka sesuai naskah, membangun cerita yang akan ditampilkan di layar perak. Musik pun turut berputar mengguncang panggung tersebut.

Geornia mendengus kasar. Ia memalingkan muka saat seluruh cahaya kamera dinyalakan. Tak jauh dari tempat ia duduk, sang adik tampak leluasa meski disorot puluhan kamera. Zoey mampu berdialog serta meniru gerakan sesuai naskah tanpa merasa terganggu oleh cahaya yang silau. Rambut hitamnya seolah menyerap semua cahaya tersebut.

"Ya Tuhan, dia bersinar sekali!"

Zoey memerankan penyanyi berbakat di tengah panggung sederhana. Ia menari dengan lincah sembari melemparkan senyum cerah menawan kepada penonton, diikuti kedipan mata yang menggelitik perut, membuat orang-orang berteriak kegirangan dengan jantung berdebar kencang. Pernak-pernik gaunnya berkelap-kelip seiring gerakan dia yang memutar, membuat Zoey terlihat seperti putri angsa berbulu putih.

"Zozo! Bintang biru kecilku!"

"Cepatlah dewasa!"

"Kami semua mencintaimu!"

Geornia mendecih. Posisinya berbanding terbalik dengan tempat di mana Zoey berdiri. Bersama deretan penggemar yang berbisik dan bersorak memuja aktris cilik itu, Geornia duduk di sisi tergelap. Rambut pirangnya sama sekali tak terlihat karena tidak terkena cahaya.

"Kamu tahu tidak? Aku dengar dia punya kakak perempuan," gosip salah satu di antara mereka.

Sepertinya akan muncul desas-desus baru yang merepotkan, membuat Geornia mendesah. Tidak ada hal baik jika fokus orang mulai teralihkan kepada selain pertunjukan Zoey.

"Memangnya kenapa?" sahut yang lain.

'Benar sekali. Memangnya kenapa kalau Zoey punya kakak perempuan?' pikir Geornia heran karena tidak biasanya orang-orang bergosip tentang dirinya.

"Apakah valid?" Beberapa orang mulai penasaran.

"Aku dengar sendiri dari mulut manajernya Zoey. Katanya, dia punya kakak perempuan dengan warna mata yang sama, tetapi dengan rambut kuning keemasan."

"Eh? Bagaimana bisa saudaranya mempunyai warna rambut yang berbeda? Mungkinkah dia pakai rambut palsu?" tanya seseorang tepat di sebelah Geornia.

Bahu Geornia berjengkit. Refleks, gadis itu menyentuh ujung rambutnya yang keluar dari tudung jaket. Ia jadi takut ketahuan karena sudah datang ke lokasi syuting Zoey.

"Iya, kan? Aku juga berpikir dia pakai rambut palsu. Mungkin dia sengaja memakainya karena tidak ingin menonjol seperti adiknya."

Mereka salah, jawab Geornia dalam hati. Justru Zoey-lah yang memakai lensa mata palsu agar makhluk serakah seperti kalian merasa puas. Dia sampai harus menderita dan menangis setiap malam karena bola matanya sakit.

Cuma RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang