Masa Dewasa 4.7 (Di Rumah Sakit ketemu si E)

3 0 0
                                    

Kayaknya bab ini harus diubah, deh. Agak tergesa-gesa kan nulisnya waktu itu.

Zoey terbaring di ranjang pasien, menggosok-gosok pelipisnya yang berdenyut. Cahaya matahari sore yang masuk melalui jendela memberikan rasa hangat pada ruangan, tetapi tidak mampu mengusir rasa sakit yang berputar di kepalanya. Melisa bersikeras membawanya ke rumah sakit dengan catatan laporan medisnya harus dirahasiakan. Untungnya, pihak rumah sakit setuju.

Gadis itu sangat senang. Dia masih punya mimpi menjadi idola. Setidaknya, dia berbakat memainkan alat musik. Biola adalah favoritnya. Ketika penglihatan Zoey belum pulih, Zoey ingin tetap tampil di panggung memainkan biola.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di pintu rawat inap yang mana membuyarkan lamunan.

"Siapa di sana?" suara Zoey terdengar serak.

Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang semakin mencekam. Detik berikutnya, pintu kamar terbuka dengan perlahan, dan sosok Eric, manajernya, muncul di ambang pintu. Raut wajahnya menunjukkan senyum yang tidak biasa.

Tenggorokan Zoey tercekat. Matanya melebar sempurna. "M-manajer Eric? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara pelan, hampir berbisik. Jantungnya mulai berdebar tidak menentu.

Daripada bertanya tentang apa yang ingin dilakukan Manajer Eric, ia lebih penasaran bagaimana pria tak waras itu bisa menemukannya. Dia memakai masker medis serta seragam perawat. Kemungkinan besar tengah menyamar. Entah dari mana dia mendapatkan setelan baju tersebut?

Manajer Eric tersenyum miring, mengingat jasad telanjang di salah satu bilik mandi. Tentu saja, perampasan seragam adalah ulahnya.

Eric melangkah masuk dengan tenang, menutup pintu di belakangnya tanpa mengalihkan pandangan dari Zoey. "Nona, saya datang karena saya tidak tahan merindukan Nona. Padahal baru beberapa jam, tetapi rasanya sudah lama kita tidak berbicara, bukan?" katanya sambil mendekati tempat tidur.

Dalam sekejap, Manajer Eric sudah berada di sisi Zoey. Tubuh gadis itu menegang tatkala kepalanya dielus. Tengkuknya juga merinding sebab mencium bau amis.

"Lepas," ucap Zoey sembari menggeleng lemah.

"Sssh! Tubuh Anda tidak bertenaga dan kepala Anda sangat pusing. Apa Nona ingin tahu, kenapa?"

Zoey terdiam. Visual Manajer Eric tampak berputar.

Ketidakberdayaan Zoey membuat Manajer Eric terkekeh. "Karena Anda tidak setia pada saya. Rasanya menjengkelkan melihat artisku sendiri menggandeng orang lain, tapi aku diam saja karena itu adalah Nona."

Zoey merasa pelukan Eric terasa aneh, lebih menekan daripada yang seharusnya. 'Sejak kapan dia memelukku?'

"Manajer Eric, lepaskan aku. Ini tidak nyaman," rengek Zoey mencoba mendorongnya, namun tubuhnya berat, kepalanya semakin pusing. Dia hanya bisa mendengar suara detak jantungnya yang semakin cepat.

Eric tidak menjawab, hanya mempererat pelukannya. Ia berusaha menghirup wangi di tubuh Zoey sampai habis. Di tangan kanannya, sebuah suntikan kecil berisi cairan bening tampak berkilau. Zoey meliriknya dan matanya melebar karena ketakutan.

"A-apa yang kamu lakukan?" teriak Zoey panik, tetapi suaranya hanya terdengar seperti bisikan lemah. Dia menggigit bibir bawah.

"Shhh, tenanglah, Nona. Ini hanya akan membuatmu merasa lebih baik," jawab Eric dengan nada licik. Dengan tangan kiri yang masih memeluk Zoey, tangan kanannya bergerak mendekati lengan atas Zoey, siap untuk menyuntikkannya.

Zoey merasakan dinginnya logam jarum yang hampir menyentuh kulitnya. "Ahk, Manajer Eric, jangan ...." Dia mencoba melawan, tetapi kepalanya semakin berat, pandangannya mulai kabur. Setiap gerakan terasa seperti melawan arus air yang kuat.

Cuma RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang