Masa Mimpi 1.2 (Revised)

2 0 0
                                    

Dalam sekedip mata, ruang kerja Ayah berubah menjadi halaman dengan kolam yang permukaan airnya membeku. Perasaan Zoey tidak enak. Ia pun mendongak pada langit putih yang menurunkan titik-titik putih menyerupai kristal. Kepingan kristal tersebut mengenai hidung Zoey. Dingin, membuat bahu Zoey gemetar.

Ia benci dingin.

Zoey segera mengusap hidung, kemudian berbalik untuk setidaknya berteduh ke tempat yang lebih hangat. Namun begitu menyadari perubahan tangannya, ia mendadak berhenti. Jari-jari lentik, tapi sangat kecil?

"Ini ... tanganku?" gumam Zoey sembari membolak-balikkan kedua tangan.

Sepasang sepatu muncul dengan kontras di antara tumpukan salju, ukurannya juga kecil. Sepatu itu bukan miliknya. Zoey mengangkat kepala untuk melihat si pemakai. Ternyata seorang gadis cilik berwajah murung, tatapannya menyimpan pikiran yang rumit meski tatanan rambutnya begitu rapi.

"Kakak," panggil Zoey.

Visual Geornia sama persis ketika saat ia masih berusia sepuluh tahun. Kemungkinan besar, Zoey telah berkelana ke masa lalu lewat mimpinya, tapi sosok anggun yang ia kenal tidak pernah sekacau ini kecuali di hari kematian Madam Floyen.

Jangan-jangan ....

"Aku mencarimu ke mana-mana, Zoey. Kukira kamu bersembunyi di suatu tempat," ujar Geornia terdengar lemah.

"K-kenapa Kakak mencariku?" tanya Zoey waspada.

Geornia lalu mengambil satu langkah lebih dekat. "Kamu tanya kenapa?" Kedua alisnya terangkat.

Zoey menggenggam tangan membiru di balik punggung. Udara musim salju memang dingin. Namun api di mata Geornia terus membesar seakan-akan ingin membakar apa pun di depannya.

"Apa kamu takut denganku? Kamu adalah satu-satunya saudaraku, Zoey. Aku sudah menganggapmu seperti adikku kandungku sendiri. Jangan takut ...." Kalimat itu diucapkan dengan nada kecewa. "Aku tahu kamu tidak sengaja melakukannya."

Zoey mengernyit. "Me-melakukan apa?"

Ada kenangan-kenangan buruk ketika Zoey terlalu belia untuk menyadari niat asli seseorang. Ia teringat pengasuh yang merawatnya ketika masih kecil, wanita yang kerap membisikkan sesuatu di pikiran Zoey. Itu adalah bisikan jahat yang terdengar sangat halus, sampai-sampai Zoey tidak sadar.

Apakah puncaknya hari ini?

Geornia meraih kedua lengan Zoey, membuat bocah itu terpaksa melepas genggaman di balik punggungnya. Pandangan Geornia bahkan tidak menghangat sedikit pun, justru semakin dingin. Zoey kecil paling takut terhadap ekspresi kakaknya yang sulit ditebak.

Memang apa yang sudah dilakukan Zoey?

Ia tidak ingat.

Atau mungkin ... ia tidak ingin mengingatnya.

Geornia mengetatkan cengkeraman pada lengan Zoey, membuat gadis lebih muda itu meringis kesakitan.

"Awh! Kakak, sakit." Zoey berusaha menarik tangannya.

Alih-alih melepaskan, Geornia menambah kekuatan dengan mencengkeram lebih kencang. Hal itu membuat Zoey tak kuasa menahan tangis.

"Padahal aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, Ibu juga memperlakukanmu dengan baik dan tidak pernah menyiksamu. Kenapa—" Geornia tidak sanggup meneruskan kalimatnya.

Pupil matanya bergetar, namun tak terlihat setetes pun air mata yang mengalir. Pada titik ini, Zoey yakin kantung air mata kakaknya sudah lama mengering. Dia belum pernah melihat Geornia menangis seperti anak-anak pada umumnya.

"Kak Nia, s-sakit ...," ringis Zoey sambil menitikkan bulir bening.

Geornia tersentak. "Ah, apa yang sudah kulakukan?"

Cuma RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang