Jeffrey menyusul Joanna yang sedang menangis di taman. Wanita itu duduk di ayunan sendirian. Namun saat akan mendekat, Nolan sudah terlebih dahulu datang.
Dia jongkok di depan Joanna. Sembari membawa sekotak besar tisu dan air minum. Karena tentu dia ingin menghibur.
"Aku benar-benar tidak tahu kalau hubungan keluarga istriku secomplicated itu."
Jeffrey menunggu cukup lama di dalam kamar. Meski sebenarnya dia mengantuk dan lelah. Karena baru tiba dari Papua. Namun demi keharmonisan pernikahan, dia jelas harus menahan ini semua. Harus meminta maaf pada Joanna secepatnya. Karena sudah meminta sesuatu yang sangat sulit untuk dikabulkan.
Ceklek...
Joanna kembali saat sudah jam dua tepat. Jeffrey masih terjaga. Dia tengah duduk di tengah ranjang dengan kaki bersila seolah tengah bertapa. Padahal sejak tadi dia hanya berpikir dan merangkai kata.
"Sayang, aku minta maaf."
Jeffrey bangkit dari ranjang. Dia melompat agar segera tiba di depan Joanna. Lalu memeluk si wanita.
"Aku minta maaf karena sudah membuatmu merasa tertekan. Maaf, ya? Aku tidak tahu jika keadaan keluargamu seperti itu. Seharusnya aku mencari tahu terlebih dahulu. Seharusnya aku-"
"Aku juga minta maaf karena tidak bisa menjadi istri yang sempurna. Tapi kamu harus tahu kalau sampai sekarang aku masih berusaha. Aku masih mendatangi psikolog setiap bulan. Aku ingin pulih dari ini semua. Aku ingin punya anak, aku ingin jadi ibu juga. Tapi aku takut mengecewakan. Itu sebabnya aku ingin memperbaiki diri dulu sekarang. Aku harap kamu bisa bersabar."
Jeffrey menangguk. Dia juga memeluk Joanna semakin erat saat itu. Karena jujur, dia memang agak tidak relate dengan cerita itu. Sebab sejak dulu, keluarganya harmonis selalu.
Orang tuanya tidak pernah bertengkar di depannya. Tidak pernah mempermasalahkan uang dan yang lainnya. Tidak heran jika dia begitu ingin memiliki anak, agar bisa meniru mereka. Namun tidak dengan Joanna yang justru sebaliknya.
Joanna tidak ingin meniru orang tuanya. Tidak ingin mengikuti pattern yang sama. Karena yang didapat justru trauma.
———
Hari ini adalah hari anniversary pernikahan Jessica dan Sandi. Acara ini berlangsung meriah di hotel bintang lima. Karena keluarga besar Jeffrey jelas banyak. Sehingga acara diadakan di sana.
"Sabar, ya?" Bisikan Jeffrey membuat Joanna mengangguk kecil. Karena sejak tadi, dia memang mendapat pertanyaan yang menyudutkan diri. Tentu saja pertanyaan kapan hamil. Sehingga dia tidak bisa tersenyum lebar sepanjang acara ini.
"Joanna kapan hamil? Kalian jangan terlalu lama menunda. Usia kalian sudah tidak lagi muda. Nanti susah."
"Iya, Tante. Tolong doakan saja."
"Atau kalian bermasalah? Coba datang ke dokter kandungan. Tante ada kenalan dokter obgyn yang hebat. Nanti Tate kirim nomornya."
"Iya, Tante. Terima kasih banyak."
Sejak tadi Jeffrey yang terus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Sedangkan Joanna hanya tersenyum tipis dan sesekali mengangguk si samping suami. Karena tidak ingin menyahuti. Sebab takut meledak dan merusak acara ini.
"Itu bukannya Rena dan anaknya, ya? Memangnya diundang?"
Arah pandang Joanna dan Jeffrey mulai terpusat pada pintu. Di sana ada Rena dan Kevin. Di belakang mereka juga ada Andra dan Lena yang memakai baju putih. Seolah ingin menyaingi si pemilik acara ini. Sebab dresscode kali ini berwarna merah hati.
"Mereka diundang, Jeff?"
"Setahuku tidak, Tan." Jeffrey mulai menatap sekitar. Mencari keberadaan ibunya yang tentu pasti akan marah saat melihat. Mengingat mereka masih belum berdamai atas insiden sebelumnya. Sehingga jelas Lena tidak diundang sekarang.
"Aku rasa kita harus ke sana!"
Jeffrey membawa Joanna mendekati orang tuannya. Mereka tampak tegang saat menatap kedatangan tamu yang tidak diundang. Sebab masih bermusuhan.
"Untuk apa kalian datang? Kurasa, aku tidak mengundang kalian!" tanya Jessica saat Lena mendekat. Pakaian mereka memiliki warna yang sama. Membuat para tamu jelas langsung menatap. Karena tahu jika sebentar lagi akan terjadi kerusuhan. Mengingat bukan rahasia lagi jika Jessica dan Lena sedang bertengkar dan sama-sama jago bertengkar semasa muda.
"Aku juga tidak berminat ikut bergabung sekarang. Karena kedatanganku ke sini hanya untuk memberikan ini saja. Anggap sebagai hadiah karena kalian sedang merayakan anniversary pernikahan."
Lena memberikan amplop putih pada Jessica. Amplop yang diberi pita warna merah gelap. Seolah ingin mengejek si pemilik acara.
"Aku harap Mama membukanya. Karena di dalam sana berisi keburukan menantu Mama." ucap Rena sembari melirik Joanna. Membuat Jeffrey yang sejak tadi menahan marah mulai menggenggam erat tangan istrinya.
"Tidak perlu buka, Ma! Tidak penting juga. Aku akan usir mereka!" Jeffrey melepas tangan Joanna. Lalu berjalan cepat ke arah mereka. Hingga tanpa sadar menabrak Kevin yang kini menghantam tubuh Lena.
"Kamu akan menyesal Jeffrey!" seru Rena dengan suara nyaring. Dia membantu tubuh Kevin agar bisa berdiri tegak lagi. Sedangkan Lena yang hampir jatuh tertabrak Kevin mulai berkacak pinggang saat ini. Sembari menatap Jessica dan Sandi.
"Kami akan pergi! Tapi kamu harus buka amplop ini! Di sini!"
Jeffrey yang sudah bisa menebak apa isi amplop tentu tidak mau berdiam diri. Dia langsung merebut amplop ini. Kemudian dikantongi.
"Tidak penting sama sekali! Sebaiknya kalian pergi jika hanya ingin mengacau di sini!"
Jeffrey menatap tajam Lena dan Andra. Sedangkan Kevin yang sejak tadi sudah kesal langsung meraih amplop yang kini masih terlihat di kantong celana. Kemudian mengeluarkan isinya dengan tergesa.
"Ini kelakuan Tante Joanna! Dia tidak pantas menjadi bagian dari keluarga kalian!"
Isi amplop berhamburan di kepala mereka. Karena Kevin sengaja melempar isinya ke udara. Agar informasi yang ingin ditunjukkan cepat tersampaikan.
Jeffrey dan yang lain jelas terkejut akan kelakuan Kevin. Terlebih Joanna yang sejak tadi sudah terkena serangan panik. Dia tampak ketakutan saat ini. Kedua tangannya bahkan sudah bergetar saat digenggam Jeffrey. Meski tahu jika suaminya tidak mungkin mempermasalahkan hal ini dan akan membela dirinya mati-matian nanti.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
GET TO KNOW BETTER [END]
RomanceJoanna dan Jeffrey menikah karena perjodohan. Kisah klise yang sering berakhir menyedihkan. Namun Joanna berusaha menolak segala penderitaan. Sebab tidak ingin berakhir menyedihkan karena menikahi pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya.