Sah

1.6K 115 5
                                    

Ini ada satu part aku skip. Kenapa? Karena kontroversi. Jadi, aku gak berani posting. Tapi masih nyambung, kok. Hehehe


Setelah lamaran singkat waktu itu, akhirnya hari ini Jendra dan Narumi mengikat janji suci. Sebelum itu tentu melewati proses yang panjang. Dan akhirnya terselesaikan nyaris berbulan-bulan kemudian.

Kini, mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri di hadapan Tuhan dan negara. Keduanya sedang di perjalanan menuju hotel. Mereka tidak menggelar resepsi karena memang hanya ingin dihadiri keluarga saja.

"Mas Casuami, eh, udah suami, ya?" Narumi terkekeh sendiri. Dia geli mendengar panggilannya. Kini, Jendra sudah berstatus suami, bukan calon suami lagi seperti beberapa waktu lalu.

"Kenapa, Istriku?" Jendra tak kalah geli. Walau geli, dia menyukai panggilan itu.

"Mau pakai gaya apa nanti?" tanya Narumi spontan.

Pikiran Jendra sudah membayangkan yang tidak-tidak. Pria itu berkedip beberapa kali. Dia belum berani menyimpulkan, takut salah, malah berujung malu.

"Gaya bebas boleh, gaya punggung pun oke. Terserah, kamu suka yang mana," jawab Jendra berusaha senetral mungkin. Walau kupingnya sudah memerah hingga menjalar ke wajah.

Narumi yang melihat itu, terkikik geli. Dia sudah menduga, pasti Jendra berpikiran yang tidak-tidak.

"Mas mikir apa, hayo?"

"Hah? Mikir apa? Kan, tadi kamu nanya mau gaya apa? Renang gaya punggung dan bebas, kan? Kamu mau berenang, kan?" tebak Jendra asal. Entah kenapa dia berusaha menutupi pemikiran mesumnya itu. Padahal, sebelum ini mereka suka membahas hal-hal terkait sex.

"Oh, bener, sih. Aku mau berenang dulu. Kirain Mas Suami mikir jorok, abis kupingnya merah banget gitu," tebak Narumi acuh. Dia memilih memperhatikan kendaraan lain.

Jendra menghela napas pelan. Dia pun kembali fokus pada jalanan. Ia tak tahu mengapa malah merasa gugup. Padahal, mereka sudah saling melihat satu sama lain, bahkan nyaris melakukan penyatuan. Akan tetapi, setelah resmi menikah, malah salah tingkah bukan main.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah hotel berbintang daerah Bandung. Jendra sudah booking beberapa hari lalu untuk menginap tiga malam empat hari. Tadinya, ia berniat ke Singapura atau Thailand, tetapi Narumi lebih memilih yang dekat saja. Katanya biar tidak terlalu kelelahan. Padahal, ya, tidak lelah juga, cuma turun naik pesawat. Akan tetapi, yang namanya Narumi kepalanya keras seperti batu kali, dan gak bakal jadi lembek walau dirayu pakai iming-iming berlian sekalipun. Alhasil, Rajendra menurut saja. Toh, mereka juga harus segera bekerja karena terlalu banyak ambil cuti selama beberapa bulan ini karena mengurus pernikahan.

"Wah, kamarnya bagus banget, Mas!" pekik Narumi ketika mereka memasuki kamar tipe suite itu.

Wanita itu berlarian ke sana kemari seperti baru pertama kali menginjakkan kaki. Padahal, dia juga sering menginap saat menemani Jendra ke luar kota.

"Jangan lari-lari, Saya--"

Belum lagi kering air liur Jendra, Narumi sudah terjerembab karena kesandung kakinya sendiri. Alhasil, keningnya mendarat mulus di lantai. Narumi mengaduh, merasakan perih yang lumayan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang