38.

6K 422 29
                                    

Rendi memperhatikan gerak-gerik Saka yang tengah berjalan menuju gerbang sekolah. Bel pulang sudah berdering sejak 20 menit yang lalu dan sebagian besar siswa tentu sudah berhamburan keluar sekolah. Namun Rendi nampak masih betah di tempatnya. Berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di tembok pembatas menghadap ke arah lapangan dan gerbang sekolah.

"Betah amat di sekolah."

Suara yang tentu sudah Rendi kenal langsung membuat perasaan Rendi dongkol begitu terdengar di telinganya. Ia menoleh ke sebalah kiri, lalu berjalan dengan langkah besar kemudian tanpa aba-aba ia menarik kerah seragam Zakri dan menyudutkannya ke tembok.

"Sebenernya apa mau lo, sialan?! Ngapain lo pake nyeret Saka ke urusan lo itu?!" ujar Rendi penuh amarah namun tetap dengan suara rendah. Ia tak mau pembicaraan mereka di dengar oleh orang lain.

"Mau gue? Ya simple aja. Ary ketangkep dan masuk ke penjara. Oh, atau ... Mungkin kalo dia dapet hukuman mati itu lebih bagus."

Dengan perasaan marahnya Rendi langsung menghantam pipi tirus Zakri dengan bogem mentahnya hingga anak itu terhuyung ke lantai.

"Lo gak tau lagi berhadapan sama siapa." ujar Rendi dengan tatapan menusuk.

Zakri menekan pipinya yang terasa nyeri dengan lidahnya. Ia tersenyum seolah meremehkan kemampuan Rendi yang sama sekali tidak ada apa-apa baginya. Zakri berdiri lalu berjalan perlahan mendekati Rendi.

"Kok lo semarah itu sih, Ren? Gue cuma berniat baik loh. Gue kejar si Ary, jeblosin dia ke penjara, Saka bisa balik ke kehidupan normalnya tanpa merasa di sekap sama Ary ... Dan lo, sama kembaran lo itu, bebas." ujar Zakri memelankan suaranya di akhir yang terdengar seperti bisikan karena jaraknya dengan Rendi yang sangat dekat.

"Lo gak tau apa-apa, jadi gak usah ikut campur." balas Rendi penuh penekanan.

Zakri lagi-lagi tersenyum remeh. "Gak tau apa-apa? Ya ampun Ren, lo beneran ngelupain gue ternyata. Udah di cuci kah otak lo sama si psikopat itu, hm?"

Rendi mengerutkan alisnya. Ia tidak mengerti arah pembicaraan Zakri. Memang kapan dia kenal Zakri sampai anak itu bisa bilang kalau dirinya telah melupakannya?

"Hm? Diem? Kenapa? Sama sekali gak inget gue siapa? Lo beneran udah lupa total sama gue Ren? Sampe waktu itu gue harus ngenalin diri gue lagi ke lo?"

"Apa maksud lo, brengsek?! Gak usah kebanyakan bacot!"

Zakri terkekeh pelan lalu menggelengkan kepalanya.

"Padahal belom lama loh kejadiannya, tapi kok bisa ya si Ary itu ngehapus semua ingatan lo secepet itu? Lo gak inget kenapa lo bisa terikat sama si Ary? Lo gak inget orang yang udah nyerahin lo demi uang ke pembunuh itu? Lo sama sekali gak inget ... Soal masa lalu kita?"

Pertanyaan beruntun dari Zakri membuat jantung Rendi terasa seperti di hantam palu besar. Degup jantungnya bertambah cepat secara tiba-tiba. Rasa ngilu mulai menjalar ke sekujur badan Rendi hingga berkumpul di kepalanya yang langsung membuat nyeri yang tak tertahan.

"Gue ... Gak ngerti, maksud lo apa ..."

Tatapan Zakri terlihat sangat dalam ke arah Rendi. Zakri melangkah mendekat dengan perlahan, perlahan-lahan hingga benar-benar memojokan Rendi ke tembok.

"Lo di apain sama dia, Ren? Di cekokin obat? Di manipulasi? Apa yang udah dia lakuin ke lo, Ren? Kenapa lo sampe lupa total sama gue?" tanya Zakri kembali beruntun namun tatapannya terasa berbeda.

Situasi di antara mereka kini terasa sangat sunyi. Rendi yang masih kebingungan sama sekali tak mampu membuka mulut untuk menjawab salah satu pertanyaan Zakri.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang