12.

826 37 0
                                    

Matahari belum sepenuhnya naik ke permukaan, dan langit pun masih berwarna biru keabuan karena waktu yang menunjukkan pukul 5:30 pagi. Ary menghetikan mobilnya di depan rumah Bu Melly kemudian turun sambil membawakan satu kresek hitam berisi lemak daging pesanan Bu Melly.

Dengan sedikit berhati-hati, Ary membuka pintu oagar rumah Bu Melly lalu berjalan ke arah pintu. Ia mengetuk pintu berwarna cokelat itu, menunggu dengan sabar si pemilik rumah membukanya.

Angin dan suhu udara hari ini terasa lebih dingin dari biasanya. Ary menengadah ke atas langit untuk memperkirakan bagaimana kondisi cuaca hari ini, yang menurut firasatnya akan turun hujan lebat.

Suara pintu yang dibuka mengembalikan atensi Ary ke arah pintu. Namun bukan sosok wanita yang membukanya, melainkan Saka yang mengintip dari celah pintu yang dibuka.

"Loh? Ngapain Bang Ary pagi-pagi ke sini?" tanya Saka heran.

"Mau nganterin pesenan Mama kamu." jawab Ary sambil menunjukan kantung kresek di tangannya.

"Oooh, yaudah sini. Uangnya biar gue ambilin."

Ary mengangguk dan kembali menunggu Saka mengambilkan uang yang di maksud. Dalam diam Ary memperhatikan area sekitar perumahan Saka. Tempat yang cukup sepi di beberapa waktu, ia sudah memperhatikan hal itu saat ke rumah Saka untuk membantu anak itu belajar selama ujian kemarin.

"Nih, uangnya." ujar Saka yang telah kembali sambil menyodorkan uang 100.000 pada Ary.

"Kata Mama lebihnya ambil aja, gak usah di kembaliin." sambungnya menyampaikan pesan Ibunya yang kebetulan sedang di kamar mandi.

"Iya, makasih. Udah mau berangkat? Jam segini udah rapi?" tanya Ary yang sedikit bingung melihat Saka yang sudah rapi dengan seragamnya.

"Nanti jam enam berangkat. Ada urusan dulu."

Sebelah alis Ary terangkat. "Sok sibuk banget pake ada urusan pagi-pagi." ledek Ary dengan senyum miring, khas bagaimana orang yang tengah meledek atau meremehkan sesuatu.

"Emang gue gak boleh punya kesibukan? Lagian lo repot banget sih Bang, pake nanya-nanya."

"Ya bukannya repot sih, cuma aneh aja ngeliat anak kayak kamu punya urusan pagi-pagi. Orang kantoran aja gak bakal mau sih di bikin punya urusan sepagi itu."

"Dan kebetulan gue bukan orang kantoran. Udah lah Bang, mending lo pulang. Emang gak jualan?"

"Saya pengusaha, terserah saya mau kerjanya kapan."

"Pantes gak kaya kaya. Cara kerjanya aja begitu."

"Masa iya saya gak kaya? Kamu aja bisanya nganga doang ngeliat motor saya waktu jemput kamu."

Balasan santai dari Ary seketika membuat Saka kicep. Ingatan soal betapa gagahnya wujud motor sport Ary tentu membuat siapapun berpikir bahwa motor itu berharga di atas 100 juta.

"Terserah lah."

Ary tersenyum. "Jangan lupa bawa payung, kayaknya hari ini bakal hujan deras." ujar Ary mengingatkan.

"Gue lempar kancut nanti biar gak hujan." balas Saka.

"Haha, kamu begonya gak cuma di pelajaran ternyata. Pake cabe sama bawang di tusuk lidi kalo biar gak hujan."

Meski sebenarnya gengsi, tapi Saka hanya bisa tersenyum untuk menahan tawanya yang ingin meledak.

"Udah ya, saya pamit dulu. Jangan lupa bawa payung." ujarnya mengingatkan lagi.

"Bawel."

Ary hanya mendengus sebelum kemudian ia pergi dari rumah Saka.

******************

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang