"Saya pergi dulu ya. Mudah-mudahan gak sampe dua hari urusan saya selesai biar Senin saya bisa anter kamu sekolah."
Saka yang sedang berdiri di depan pintu hanya tersenyum seadanya.
"Gak papa, santai aja. Nanti aku naik angkot sendiri juga bisa."
Ary sempat diam beberapa saat sebelum tiba-tiba ia mencium pipi kiri Saka yang tentu membuat yang lebih muda terkejut namun hanya bisa melotot sambil memegangi pipinya.
"Saya seneng kamu balik lagi jadi anak baik begini. Jangan nakal lagi ya, saya gak akan lukain kamu kalo kamu tetep baik." ujar Ary sambil tersenyum.
Saka yang mendengar itu hanya bisa salah tingkah. Di satu sisi ia merasa takut, namun di sisi lain ia mengakui kalau ada rasa senang dan lega saat Ary juga bersikap baik padanya.
"Saya berangkat ya. Makanan semuanya ada di kulkas. Saya juga udah isiin laci snack kalo kamu mau ngemil. Baik-baik di rumah, oke?"
Saka hanya tersenyum dan mengangguk. Ary sempat mengusak rambut Saka yang sedikit berantakan sebelum kemudian membawa pergi motornya keluar dari halaman rumah Saka.
Selepas kepergian Ary, Saka langsung masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Hari Minggu ini ia tak berencana pergi kemana pun, karena ada hal lain yang ingin ia lakukan, yaitu mencari beasiswa untuk kuliah ke luar negeri.
Saka kini berada di kamarnya, dengan laptop yang baru ia nyalakan dan siap ia gunakan.
"Ah, iya. Untung inget." monolognya.
Saka segera membuka browser pencarian lalu menuliskan VPN download. Ia memasang perangkat tambahan itu dengan tujuan supaya Ary tidak bisa melacak aktivitasnya di internet. Ia tidak mau misi "kabur" nya ini ketahuan oleh Ary di saat dirinya belum memulai apapun.
Begitu VPN sudah terpasang dan di jalankan, Saka segera mencari beberapa beasiswa yang sekiranya bisa membantunya untuk kuliah di luar negeri setelah tugasnya untuk membantu Zakri selesai.
Meski dirinya sendiri sebenarnya tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, tapi setidaknya ia harus menyiapkan sesuatu untuk mengamankan dirinya, baik dari hukum maupun dari Ary.
Satu per satu informasi beasiswa ia kumpulkan, baik itu dari negara maupun lembaga swasta. Dengan teliti kedua matanya bergulir membaca setiap persyaratan yang di cantumkan lalu menandai beberapa poin syarat yang sekiranya bisa ia penuhi dan memisahkan poin-poin yang ia harus berusaha ekstra terlebih dahulu.
Sementara itu, Ary sebenarnya pergi ke luar kota di mana ia harus menemui beberapa orang yang memang memiliki "urusan" dengannya.
Ary menaruh motornya di rumah lalu menggantinya dengan mobil sebelum kemudian segera melaju ke tempat tujuannya.
Perjalanan yang Ary tempuh selama lebih dari 6 jam di jalan tol itu berakhir pada Ary yang tiba di sebuah lokasi hutan. Hutan itu merupakan tempat rahasia di mana dirinya memiliki sebuah bangunan yang ia fungsikan untuk "menampung" para korbannya yang hanya tinggal seonggok jasad.
Ary berjalan masuk ke dalam hutan karena memang mobil tidak bisa masuk. Perjalanannya cukup jauh karena lokasi bangunan yang ia punya benar-benar ada di dalam pelosok hutan.
Setelah berjalan kurang lebih 800 meter dari depan hutan, muncul 4 orang laki-laki berpakaian serba hitam yang wajahmu di tutupi buff berwarna hitam dan juga topi dengan warna yang sama.
"Udah pada ngumpul?" tanya Ary.
"Udah, Mas." jawab salah satu dari mereka.
Ary dan keempat pria itu terus berjalan ke dalam hutang. Setelah kurang lebih 30 menit, mereka tiba di sebuah bangunan yang terbuat dari tembok beratapkan seng. Ary masuk ke dalam bangunan utu sementara 4 lelaki yang bersamanya bertugas berjaga di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
General FictionMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...