13.

9.2K 572 13
                                    

Sejak kejadian Ary yang tiba-tiba menjemput dirinya dan Ica di mall, Saka benar-benar merasa seperti kehilangan semangatnya untuk mendekati Ica. Di tambah lagi dengan kondisi pagi ini, hari Sabtu, hari pertama dari akhir pekan yang seharusnya bisa ia pakai untuk pergi berdua dengan Ica, malah harus berakhir dengan dirinya yang menyambut kedatangan Ary yang tak diundang oleh siapapun.

"Mau jogging bareng?" tanya Ary. Kelak itu bahkan tersenyum seakan kemarin interaksi antara dirinya dan Saka berjalan normal seperti biasa.

"Gak!"

Saka langsung menutup pintu rumah dengan keras, berharap Ary tahu bahwa dirinya sangat kesal pada pemuda itu dan pergi dari rumahnya.

"Itu kalo pintunya rusak uang jajan kamu Mama potong buat beli pintu baru." ujar Melly mengancam sambil membuat teh paginya.

"Minta aja tuh ke si Ary. Dateng ke rumah orang gak tau waktu." gerutunya kesal lalu duduk di kursi makan.

"Loh? Ada Ary?"

Melly segera berjalan ke arah pintu dan itu malah membuat suasana hati Saka semakin berantakan, tapi ia tak ambil pusing dan memilih membuat sarapannya sendiri dengan roti dan selai cokelat.

"Kamu di ajak jogging tuh. Ikut sana!" ujar Melly begitu kembali ke dapur.

"Gak. Males. Lagian Mama juga kenapa pake ngiznin dia sih? Orang cuma tukang daging di pasar aja kok Mama kayak akrab banget sama dia?"

"Ya emang gak boleh akrab sama pedagang? Lagian juga siapa yang bakal mikir kalo Ary itu tukang daging di pasar? Orang dia aja ganteng kayak artis begitu, gak bakal ada yang ngira juga lah dia cuma tukang daging."

Saka mendengus kemudian tetap sibuk memakan rotinya. Melly menghembuskan napasnya dengan gemas, berjalan mendekati putranya lalu menyeretnya keluar.

"Aduhh Mama apaan sih??" Berontaknya dengan kesal ketika ia di seret saat sedang makan.

"Udah sana, kamu olahraga. Badan bentuknya kayak triplek gitu siapa yang bakal mau sama kamu? Udah sana."

Saka merengut kesal di depan pintu. Ia mendelik tajam ke arah Ary yang hanya berdiri santai sambil bersandar pada tembok rumah.

"Ayo."

Saka mendengus lalu memakai sepatu yang ada di rak dengan asal-asalan.

"Anjing lo." gumamnya mengumpat ke arah Ary kemudian ia berlari lebih dulu.

Rute lari mereka tidak begitu jauh, hanya keliling komplek perumahan tempat Saka tinggal beberapa kali sebelum akhirnya mereka berhenti di depan sebuah warung begitu kaki sudah terasa kencang.

"Tunggu di sini. Saya beliin minum." ujar Ary sambil terengah. Ia cukup terpukau dengan kemampuan lari Saka yang tergolong cepat meski hanya berlari santai.

Saka menduduki sebuah kursi kayu yang ada di depan warung. Keringat sebiji jagung terus mengalir dari kening dan pelipisnya, membuat rasa panas di tubuhnya semakin terasa.

Ary kembali lalu menyodorkan satu botol air dingin pada Saka. Mereka berdua nampak berkeringat dan kelelahan, namun yang nampak seksi menggoda adalah Ary. Terbukti saat ada beberapa wanita yang lewat di depan mereka, mata para wanita itu sempat melirik ke arah Ary yang berkeringat dan membuat kaus pas badannya mencetak jelas lekuk tubuhnya yang berotot kencang.

"Laper gak?" tanya Ary sambil menyeka keringatnya dengan tisu yang ia beli.

"Menurut lo? Lari sejauh itu lo pikir gak pake tenaga??" balas Saka dengan nada yang judes. Ja kesal dan lelah, tapi masih harus menerima basa-basi dari Ary.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang