Suara kulit tubuh yang bergesekan dengan kain seprai dan selimut terdengar cukup nyaring di pagi yang sunyi. Ini hari Sabtu, dan sekolah Saka libur sehingga anak itu terlihat masih pulas dalam tidurnya.
Ary adalah orang yang pertama bangun, namun ia masih betah memeluk tubuh remaja yang lebih kurus darinya itu.
Semalam setelah mereka sampai di rumah Saka, sempat terjadi cekcok besar antara dirinya dengan Saka. Anak itu menjadi sangat ketakutan pada Ary, apalagi setelah Ary nyaris mencekiknya sampai mati di mobil. Saka sempat mengamuk dan melakukan segala cara agar Ary menjauh darinya, termasuk melempar berbagai macam benda yang bisa diraih oleh Saka ke arah Ary yang untungnya tidak ada yang membuat luka serius.
Sebenarnya Ary bisa saja mengeluarkan sisi bengisnya agar Saka kembali menurut, tapi ia merasa tidak ingin memperkeruh keadaan. Ary bukan orang yang rumit, bisa di bilang prinsip hidupnya adalah "jangan ganggu aku maka aku akan diam" sehingga bisa membuatnya menurunkan egonya untuk Saka.
Ary yang sudah 100% sadar dari tidurnya hanya bisa diam memeluk Saka sambil menatap rambut anak itu yang tidur membelakanginya. Napas Saka terlihat teratur, tapi posisi tidurnya meringkuk seperti melindungi diri. Ary tahu Saka masih takut padanya, dan mungkin saat bangun nanti Saka akan kembali mengamuk padanya.
Enggan terlalu lama rebahan, Ary bangun dari posisinya perlahan-lahan agar tidak membangunkan Saka. Bahkan kamar Saka yang mereka pakai tidur pun jadi seperti kapal pecah karena anak itu terus saja mengamuk padanya hingga akhirnya jatuh lemas karena kelelahan dan kehabisan tenaga.
Satu per satu barang yang berserakan di kamar Ary bereskan ke tempatnya. Mungkin jika ada yang melihat mereka tidak akan percaya kalau Ary sudah merenggut banyak nyawa hanya untuk kepentingannya sendiri. Tapi Ary jujur dari hatinya yang sedingin es, ia sangat menyayangi Saka melebihi dirinya sendiri. Ia hanya ingin Saka bersamanya, untuk selamanya.
Begitu kamar Saka sudah rapi, Ary bergegas keluar untuk ke kamar mandi dan membuatkan sarapan untuk Saka. Entah kapan anak itu akan bangun, tapi Ary sendiri tak yakin Saka akan cepat bangun selama ia tahu kalau Ary masih ada di rumahnya.
Di sisi lain, Saka sebenarnya sudah terbangun jauh sebelum Ary bangun, tapi ia memilih untuk pura-pura tidur karena tak ingin berurusan dengan Ary. Ia sebenarnya memikirkan rencana untuk melarikan diri dari Ary. Ia sudah tidak tahan dengan sifat monster pemuda itu yang suatu saat pasti akan menyeretnya ke dalam masalah besar. Namun di sisi lain ia masih punya tekad untuk menyelesaikan sekolahnya agar bisa hidup mandiri dengan kondisi yang lebih baik dan normal.
Saka yang sudah membuka mata kini hanya diam melamun sambil menatap lemari bajunya yang tepat berada di depannya. Suara berisik dari dapur sudah memberi tahunya dengan jelas kalau Ary masih ada di rumahnya.
"Gue cuma harus bertahan satu bulan lagi. Ya, satu bulan, setelah itu gue cabut dari kota ini." monolognya sebelum kemudian bangun dari posisinya.
Langkah santai Saka bergerak menuju ruang tengah. Ia tak berniat mendatangi Ary di dapur, bahkan berpikir untuk memakan makanan yang dibuat Ary pun rasanya Saka tak selera.
Saka duduk di sofa, hanya berdiam diri seakan memang membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada fungsinya. Sejenak ia kembali memikirkan Ibunya yang sekarang entah ada di mana. Kenyataan bahwa sang Ibu memiliki keterikatan keluarga dengan Ary saja sudah membuatnya merasa di tiban batu besar, sekarang ia malah di tinggal berdua dengan Ary yang bisa dibilang masih untung karena mau membiayai Saka.
Satu-satunya alasan yang ada di pikirannya mengenai sang Ibu yang meninggalkannya pasti semua karena Ary. Tapi sebenci apapun Saka pada Ary, rasanya ini bukan waktu yang tepat untuk memberontak berlebihan. Jiwa psikopat Ary sama sekali tak bisa Saka tebak. Kemarin Ary saja hampir membunuhnya, bagaimana kalau dirinya kabur secara terang-terangan? Mungkin di bunuh masih lebih baik, tapi kalau kedua kakinya di potong dan Saka di biarkan begitu saja bagaimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
General FictionMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...