Pagi yang sedikit mendung, Saka yang sedang sarapan sambil menonton TV tiba-tiba terdiam dengan tatapan yang fokus ke arah TV. Tayangan berita pagi menjadi teman sarrapannya, namun berita yang di laporkan membuat bulu kuduknya merinding.
["Saudara, telah di temukannya seorang jasad laki-laki di sebuah gang dekat minimarket X. Jasad ditemukan oleh penjaga minimarket yang melapor bahwa ada bau bangkai menyengat yang masuk hingga ke dalam toko. Bersamaan dengan temuan jasad laki-laki tersebut, polisi juga menemukan jasad seorang laki-laki lain yang ditemukan di lokasi berbeda dalam kondisi tubuh yang sudah termutilasi." ]
"Ih, serem banget ya. Orang-orang tuh lagi pada kenapa sih? Heran Mama, kalo nonton berita isinya orang jahat semua." ujar Melly mengomentari berita yang di tonton anaknya.
"Semalem aku ngelewatin gang nya itu tau, Mah. Mernding baget pas ngeliat ada garis polisi di dalem gang." lapor Saka pada Ibunya.
"Mending kamu hati-hati deh, jangan sering keluar malem-malem kalo gak mendesak. Kalo ada jajan atau barang yang mau di beli mending belinya sekalian pas pulang sekolah atau nggak pas masih sore."
"Iya. Mama juga hati-hati, orang yang suka bunuh-bunuh kayak gitu suka gak ketahuan ada di mana. Bisa-bisa ternyata malah ada di deket kita lagi."
Melly menganggukan kepalanya menyetujui ucapan sang anak. Sarapan Saka telah tandas dan ia membawa piring kotornya ke dapur untuk sekalian ia cuci sebelum berangkat sekolah.
"Saka jalan sekarang ya, Mah." ujar Saka pamit pada Ibunya.
"Iya, hati-hati. Good luck buat ujiannya hari ini."
Saka tersenyum sambil mengangkat kedua jempolnya. Ia kemudian berjalan meninggalkan rumah menuju halte bis yang ada di dekat rumahnya untuk naik angkot.
Zzzzz
Saka merogoh saku celana sekolahnya saat merasakan getaran singkat dari ponselnya. Ia melihat ada notifikasi chat dari Ary.
[ "Udah di sekolah?" ]
[ "Lagi di jalan." ] read.
[ "Oke. Sukses buat ujian hari ini ya, sebelum jam masuk baca lagi catatan yang semalem di bikin." ]
[ "Iya, Bang. Makasih.." ] read.
[ "" ]
Saka kembali memasukan ponselnya namun kali ini ke dalam saku seragam atasnya. Semenjak ia bertukar nomor ponsel dengan Ary semalam, beberapa kali pemuda itu menunjukan kepedulian yang besar akan pendidikan Saka tanpa di minta. Ia bahkan dengan senang hati menandai buku belajar Saka agar nantinya Saka bisa merangkumnya dengan lebih mudah.
Sementara itu di pasar tempat Ary berjualan, seperti biasa para pembeli yang kebanyakan ibu-ibu sedang berkumpul di depan kios Ary untuk membeli daging, sekalian cuci mata dalam niat terselubung.
"Duuh, Mas nya ini ganteng banget, tapi sayang malah kerjanya jadi tukang daging."
Ary melirik ke arah seorang wanita, yang ia pikir usianya sudah lewat 50 tahunan karena keriputnya yang sudah cukup banyak dan jelas namun masih berdandan layaknya ABG.
"Ya emang kenapa Bu kalo tukang daging? Kan kerjaannya halal, bisnis ini tuh." sahut pembeli lainnya yang tepat berada di sebelah si wanita tua dengan pakaian senam berwarna hijau neon itu.
"Ya emang gak papa sih, cuma kan sayang aja gitu muka dan badan sebagus itu masa kerjanya cuma motong-motong daging di pasar kayak gini. Lebih cocok jadi artis ini mah. Hmmm, kalo aja kerjaan Mas nya lebih mentereng dan gajinya lebih gede, pasti udah saya jodohin sama anak saya deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
قصص عامةMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...