Jam dinding di rumah Ary sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun pemuda berparas rupawan itu nampak masih belum ingin masuk ke kamarnya untuk tidur.
Suasana hening rumah Ary terasa cukup mencekam bagi siapapun yang tak terbiasa, namun bagi Ary, rumahnya adalah surga ketenangan yang sangat ia butuhkan.
Ary tengah sibuk di dalam ruangan yang ada di sebelah kamar eksekusi. Kedua tangannya nampak telaten memasukan satu per satu toples kaca ke dalam sebuah kotak berukuran cukup besar.
Suara dering ponselnya yang ia taruh di meja mengalihkan perhatiannya. Ia berjalan untuk mengambil ponselnya, melihat sebuah nama yang tertera di layar panggilannya.
"Halo," ujannya sebagai pembuka obrolan di telepon.
"Keluar. Gue di depan."
Tanpa membalas ucapan seseorang itu, Ary segera keluar rumahnya dan melihat sosok seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam dan wajahnya di tutup dengan masker hitam.
"Masuk." ujar Ary dengan nada dan wajah yang datar pada orang tersebut.
Ary berjalan masuk dan kembali ke ruang penyimpanan. Pemuda yang ada di belakangnya pun hanya menunggu di ruang tengah sambil memainkan ponselnya sambil menunggu Ary selesai dengan pekerjaannya.
Pemuda itu nampak sibuk bermain di sosial medianya. Ia membuka satu akun yang sebenarnya sudah ia pantau belakangan ini. Ia melihat sebuah foto yang posting oleh si pemilik akun dengan seksama sebelum kemudian memasukan ponselnya ke saku jaket begitu menyadari Ary yang kembali ke ruang tamu sambil membawa sebuah kotak berwarna hitam.
"Gak ada yang liat lo ke sini kan?" tanya Ary sambil menaruh kotak seukuran ice box kapasitas 5 sampai 10 liter itu.
"Satpam di komplek ini tolol. Lagi kerja malah molor." ujarnya dengan nada merendahkan. Ia lalu berdiri dan mengangkat kotak hitam itu.
"Gue cabut. Duitnya bakal gue transfer nanti." ujarnya pamit.
"Bentar. Lo masih ngawasin dia kan?"
Mata kecokelatan si pemuda menatap lurus ke wajah Ary.
"Kenapa harus dia yang jadi target lo?"
Bibir Ary membentuk sebuah seringai. "Kenapa? Ya karna gue pengen dia jadi milik gue."
Pemuda di depan Ary itu hanya menggelengkan kepalanya. "Dasar orang aneh." ujarnya lalu pergi dari hadapan Ary dan membawa kotak hitam itu ke dalam mobilnya.
Ary hanya memperhatikan sosok itu dari pintu rumahnya dengan seringai tipis yang tercetak di wajahnya sebelum kemudian ia masuk ke dalam rumahnya setelah mobil pemuda tadi menghilang dari pandangannya.
*****************
Langit sedikit mendung meski jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Saka sudah tiba di sekolahnya sejak 20 menit yang lalu, menikmati waktunya bersantai sebelum di jam 8 nanti ia akan menghadapi soal ujian terakhirnya.
Sibuk bermain dengan ponselnya, Saka hanya melirik sekilas saat melihat Dimas yang baru saja datang dengan wajah mengantuk.
"Ngantuk lo, Dim?" tanya Saka.
"Iya." jawab Dimas singkat lalu duduk di sebelah Saka lalu dengan santainya ia menyandarkan kepalanya di bahu Saka.
"Ngapain anjir?? Kek homo lu." ujar Saka sambil berusaha menjauhkan kepala Dimas dari bahunya.
"Pinjem bentar napa. Kepala gue pusing ini gegara telat tidur."
"Ya kalo gak ada orang sih gue diemin lo begini. Cuma itu tuh, yang fujo fujo pada cengengesan ngeliatin kita anjir." ujar Saka sambil melihat sekitarnya dan menemukan ada segerombolan gadis yang senyum-senyum ke arahnya dan Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
Fiksi UmumMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...