7.

11.5K 666 4
                                    

Sosok gadis berambut panjang terurai itu tak menyadari bahwa kedatangannya terus diperhatikan oleh seseorang. Siswa yang tengah menatapnya dari jauh itu tak luput memandanginya yang tengah berjalan menuju ruang kelas ujiannya yang ada di lantai 2 bangunan sekolah.

"Woy! Bengong aja lu. Ngeliatin apaan sih?"

Saka menoleh ke arah Rendi yang menegurnya denga cukup keras.

"Tadi ada cewek cakep banget sumpah. Rambutnya panjang, mukanya kecil imut gitu, lo kenal gak?" tanya Saka antusias yang justru membuat Rendi bingung.

"Cewek cakep ...?" beo Rendi bergumam. "Cewek cakep di sekolah kita 'kan banyak. Lo gak inget sekolah kita dapet julukan 'gudang artis' ? Jadi kalo lo bilang ada cewek cakep yaa emang kebanyakan siswi sekolah kita cantik-cantik." sambungnya lagi.

"Iya juga sih. Cuma ini tuh ciri-cirinya, kulitnya gak terlalu putih, kayak langsat gitu, terus rambutnya panjang sedikit ngelewatin dada, badannya juga bukan yang kurus tapi proporsional."

Decakan dan hembusan napas kasar keluar dari mulut Rendi yang memberikan tatapan jengah ke arah Saka.

"Banyak bego yang kayak begitu. Udah lah, mendingan lo masuk kelas aja sono, baca buku biar ujiannya gak kayak pas Bahasa Indonesia sama Bahasa Inggris. Males gue liat lo uring-uringan takut nilai jelek."

Saka hanya mendengus kemudian menuruti ucapan Rendi. Tak lama kemudian Aji juga masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di kursinya. Aji sibuk memainkan ponselnya, namun kepalanya iseng menoleh ke arah Saka yang duduk dengar arah pandang menyerong ke kiri dari tempat Aji duduk.

Dahi si kulit sawo itu mengerut saat melihat Saka yang nampak tak fokus dengan buku pelajarannya. Namun ia tak ingin ambil pusing dan hanya mengangkat kedua bahunya acuh lalu kembali dengan ponselnya hingga guru pengawas masuk ke kelas dan memulai ujian.

****************

Pukul 12 siang adalah jam pulang sekolah Saka. Para siswa sudah berhamburan membubarkan diri dari sekolah. Saka dan ketiga temannya pun demikian, namun ia sempat berhenti saat melihat sosok gadis yang menarik perhatiannya pagi tadi tengah lewat tak jauh darinya.

"Tuh tuh, itu cewek yag gue maksud tadi pagi Ren." ujar Saka antusias sambil menepuk bahu Rendi yang ada di sebelahnya.

"Yang rambutnya panjang itu?" tanta Rendi memastikan karena dari ketiga gadis itu, yang tidak berkerudung hanya satu.

"Iya."

Rendi, Aji, dan Dimas pun kompak memperhatikan si gadis yang sudah berada cukup jauh dari mereka.

"Kayaknya itu si Ica deh, anak ekskul tari tradisional." ujar Dimas.

"Lo kenal, Dim?" tanya Saka.

"Yaa gak kenal-kenal banget sih. Cuma kalo gue lagi ngebasket sama anak IPA tiga kadang suka liat dia di aula atau pendopo lagi latihan."

Saka tiba-tiba meraih kedua bahu Dimas. "Please, kenalin gue sama Ica di sisa waktu kita di SMA ini." ujarnya dengan binar mata memohon.

"Ck! Lebay lo, Nyet! Gue juga gak kenal sama dia lagian." ujar Dimas sambil menyentak kedua tangan Saka di bahunya.

"Tapi lo kan kenal sama anak IPA tiga, mintain aja ke mereka nomernya sj Ica. Please lah Dim, temen lo ini baru ngerasain bunga-bunga di hati, masa mau lo matiin?"

"Sekalian aja lo gak usah punya hati. Nyusahin."

"Tega bener si anjing ini. Ayolaahh~"

Dimas hanya bisa berdecak malas sambil berjalan menjauhi Saka yang terus mengintilinya. Aji dan Rendi pun hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Saka yang menurut mereka norak saat sedang naksir seseorang.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang