24.

720 39 0
                                    

Ruang kelas yang masih sepi menemani Ica dalam lamunannya. Gadis itu berangkat lebih pagi dari biasanya, hanya untuk menghabiskan waktunya melamun di kelas sambil memikirkan siapa pacar dari lelaki yang di taksirnya.

Ica memang hanya gadis biasa. Seorang siswi SMA yang bercita-cita menjadi pramugari suatu saat nanti. Hanya saja, satu sifat jelek yang ia miliki adalah sebuah obsesi akan sesuatu. Ia akui, dirinya tak bisa mengendalikan diri akan obsesinya. Ia menyukai Ary sejak pandangan pertama. Wajah tampan dengan tubuh atletisnya sama sekali tak bisa ia lenyapkan dari ingatannya, dan itu malah membuahkan perasaan terobsesi pada lelaki penjual daging itu.

Gila memang, Ica sendiri kerap takut pada dirinya sendiri, tapi ia juga sering tidak bisa mengendalikan hati dan pikirannya.

Sibuk mencari petunjuk akan pertanyaannya, memori dalam otaknya tiba-tiba memutar kembali saat ia bertemu dengan Ary di depan sekolah, yang lebih tepatnya ada Saka juga di sana.

"Masa iya sih Bang Ary pacaran sama Saka?" gumamnya ragu namun hanya itu asumsi yang bisa ia tangkap dari ingatannya.

"Eh tapi si Saka juga udah gak pernah ngedeketin gue lagi sih ..." lanjutnya bergumam.

Penasaran dengan asumsinya, iseng ia berjalan keluar kelas dan pergi ke halaman sekolah. Bagai pucuk di cinta ulam pun tiba, sosok yang sejak tadi menggerayangi pikirannya berpapasan dengannya tepat di koridor dekat ruang guru.

"Saka." panggilnya yang langsung membuat pemuda di depannya itu berhenti berjalan.

"Kenapa Ca?"

"Ke kantin sebentar yuk, ada yang mau gue tanyain." ajaknya sambil tersenyum manis.

Dahi Saka mengerut tipis. Ia sebenarnya malas di tanya-tanya oleh gadis yang dulu membuatnya jatuh hati itu, namun sekarang ia memandang Ica tak lebih dari seorang gadis genit.

"Gak bisa di sini aja?" tanya Saka kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Toh, masih sepi juga." lanjutnya lagi.

Ica menghembuskan napas kasar lalu berjalan mendekat pada Saka.

"Gue cuma mau tanya, kok belakangan ini ... Lo gak pernah ngechat gue lagi?"

Saka mengerutkan dahinya lagi. Ia heran sendiri dengan tingkah gadis di depannya. Bisa-bisanya bertanya demikian padahal dia sendiri yang secara tidak langsung menolak Saka dan membuangnya begitu saja.

"Loh? Gue kira lo lagi tertarik sama si bang Ary? Makanya gue gak ngechat lo lagi soalnya yaa ... Gue tau diri sih." jawab Saka sedikit menyindir Ica.

Ica menggelengkan kepalanya dengan wajah lesu. "Awalnya gue kira gue bisa deket sama dia, tapi ternyata dia udah punya pacar."

Ica melirik ke arah Saka karena ingin tahu bagaimana reaksi pemuda itu, namun yang di dapat hanyalah ekspresi datar seolah Saka sama sekali tak tertarik dengan topik yang di bicarakan.

"Oh ya? Terus?"

"Terus ... Yaaa, gak ada terusannya sih. Eh tapi, lo juga deket sama bang Ary 'kan? Lo tau gak siapa pacarnya?"

Ekspresi risih yang dikeluarkan Saka seharusnya sudah cukup mampu memberi kode pada Ica bahwa Saka tak suka dengan bahasan itu. Namun tentu bukan Ica namanya jika ia mementingkan reaksi orang lain untuk mendapatkan apa yang dia mau.

"Ya gak tau lah. Dia punya pacar aja gue baru tau dari lo. Udah lah, gue ke kelas dulu." ujar Saka kemudian berlalu meninggalkan Ica begitu saja.

"Gak jelas banget tuh cewek." gumam Saka pelan dan memilih tak lagi mempedulikan Ica.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang