32.

820 62 10
                                    

Pagi yang kondusif di pasar tempat Ary berjualan. Semua pedagang dan pembeli melakukan transaksi sebagaimana mestinya.

Ary sendiri juga sedang sibuk melayani pembeli. Tak ada keanehan atau kekacauan berarti dan semuanya benar-benar sangat normal.

Itu, jika saja tidak ada segerombolan preman yang datang entah dari mana tiba-tiba masuk ke pasar dan langsung membuat keributan.

Suasana area pedagang sayur dan buah benar-benar riuh. Blok kiosnya berada di belakang kios perdagingan, dan tentu saja suara ributnya terdengar sampai ke area kiosnya Ary.

"Ada apaan tuh?" tanya Bang Toja sambil mencondongkan tubuhnya ke area kios sayur dan buah.

"Serahin duit lu atau dagangan lu gua hancurin!!"

Suara itu terdengar jelas sampai ke telinga Ary. Para pedagang langsung mendatangi titik keributan sementara pembeli yang kebanyakan adalah wanita memilih untuk menjauh.

Ary sendiri baru datang setelah para pedagang daging berkumpul dan berusaha melerai. Ia yang sedang dalam kondisi mood yang kurang baik pun tak banyak mengambil tindakan. Ia hanya berdiri di belakang kerumunan pedagang, memperhatikan sekelompok preman dengan penampilan urakan yang sedang memalak para pedagang itu.

Suara ribut-ribut dan perkelahian hampir terjadi. Namun satu dari preman itu tiba-tiba menghentikan gerakannya saat ia berhadapan dengan Ary yang tanpa sadar dibukakan jalan oleh rekan pedagangnya yang menyingkir.

"Ini bukan lapak lo." ujar Ary dengan wajah dan nada yang dingin.

Si preman berambut gondrong itu mendengus remeh. "Heh. Mau ini lapak gue kek, mau ini lapak kakek buyut lu kek, gue gak peduli. Gue minta semua pedagang di sini, buat setoran ke gue." balas si preman dengan suara keras namun sama sekali tak menakuti Ary.

"Lo bukan siapa-siapa. Jadi mendingan pergi, sebelum gue main kasar sama lo." balas Ary tak kalah menusuk.

Si preman mengangkat dagunya tinggi seolah dirinya tak akan kalah dari Ary.

"Ooh~ mau jadi pahlawan lo ya ngancem-ngancem gue? Lo pikir gue takut sama lo?"

Para pedagang, bahkan anak buah si preman, memilih untuk menyingkir dan memberi ruang lebih luas. Mereka takut jika tiba-tiba perkelahian antara Ary dan si preman terjadi lalu mereka juga kena hantam meski tidak di sengaja.

"Gue udah muak sama orang-orang kaya lo." ujar Ary seakan memiliki dendam yang sangat besar pada preman pasar atau tukang palak.

Si preman hanya mendengus dan bersiap menyerang Ary dengan pisaunya. Namun gerakannya sangat mudah terbaca oleh Ary yang langsung menangkap tangan kanan si preman dan memelintirnya hingga si preman menjerit.

"Aaakkhh!!"

Ary tak memberi jeda dari pertahanannya dan berubah menjadi penyerangan. Ia menendang bagian ulu hati si preman lalu memberikan pukulan serta tendangan bertubi-tubi hingga si preman ambruk tak sadarkan diri.

Tatapan Ary berpindah pada anak buah si preman yang malah mundur ketakutan. Ary melangkah hendak menghajar kelima orang yang badannya jauh lebih kurus darinya, namun Bang Toja menahannya agar tidak terjadi keributan yang lebih besar.

"Udah udah. Sisanya biar kita yang usir." ujar Bang Toja dengan suara sedikit pelan. Ia cukup takut melihat sisi Ary yang sedang marah seperti sekarang.

Ary sempat melirik Bang Toja sebelum kemudian pergi meninggalkan area kios sayur dan buah untuk kembali ke tempatnya.

Suasana pasar perlahan kembali kondusif. Ary yang juga sudah kembali ke dalam mood yang normal pun sudah selesai melayani beberapa pembeli.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang