Kesadaran preman yang Ary culik telah kembali. Kepalanya terasa pusing dan pandangannya sedikit gelap, namun tak menyurutkan kesadarannya bahwa tubuhnya tengah berada dalam kondisi di ikat.
"Hah? Apaan nih?" monolognya sambil berusaha melepaskan tali yang mengikat tubuhnya. Gerakannya yang sedikit bertenaga cukup mampu membuat temannya yang lain ikut tersadar dari pingsannya.
"Eh, apaan sih? Kok kita di iket begini?"
Pertanyaan itu tak terjawab, tetapi sosok Ary yang masuk dengan langkah santai ke dalam ruangan cukup membuat mereka paham bahwa Ary adalah orang yang menyekap mereka.
"Wah waah, jam segini baru bangun. Pantesan aja lo pada miskin terus." ledek Ary dengan senyuman yang nampak sangat menyebalkan.
"Oooh, jadi lu yang nyulik kita? Lepasin gak! Atau gue bakal--"
"Bakal apa? Mukulin gue sampe bonyok terus muka gue lo foto dan lo sebarin dengan kalimat bahwa gue ini penculik? Cih, kampung banget."
Para preman itu dibuat kicep oeh ucapan Ary yang dingin dan sinis. Ary mengeluarkan sebilah pisau yang ia sembunyikan di balik punggungnya lalu ia todongkan ujung runcing pisau itu di hadapan preman yang memalaknya.
"Gue tanya sama lo, apaan maksud lo bawa cunguk-cunguk lo ini ngehancurin pasar tempat gue sama yang lainnya dagang?"
Aura kelam dan dingin membuat kelima preman itu diam tak berkutik. Mereka ketakutan setengah mati berhadapan dengan Ary, apalagi dengan adanya pisau tajam di depan wajah membuat mereka serba salah.
"Gue gak punya banyak waktu." ujar Ary lau berdiri dan berjalan ke lemari penyimpanannya.
Ia mengeluarkan sebuah tongkat baseball yang terbuka dari aluminium lalu berjalan kembali ke hadapan para preman yang kini semakin gemetar ketakutan.
"A-Ampun Bang ... Maaf, kita minta maaf Bang ..." Ujar si preman ketakutan.
"Gue bukan orang yang pemaaf." ujar Ary dingin lalu tanpa aba-aba ia langsung menghantamkan tongkat baseball itu ke kepala si preman hingga bocor.
Ary masih membiarkan keempat preman lainnya hidup dan menyaksikan apa yang akan dilakukannya. Ary mengangkat tubuh si preman bak mengangkat karung beras lalu di letakannya di meja. Setelah itu semua yang terjadi adalah trauma untuk keempat lelaki sisanya.
Mereka gemetar ketakutan saat melihat salah satu teman mereka sedang di mutilasi oleh Ary menggunakan kapak. Ary memotong tubuh korbannya menjadi 20 bagian lalu memasukannya ke dalam kantung sampah besar.
Setelah selesai dengan satu orang Ary menghampiri keempat sisanya yang terus berujar ampun sambil menangis.
"Bang, ampun Bang .. Jangan ... Jangan bunuh kita Bang. Maafin kita Bang, kita cuma di suruh ... Maaf Bang, Maaf ... Huwaaaa ..."
Ary tak menggubris dan justru menarik rambut preman yang menangis sambil memohon ampun padanya. Seperti tukan ikan hidup di pasar, Ary membunuh mereka semua dengan ringan tangan. Ia bocorkan kepala mereka semua satu per satu, lalu mengeksekusi mereka di mejanya dengan cara yang sama yaitu mutilasi.
"Sayangnya gak cuma penampilan dan cara kalian hidup yang buruk, organ kalian juga jadi gak berkualitas." ujar Ary pada kelima korbannya yang kini sudah berada di dalam kantung sampah yang berbeda.
Ary membersihkan sisa ekseskusinya lalu keluar dari ruangan itu dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun baru saja ia melepas kausnya, suara ketukan pintu membuatnya menunda rencananya untuk mandi.
Ary berjalan ke pintu dengan kondisi top less lalu membuka pintunya. Agak terkejut dirinya mendapati bahwa tamunya adalah Saka, yang datang sambil membawakan sebuah bingkisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
قصص عامةMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...