21.

9K 573 25
                                    

Hari Minggu yang lagi-lagi di dampingi awan mendung. Saka heran sendiri dengan cuaca yang mood nya sesuka dirinya sendiri. Padahal sedang bukan bulannya musim hujan, tapi beberapa kali ketika hujan turun kedatangannya seperti akan ada bencana alam badai petir di sertai angin.

"Mendung mulu dah. Padahal pengen main gue." monolognya menggerutu sambil melihat keluar jendela.

"Udaah jangan kelayapan mulu. Mending bantuin Mama sini." ujar Melly dari arah dapur.

Saka berdecak malas namun tetap melangkahkan kakinya ke dapur.

"Bikin apa, Ma?"

"Bikin kue buat acara besok. Mama bakal ada acara kantor di Puncak tiga hari, jadi bikin kue buat cemilan."

"Rajin amat. Kenapa gak beli aja?"

"Lebih murah bikin sendiri dari pada beli."

Saka hanya mendengus pelan mendengar Ibunya sangat perhitungan soal uang. Ia membantu sang Ibu memberi hiasan kacang mete di atas kue yang sudah di cetak.

"Cewek kemaren itu, temen sekolah kamu?"

Saka sempat menatap Ibunya yang juga menatapnya sambil mencetak kue di atas loyang.

"Ooh .. Iya, itu Ica. Cuma satu sekolah, beda jurusan sama kelas."

Melly mengangguk. "Cantik, tapi kayaknya dia caper ke Ary ya?"

Saka sempat diam beberapa saat. "Mama nyadar? Emm ... Maksudnya, kok Mama nanya begitu?" tanya Saka kebingungan.

Melly menghembuskan napasnya perlahan lalu ia menjeda sebentar kegiatannya.

"Mama tau ada sesuatu antara kamu sama Ary, "

Saka tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya mendengar penuturan sang Ibu. Ia yakin tidak pernah mengatakan apapun soal kedekatannya dengan Ary. Bahkan ia sendiri menyangkal jika ada yang menilai bahwa ia memiliki kesehatan khusus dengan tukang daging tampan itu.

"Mama tau kamu kaget, tapi ada sesuatu yang mau Mama ungkapin sama kamu," ujar Melly menggantung yang membuat Saka menjadi penasaran.

"Ary itu ... Sebenernya keponakan Mama. Emang bukan keponakan kandung sih, tapi Mama sama mendiang ayahnya Ary itu saudara tiri."

Satu fakta yang rasanya membuat jantung Saka melengos begitu saja turun hingga ke telapak kakinya. Saka langsung merasa sedikit sulit bernapas, dan ada rasa merinding kala ia teringat bahwa apa yang ia lakukan dengan Ary sudah lebih jauh beberapa waktu lalu.

"Ary udah cerita semuanya sama Mama. Walaupun hubungan Mama sama dia itu bukan tante dan ponakan dari garis yang sama, tapi kita berdua lumayan akrab. Makanya waktu pertama kamu ketemu dia, Mama langsung godain kamu."

Saka sama sekali tak bersuara. Ia bingung harus memberi reaksi seperti apa mendengar ucapan sang Ibu.

"Ary secara terang-terangan bilang ke Mama kalo dia suka sama kamu. Bahkan, dia juga sampe jujur sama Mama kalo dia udah nyentuh kamu lebih jauh." lanjut Melly sambil kembali dengan adonan kuenya yang sedang ia cetak.

"Terus ... Gimana?"

"Hm? Gimana apanya?"

"Mama ... Mama tau kalo Saka udah kelewatan sama bang Ary. Terus, Mama sendiri gimana?"

Melly tersenyum simpul. "Mama gak bisa bohong kalo Mama pengen kamu nikah dan nimang cucu dari kamu," jawab Melly yang langsung membuat hati Saka mencelos.

"Tapi semua Mama balikin lagi ke kamu. Mama tau tabiat Ary itu gimana, tapi Mama juga tau kalo dia akan baik sama kamu. Jadi semua keputusan Mama serahin ke kamu. Kamu yang tau maunya hati kamu gimana, jadi Mama gak akan ngebebanin kamu dengan semua tuntutan dari Mama."

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang