37.

4.3K 372 42
                                    

Suara dering yang cukup kencang memaksa Saka untuk membuka matanya. Dengan pandangan yang masih buram, ia mencari sumber suara yang ternyata berasal dari sisi sebelah kiri tubuh sosok yang juga tidur sambil memeluknya.

Mencerna situasi yang ada, Saka baru sadar kalau ternyata Ary sudah pulang dari urusannya dan kini masih pulas dalam tidurnya.

"Ternyata udah pulang... Jam berapa deh ini?" monolognya pelan lalu berusaha meraih ponsel Ary yang ternyata berdering karena alarm.

Pukul 05:50 pagi. Ini jamnya Saka biasa bangun untuk bersiap ke sekolah. Saka mematikan alarm di ponsel Ary lalu bangun dari posisinya.

Tubuhnya terasa sangat pegal ketika bangun. Ia masih ingat kalau semalam ia sempat ketiduran di sofa, dan bukan hal sulit baginya untuk tahu kenapa ia bisa berada di kamar dan tidur berdua dengan Ary. Jelas jawabannya karena Ary yang memindahkannya, logikanya sudah bisa menebak hal itu.

Hanya satu hal yang masih belum Saka ketahui jawabannya, yaitu pertanyaan tentang sebenarnya Ary memiliki urusan apa? Kenapa dia bisa pulang lebih awal dari yang ia rencanakan pulang lusa?

Sibuk melamun dengan pertanyaan itu, Saka dibuat terkejut oleh sebuah sentuhan di bahunya. Ia menoleh ke arah Ary yang masih berbaring dengan mata yang hanya terbuka setengah namun terlihat sudah sadar dari tidurnya.

"Kok bengong?" tanya Ary dengan suara khas bangun tidur.

"Hah? Oh, engga kok. Bengong karna baru bangun aja." jawab Saka.

Ary bangun dari posisinya. "Mandi gih, sekolah 'kan? Biar saya nyiapin sarapannya."

Tak ada sahutan apapun dari Saka. Anak itu hanya terus diam sambil menatap Ary. Sadar dirinya di perhatikan, Ary yang hendak bangun dari kasur mengurungkan niatnya dan menoleh pada Saka.

"Kenapa bengong ngeliatin saya?" tanya Ary sambil tersenyum.

"Gak papa, cuma mikir kamu ada urusan apa? Kok tiba-tiba kita udah sekamar?"

Ary tersenyum. "Bukan apa-apa kok, cuma urusan sepele dan ternyata cepet selesainya. Saya nyampe sini jam tiga pagi, terus kebetulan liat kamu tidur di sofa jadi saya pindahin dan sekalian aja saya tidur bareng kamu."

Saka hanya mengangguk. Meski ia masih penasaran dengan urusan yang Ary selesaikan, tetapi ia memilih diam agar lelaki itu tidak mencurigai gelagatnya.

Ary beranjak dari kasur terlebih dulu lalu pergi ke dapur. Saka sendiri pergi mandi dan bersiap ke sekolah.

Di dalam kamar mandi, dengan kondisi badan yang hanya tinggal mengenakan celana rumah Saka menatap dirinya di pantulan cermin. Ia tak melakukan apapun, hanya diam sambil menatap wajahnya sendiri dengan pikiran yang berkecamuk tentang banyak hal.

Hembusan napas lelah terdengar nyaring di dalam kamar mandi. Tak ingin menghabiskan waktu, ia segera menyelesaikan mandinya lalu berbenah untuk berangkat sekolah.

Selesai dengan urusan mandi dan keperluan sekolahnya, Saka segera pergi ke ruang makan dan melihat Ary sudah hampir selesai dengan masakannya.

"Kamu gak makan selama saya pergi? Kok makanan di kulkas masih banyak?" tanya Ary sambil meletakan 2 piring nasi goreng dengan lauk chicken nugget di atas meja.

"Emang gak selera aja sih. Maaf ya, itu buat makan malem aja nanti."

Ary sempat diam sambil menatap Saka. Permintaan maaf dari remaja itu terasa asing, namun juga membuat Ary merasa senang karena Saka menjadi anak baik setelah beberapa waktu lalu hubungan mereka sempat di warnai keributan.

"Kenapa sampe minta maaf begitu? Padahal saya gak bakal marah, saya cuma khawatir kamu sakit kalo telat makan." ujar Ary sambil tersenyum.

Saka tak menjawab. Merasa konyol dan berlebihan juga ia sampai minta maaf untuk hal sepele, tapi ia sendiri juga tidak tahu kenapa kata itu bisa keluar. Mulutnya seakan bergerak sendiri untuk mengatakan itu.

Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang