Ary menghentikan motornya di depan rumah Saka. Pagi ini ia memilih berangkat ke pasar lebih siang, karena Ary ingin membujuk bocah judes itu setelah kemarin mengabaikannya saat bertamu.
Baru 5 menit mematikan mesin motornya, sosok Saka sudah keluar dari pagar dan sempat berdiri diam saat melihat Ary.
"Hai, saya anterin yuk?"
"Gak usah, makasih."
Saka berbalik dan berjalan menuju halte dekat rumahnya. Ary yang merasa dugaannya benar--kalau Saka ngambek--hanya tersenyum lalu menyalakan mesin motornya. Ia mengendarai motornya dengan perlahan, berusaha menyamakan kecepatannya dengan langkah kaki Saka.
"Yang semalem, maaf deh, semalem saya gak ngajak kamu masuk. Bukannya gak mau, tapi emang rumah saya lagi berantakan banget, saya juga belom mandi pas kamu dateng takutnya kamu ilfil sama saya karna bau keringet."
Saka nampak sama sekali tak tertarik untuk mendengarkan permohonan maaf dari Ary. Ia hanya terus berjalan dengan pandangan lurus dan ekspresi yang datar.
"Hei, maafin dong~" Mohon Ary namun masih tak mendapat sahutan.
"Gimana kalo pulang sekolah nanti kita jalan? Kamu mau jajan apa? Atau ke timezone? Atau--"
"Ck! Gak! Gue gak mau pergi sama lo! Lagian lo mau ngapain juga itu bukan urusan gue." balas Saka kesal karena Ary terus mengoceh di sebelahnya.
"Ya emang bukan urusan kamu, tapi 'kan minta maafnya itu urusan saya, karna saya ngerasa bersalah jadi saya minta maaf sama kamu."
"Terserah. Gak ada urusan juga gue sama be.ran.tak.kan nya rumah lo itu atau pun rasa bersalah lo!" balas Saka dengan penekanan di kata berantakan.
Ary menghela napasnya. "Yaudah, main ke rumah saya aja yuk nanti ? Saya punya PS5."
Mendengar nama barang yang disebutkan Ary sontak membuat Saka terkejut. Bahkan kedua matanya sampai melotot ke arah Ary.
"Lo coba ngerayu gue pake PS5? Gak usah ngibul lo! Tukang daging aja belagu."
"Lah?"
Ary menaikan sebelah alisnya dengan senyuman jahil yang sedikit sombong sambil menunjuk motornya, seakan mengingatkan Saka kalau harga motor miliknya nyaris setengah dari harga mobil.
"Ck! Rese' banget sih." gerutu Saka lalu kembali berjalan.
"Eehh~ ayo laahh, saya anterin aja, ya? Dari pada kamu capek jalan kaki ke depan."
"Gak! Pergi sana lo!"
Karena gemas dengan sikap Saka, Ary menarik tangan yang lebih kurus darinya sehingga membuat Saka berhenti.
"Yaudah, tapi nanti siang saya jemput mau ya? Kita main PS5 di rumah saya, sayang banget udah punya dari lama gak pernah di mainin. Nanti kalo kamu mau makan atau jajan bakal saya beliin, apapun yang kamu mau."
Saka nampak sudah malas menanggapi Ary. Ia menyentak pelan tangannya hingga terlepas sebelum kemudian kembali berjalan namun lebih pelan.
Ary paham kalau Saka menyetujui permintaannya, sehingga ia pun memilih pergi meninggalkan Saka sesuai dengan permintaan remaja itu.
*************
Jam masuk kelas sudah mepet namun Saka di buat bingung karena Rendi yang belum juga datang.
"Ke mana si Rendi? Tumbenan ngaret datengnya?" tanya Saka pada kedua temannya.
"Kagak tau dah." jawab Aji cuek karena ia sedang asyik bermain game di ponselnya.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, sosok yang sedang dipertanyakan keberadaannya oleh Saka akhirnya muncul, dengan wajah yang nampak kusut.
"Kenapa lu?" tanya Dimas yang sadar akan kedatangan Rendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukang Daging Psikopat [Non kpop, No Edit] || SLOW UP
Ficción GeneralMimpi buruk seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Saka adalah saat ia menemani Ibunya belanja di pasar dan bertemu dengan seorang tukang daging yang sangat tampan. Awalnya ia pikir itu adalah anugerah, namun ia tak pernah meyangka bahwa...