🌻47

19 4 0
                                    

April mengerjapkan matanya, hingga terbuka sempurna.

Kok sepi? Jam berapa sekarang?

Seketika April duduk dengan tegap. Jangan-jangan dia ketiduran sampai jam pulang seperti waktu itu.

"Udah bangun?"

Sontak April menoleh, mendapati Elang yang duduk di seberang kanannya.

"Lo... ngapain?"

"Nungguin lo bangun lah. Buruan, balik! Bel udah bunyi sejam yang lalu."

Lalu Elang beranjak.

"Kenapa nggak bangunin aja?"

April meraih tas sekolahnya, lalu beranjak.

"Lo tidur pules banget. Nggak tega gue bangunin. Kalau lo sehat sih udah gue teriakin, tapi ini kan lo lagi sakit."

"Tch!"

Mereka berdua keluar kelas, berjalan beriringan.

"Gimana? Udah enakan?"

April mengangguk. "Lumayan."

"Mau pulang bareng gue?"

April menggeleng, lalu menunjuk ke arah gerbang. Di sana sudah ada Alaric yang berdiri di samping mobil sambil memegang ponselnya.

Bertepatan dengan itu, ponsel April berdering. Panggilan masuk dari...

"Eh, apaan nih?"

April melotot membuat Elang ikut menoleh, dan tak sengaja mendapati nama kontak yang berhasil membuatnya cemburu.

Bang Alaric yang paling ganteng calling...

April mereject panggilan dari Alaric.

"Lang, tunggu bentar, jan kemana-mana dulu."

"Eh?"

Elang bingung dong, disuruh jangan kemana-mana tapi April sudah ngibrit begitu. Gadis itu berlari menghampiri Alaric.

"Jangan lari. Lo masih sakit. Eh? Apaan tuh di kening lo?"

"Lo bawa pesenan gue?"

Bukannya menjawab pertanyaan Alaric, April menengadahkan tangan kanannya ke arah pria itu.

Alaric mengeluarkan sesuatu dari kantung hoodienya.

"Emangnya buat apa---

Ucapan Alaric terpotong karena April lebih dulu merebutnya dari tangan pria itu, lalu berbalik pergi, berlari kecil menghampiri Elang.

"Eh?"

Elang kaget dong karena tiba-tiba April meraih tangannya. Setelah memberikannya pada Elang, April pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.

Tatapan Elang turun ke bawah, memandangi salep pemberian April. Seketika senyuman di bibir pemuda itu merekah begitu tersadar.

"Ya ampun, mau ngasih salep aja pakai acara megang tangan gue segala. Antara modus sama romantis sih, hihi..."

Lalu pandangannya tertuju ke mobil Alaric yang sudah melaju. Begitu sudah tak terlihat, Elang mulai melangkahkan kakinya.

Senyuman masih terpatri di bibir Elang menghiasi langkahnya menuju parkiran.

Sementara itu...

"Widih~ apa-apaan tuh tadi?"

April melengos ke jendela. Merasa sedikit malu dan kesal karena sebentar lagi Alaric pasti akan meledeknya.

"Nyuruh gue buat beli salep dipikir lo kenapa-napa. Eh, ternyata... salepnya buat ayang?"

"Diem!"

"Harusnya waktu ngasih lo bilang gini, Ayang cepet sembuh ya... gitu! Bukan asal nyelonong pergi gitu aja. Gak romantis lo, Pril!"

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang