"Widih, cakep bener anaknya Syakilla."
April merasa gemas dengan bayi yang berada di pangkuannya. Saat ini posisinya, April duduk lesehan di karpet tebal dekat ruang tamu bersama Jeno. Sengaja tidak duduk di sofa, karena lebih nyaman dengan posisi seperti sekarang.
"Anak saya juga."
April mendengkus mendengar celetukan Arash---suami Syakilla.
Semenjak menikah, Syakilla tinggal bersama suaminya, di rumah yang terpisah dengan orang tua mau pun mertua. Maklum, Arash kan pria mapan, sebelum menikah dengan Syakilla saja, pria itu memang sudah memiliki rumah sendiri. Dan beruntung waktu April datang, para orang tua sedang tidak berkunjung. Jadi, April bisa menghela napas tenang---terhindar dari pertanyaan kapan nyusul, udah punya pacar belum, dan pertanyaan semacamnya, khas ibu-ibu rempong. Wkwk
Jika itu terjadi, April sudah menyiapkan Jeno untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tinggal bilang... saya sudah punya anak. Nih, namanya Jeno. Haha
"Dedek bayi namanya siapa?" Tanya Jeno yang duduk di dekat April seraya menggerakan telunjuknya untuk menoel pipi si bayi.
"Namanya Jena Agni Sadawira. Jeno bisa panggil dedek Jena." Jelas Syakilla seraya memijit kepala Arash yang tiduran di pahanya. Semalam pria itu begadang menjaga baby Jena, menyuruh Syakilla untuk beristirahat. Gantian shift ceritanya, wkwk
"Kok namanya mirip Jeno? Beda satu huruf aja. Ya kan, Kak April?"
April mengangguk, sedangkan Syakilla terkekeh mendengar perkataan bocah laki-laki yang masih duduk di kelas dua SD itu.
"Iya memang sengaja. Soalnya Jeno kan ganteng. Karena anak Aunty Syakilla cewek, jadi dikasih nama Jena biar cantik. Jeno ganteng dan Jena cantik."
"Ohh... jadi, Aunty kasih nama Jena biar cantik?"
"Iya."
Jeno mendekatkan wajahnya, mengamati wajah Jena. "Tapi menurut Jeno... Jena nggak cantik tuh."
"Kata siapa anak saya nggak cantik?"
"Eh?"
Perkataan Jeno membuat Arash yang tadinya hampir terlelap, kini beranjak duduk membuat Syakilla terkaget.
"Jeno, jangan bilang begitu." Bisik April memperingati Jeno.
Tapi bukannya takut, Jeno malah terlihat santuy.
"Tapi Jeno nggak bohong, Kak April. Jena tuh mirip boneka Habanero di kamar Kak April. Wajahnya bulet, bibirnya juga bulet, terus pipinya warna merah. Nggak cantik, tapi serem." Bisik Jeno di akhir kalimat.
Arash tidak terima putrinya dikatai jelek---meski tidak secara langsung. Pria itu sudah siap baku hantam dengan Jeno. Namun suara tangis Jena membuatnya memilih mengambil alih putrinya dari pangkuan April.
"Maksud Jeno, Jena itu lucu. Iya! Lucu, Kill! Please, jangan marah."
April sudah ketar-ketir sambil memeluk Jeno---melindungi adik sepupunya, siapa tahu setelah ini Arash akan mengamuk, apalagi ketika tangis Jena semakin kencang. Seakan mengerti dirinya sedang diejek Jeno. Bukannya marah, Syakilla malah terbahak.
"Santai aja kali, Pril. Jeno juga masih kecil. Bapaknya aja yang nggak bisa diajak becanda."
"Kalau bukan anak kecil, sudah aku ajak duel."
"Udah jan ngedumel. Sini, biar aku yang gendong. Paling Jena nangis karena haus." Kata Syakilla lalu mengambil alih baby Jena. "Kamu istirahat aja sana. Biar nanti malam bisa begadang lagi."
"Nggak. Aku di sini aja." Kata Arash seraya mengambil selimut lalu membentangkannya, untuk menutupi Syakilla yang tengah menyusui putri mereka. "Aset punyaku jangan diumbar." Bisiknya membuat Syakilla terkekeh, membiarkan saja tanpa protes.

KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Romansa🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...