Masih menikmati mie ayamnya, ponsel April bergetar dari balik saku jaketnya. Panggilan masuk dari Yoda.
"Apa?"
"Gue cuma mau mastiin. Lo nggak lupa kan sama blind date hari ini?"
"Eh?"
"Jam 1, di Green Cafe!"
April mencoba mengingat. Sekitar... tiga hari yang lalu kalau tidak salah, April mendapat undangan dari Leo---salah satu teman anak Akatsuki---akan menikah minggu depan. Kebetulan Yoda melihat undangan itu. Dan terbitlah percakapan seperti ini...
"Udah ada gandengan?"
"Emang harus bawa gandengan?"
"Ya harus dong! Kalau mau kondangan, apalagi ke nikahan temen, diharuskan bawa gandengan untuk menghindari tatapan julid para orang-orang rempong. Kalau lo datang sendirian tanpa gandengan, pasti bakal banyak pertanyaan... kok sendirian? Belum punya pacar? Kenapa? Nggak laku?! Jadi... mending ikut saran gue. Kebetulan gue punya temen cowok yang mau ngajakin lo kenalan."
"Heh! Gue belum acc ya! Kenapa lo udah ajak dia janjian aja?!"
April pikir itu hanya candaan dan akan berakhir terlupakan begitu saja. Ternyata! Bahkan waktu itu April tidak mengiyakan. Tapi Yoda malah...
"Btw, dia udah nunggu di Green Cafe. Ingat, meja nomor 9. Namanya Sam. Dia pakai kemeja warna coklat."
"Heh? Emang jam berapa sekarang?"
April melihat jam tangan di pergelangan tangannya. 12.50.
"Heh? Belum juga genep jam 1!!"
"Dia udah nggak sabar ketemu lo. So, jan buat dia nunggu lama. Kalau lo nggak suka, lo boleh skip. Tapi minimal lo absen wajah. Kesian kan... jauh-jauh dari pangkalan militer cuman buat ngedate sama lo doang loh~"
"Tapi---Aish! Yoda sialan!"
April tak sengaja mengumpat karena Yoda memutuskan sambungan sepihak. Tanpa dia tahu, kalau semua orang di sana tengah menatap ke arahnya.
"Ehehe... maap maap." April cuma bisa nyengir.
"Minus point. Kak April ngomong kasar. Nanti Jeno laporin ke Ayah." Kata Jeno setelah menelan kunyahan bakso di mulutnya.
"Jangan dong Jeno... nanti Kak April beliin jajanan enak deh. Es krim?"
"Deal!"
"Oke."
"Siapa, Pril?" Tanya Jayden yang sudah penasaran.
"Rekan kerja. Hadeh, kayaknya gue harus pergi sekarang. Jeno, makannya udah belum?"
"Baksonya Jeno masih ada dua."
"Sini, biar Kak April bantuin biar cepet."
April melahap satu bakso milik Jeno, lalu menyuapkan satunya lagi ke bocah itu.
"Kawan-kawan... gue pergi dulu yaaa."
Setelah meneguk es jeruknya, April beranjak.
"Lah, kok buru-buru sih?"
"Lah, kita udah berjam-jam di sini keleus, Din. Jeno, salim ke para Aunty dan uncle dulu."
Jeno menurut. Salim ke temen-temen April.
"Kita pergi dulu yaaa~"
"Hati-hati. Jan ngebut! Lo bawa Jeno!"
Teriakan Dinda membuat baby Jena terbangun. Sontak Syakilla dan Arash menghela napas. Sabar. Padahal mereka masih menikmati mie ayam. Untuk Syakilla, mie tanpa ayam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Storie d'amore🌻Ini kisahnya April dan Elang🌻 Menceritakan tentang arti cinta, keluarga, pengorbanan, kesetiaan, dan penantian~ [Sebenarnya ini Book lama, cerita pertama yang saya tulis (tahun 2017). Tapi ceritanya sempet hiatus, lalu saya unpub, saya revisi, te...