Naughty Professor [Park Jimin]

66.5K 1.8K 74
                                    

Aku berjalan menuju satu-satunya ruangan yang lampunya masih menyala. Hujan deras tidak menghalangi niatku untuk menyelesaikan tugas kuliahku ini dengan cepat. Berjalan dengan cepat, aku akhirnya sampai di depan ruangan ini dengan baju yang agak basah karena hujan.

Aku menghela napas panjang sebelum mengetuk pintu. Tok. Tok. Tok. "Permisi, professor?"

"Silahkan masuk."

Dengan gugup aku mengeratkan pelukanku pada map-map yang aku bawa dan masuk ke dalam. Deg. Jantungku berdegup dengan kencang. Tentu saja karena gugup. Namun alasan lain sepertinya lebih mendominasi. Rambut merah, kaca mata, kemeja fit-body dengan dasi hitam tanpa jas. Professor Park Jimin. Ia sedang serius membaca entahlah mungkin saja tugas mahasiswa lain, dan ia terlihat...seksi?

"Ekhm, ada yang bisa saya bantu?" Ia menolehkan pandangannya kepadaku. Astaga, kenapa ia seksi sekali?

Aku dengan gemetar menyerahkan tugasku dan duduk di hadapannya, "saya ingin mengumpulkan tugas ini, professor."

Katakan aku salah lihat, ia tadi tersenyum miring. "Tentu. Aku akan memeriksanya,"

Huft. Aku segera bangkit dari tempat duduk itu dan berjalan ke arah pintu, hingga perkataannya mengagetkanku, "Bra merah cocok untukmu, dan oh, you have a nice body."

Aku merasa pipiku memanas, dan aku segera berbalik. Oh, matilah aku. Ia berjarak hanya beberapa langkah dariku. Mengamati tubuhku (yang sepertinya bisa ia lihat sampai ke dalam), dan aku memerah. "E..excuse me, professor?"

Ia berjalan mendekatiku sambil memasang smirk-nya yang oh-sungguh-sexy. Deg. Punggung basahku menyentuh dinding. Gotcha.

"Hm, aku bilang bra merah itu cocok untukmu. Menggoda sekali,"

"Ah? Terima kasih, professor."

"Hanya terima kasih? Kau harus bertanggung jawab," ia menunduk, otomatis aku mengikuti pandangannya. 'Adik'nya sudah mulai berdiri dengan sempurna. Glek. Aku menelan ludah.

"Ta..tapi,"

"It's all your fault, fix it..." Ia mendekati telingaku, "honey. Suck my dick." Ia menekan kepalaku sehingga aku berlutut, terhipnotis, aku membuka sabuknya dan celananya dengan pelan sekali. Really? His is so big.

"Do it faster, baby. Don't just stare at him," Ia melepas sendiri boxer-nya, hingga aku bisa melihat adik-nya dengan jelas.

Dengan tidak sadar, aku mulai memainkan kedua tanganku, bergerak naik turun. Halus. Pelan. Ia mendesah. Sungguh sexy, dengan nakal, aku mulai memainkannya dengan mulutku, menghisapnya seperti lollipop. Membuatnya mendesah lebih keras. Fuck, he moaned so loud. And it's so sexy.

Ia mendekap belakang kepalaku dan mengarahkanku untuk bergerak naik-turun. Aku mengikuti perintahnya. "Fuck, honey, ah, faster!" Ia menengadahkan kepalanya, mendesah sekeras mungkin. Aku merasakan sesuatu yang lengket keluar dan membasahi mulutku. Ew. Dengan terpaksa aku menelannya.

Belum sempat aku menarik nafas dengan lega, ia mengangkatku agar tinggi kami setara, menciumku ganas. Membagi hasil yang tadi ia hasilkan, membahasi lidahku dengan lidahnya, ah this is so good.

"Call my name, baby," ia menyelesaikan ciuman kami dan beralih mencium leherku, memberikan banyak kiss marks. My weakness spot.

"Jimin! Ah!" Dengan tergesa ia menyobek kemejaku sekaligus bra-ku. Menggantikannya dengan mulutnya sendiri. Holy shit. I lost my mind.

"Park Jimin, please," aku sepertinya sudah basah sekali, padahal ia sama sekali belum menyentuh milikku.

Ia mengeluarkan smirk-nya lagi, "what do you want?"

"Fuck me. Hard." Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku tanpa bisa aku cegah.

"That's what you want, baby." Ia mengangkat rok pendekku dan berdecak, "red? This bitch," ia merobek celana dalamku dan langsung memasukkan dua jarinya ke dalam milikku. Aku menengadah. Nikmat sekali.

"Fuck, you're so tight," ia menggantikan jarinya dengan miliknya, bergerak maju mundur.

"Park Jimin!" Desahanku mengakhiri segalanya. Kami terduduk di lantai. Berusaha menangkap oksigen sebanyak-banyaknya.

Ia menatapku dengan tajam, wajah dan badannya yang oh-sangat-terbentuk penuh dengan keringat sesudah acara kami tadi. "You got me and an A+!" And he kissed me.

WILDEST DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang