warning: bad girl detected.
Jam Mr. Park, ke perpustakaan.
Belajar mandiri,
Buku Latihan Soal halaman 120-123
Kertas lempiran.
-Mr. Park
Hari ini benar-benar melelahkan, kenapa harus belajar di perpustakaan? Kenapa tidak di kelas saja. Aku menoleh ke arah teman dudukku yang asik tidur dengan earphone di kedua telinganya.
"Jimin!"
"Hmmm."
"Ayo ke perpustakaan," Jimin menoleh dan memberikanku pandangan bertanya. Dengan malas aku menunjuk papan tulis dengan daguku.
"Ayo ke perpustakaan!" Si ketua kelas ribut sekali, ia akan benar-benar mengadukan kami kalau tidak mematuhi aturannya.
Tidak sabar, aku mendorong Jimin yang membuatnya ikut berdiri dan merangkulku ke perpustakaan. "Aku tidak bawa bukunya,"
"Salah sendiri."
Jimin mengacak rambutku dengan ganas dan berlari duluan, membuatku mengeluarkan sumpah serapah untuknya.
Keadaan di perpustakaan sungguh sepi, hanya ada beberapa teman sekelas kami yang sibuk membuat tugas dan mencari buku refrensi. Aku mengambil tempat di ujung perpustakaan yang hening, tidak mau diganggu. Dan mulai memasang earphone milikku dan memutar lagu.
Aku terlalu fokus hingga aku merasakan sebuah kaki menendang kakiku di bawah meja. Park Jimin. Sedang duduk di seberangku dengan senyum nakalnya dan kedipan matanya yang cukup panas. Aku mendelik dan menyuruhnya untuk pergi, tapi ia hanya menggeleng.
Sudahlah, biarkan saja. Tidak menghiraukan keberadaannya, aku melanjutkan pekerjaanku.
"Ah!" Sial. Aku segera menutup mulutku dan menendang kaki Jimin yang sekarang sudah berada di atas pahaku.
Jimin menoleh sekitarnya yang sepi dan memberiku isyarat untuk diam. Aku menggeleng dan menurunkan kakinya.
"Sayaaaaang."
Aku menggeleng.
"Please, lihat aku lihat akuuu." Aku menatapnya, dan ia mengeluarkan puppy eyes paling ampuh, laki-laki itu benar-benar seperti anjing yang membuatku iba.
Kali ini aku tidak menjawab, dan mengabaikan Jimin. "Yess!" Aku bisa mendengarnya berkata cukup keras membuatku menoleh dan menyuruhnya diam.
Kakinya mulai menjalar lagi, kali ini membuka paha bagian dalamku dengan jari-jarinya. Aku baru sadar ia tidak menggunakan sepatu lagi. Sebegini siapnya?
"Jangan ribut oke sayang." Aku mendongakkan kepalaku. Jempol kakinya mengelus bagian milikku di luar celana dalam. Bergerak naik turun membuatku menahan desahanku.
"Wah, so wet for me." Ia terus menaikkan kecepatannya, dan tanganku dengan refleks menarik celana dalamku ke samping, memberikannya akses penuh. Ia tersenyum bahagia, dan langsung mencari klitorisku dan bermain dengannya, membuatnya membengkak.
Aku menggigit bibirku untuk menahan desahan. Aku menoleh ke kiri dan kanan, tidak ada yang peduli dengan apa yang kami lakukan. "Jimin.."
"Kau seksi sekali, demi Tuhan!" Laki-laki itu tidak memberiku ampun. Ia terus bermain dengan milikku, hanya menggunakan jari kakinya.
"Close." Ia mengangguk.
Aku kembali mendongakkan kepalaku, dan aku orgasme hanya dengan jari kakinya. Jimin benar-benar brengsek. Napasku tidak beraturan sekarang, aku memejamkan mataku sejenak dan mencari oksigen sebanyak-banyaknya, mengembalikan energiku.
"You look like a goddess." Jimin bangkit begitu saja, tidak peduli dengan boner yang terlihat, memutar dan sudah duduk di sampingku sekarang.
"Giliranku,"
"Ini di sekolah, Jimin."
"Tapi kau sudah puas, sedangkan aku?" Ia mengeluarkan lagi wajah yang bisa membuatku mengangguk dalam sekejap. Aku bersiap-siap mengeluarkan tissue dari kantongku.
Jimin sendiri sudah membuka resleting celananya dan menurunkan boxer-nya sedikit, membuat adiknya terlihat tegak sekali. Aku menelan ludah, sambil memandang lurus ke arah soal tangan kiriku turun dan mulai memberikan gerakan naik turun pada miliknya.
"Hm, sayaaang." Ia mendesah tepat di telingaku. Membuat pusat tubuhku kembali bereaksi. Aku mengikuti naluriku dengan mempercepat gerakan tanganku.
Jimin menggigit telingaku dan menjilatnya, "nanti ada yang melihatnya."
"Tidak, aku bisa pastikan."
Aku merasa satu tanganku sudah mulai penuh seiring bertahmbah besar miliknya, aku juga bisa merasakan uratnya yang terbentuk. Jimin membantu tanganku, kami bergerak bersama.
"Tissue." Aku segera menangkup miliknya dengan tissue, membiarkan ia mengeluarkan semuanya di sana.
Jimin mengambil napas panjang, wajahnya memerah dan itu membuatnya tambah menggoda. "Terima kasih,"
"Sama-sama."
Aku mengelap tanganku yang terkena spermanya, membersihkannya dengan hand sanitizer yang selalu ku bawa lalu kembali mengerjakan tugas dari Mr. Park.
Jimin terus memandangiku dengan tangan bertopang pada dagunya, membuatku risih.
"Ada apa?"
"Memangnya aku tidak boleh melihat gadisku sendiri?" Aku menggelengkan kepala, malu karena ucapannya.
-
hiii ini cerita terakhir sebelum hiatus nulis (kayanya)
maaf kalo ada typo dan sebagainya :")
see you next month oke❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
WILDEST DREAMS
FanfictionTell me the truth, You like him because he can dance, sing, handsome, cute, kind. But, A part of you like him because he's sexy. That's why sometimes you can't handle your own brain, Let your imagination fly, Dream wildly. cover by sass...
