Hurt [Park Jimin]

16.1K 654 184
                                    

Warning; angst.

Tok. Tok. Tok.

Aku menatap jam pada dindingku. Pukul satu pagi. Siapa yang berkunjung ke apartemen orang lain pada jam seperti ini?

Aku melepas headset-ku dan menekan tombol space pada laptop-ku, menampilkan Park Bo Gum yang sedang bermain badduk.

Berjaga-jaga, aku membawa sebuah sapu, dan berjalan menuju pintu apartemen.

Tok. Tok. Tok.

"Siapa?" Ia tidak menjawab. Aku menggigit bibir, dan membuka pintunya.

Bruk.

Aku merasa berat, seseorang menindihku. Bau parfumnya bercampur dengan alkohol, ia mabuk.

Aku menatap wajahnya, ia juga menatapku, tapi aku tahu ini bukan Jimin-ku. "Oppa?"

"(y/n)?" Ia menatapku dengan sedih. Bersahabat dengannya sekaligus menyimpan perasaan lain membuatku tahu seluk beluk orang yang sedang menatapku saat ini.

Park Jimin-ku tidak mungkin mabuk kalau tidak ada hal yang sangat mengganggunya.

"Ada apa? Ceritakan padaku," Tanpa aba-aba, Jimin menciumku. Aku menolak, bau alkohol terasa keras sekali.

"Berhenti!" Aku berusaha mendorongnya dengan segala kekuatan yang aku punya.

"Jalang, kenapa kau menolakku? Bukankah kau mengatakan kau menyukaiku, hah?! Layani aku, jalang."

Aku menamparnya. Aku memang menyukainya tapi bukan Park Jimin yang ini. Aku menyukai Park Jimin yang baik, yang ceria, yang selalu ada untukku, walau aku hanya sebatas sex buddy-nya.

"YA! SADARLAH PARK JIMIN!" Aku memukul dadanya dengan lemah, menangis.

Jimin kembali memelukku. Saat aku ingin melepaskannya, aku merasa bahuku basah. Jimin-ku menangis.

Dengan kasihan, aku berusaha memapahnya ke dalam kamarku, karena aku baru sadar kami sedari tadi masih di depan pintu. Menidurkannya, aku bisa melihat buku-buku jarinya berdarah entah karena apa. Berlari ke luar dan kembali dengan kotak P3K, aku langsung membersihkan lukanya.

"Aish, Seulgi.." tanpa aku sadari, air mataku mengalir begitu saja. Kenapa ia tidak pernah bisa melihatku?

Menarik selimutnya sampai ke leher, dan mengecupnya selamat malam, aku mengambil bantal dan kembali ke ruang tengah.

Menangis.

--

"(y/n)-ah.." Oh? Aku mengerjapkan mataku, melihat Jimin tepat di hadapanku. Bajunya sudah berganti dan rambutnya masih basah. Ia baru saja mandi.

Aku terduduk di sebelahnya, lalu menguap. "Jam berapa ini?"

"Jam 2 pagi."

"Hmm." Aku menyelundupkan diriku ke dalam pelukannya, mencari kehangatan. Jimin tertawa dan melingkarkan tangannya pada perutku.

"You okay?" Jimin menoleh ke arahku dan mencium dahiku, "i'm okay, let's cuddle, (y/n)."

Jimin hangat sekali, walaupun ia baru saja mandi. Dan mungkin ia tidak ingat mengatakan hal yang buruk padaku. Tidak apa-apa, aku tidak marah sedikitpun.

Aku merasakan seseorang mulai mencium telingaku, lalu tangannya mulai memainkan payudaraku yang tidak tertutup bra.

Jimin terkejut, "kau tidak memakai bra?"

"Should i? Why should i wear bra when you have hands." Kami tertawa.

Suasana kami menjadi panas, ia sudah berada di atasku, menyingkirkan selimut dan semua hal yang mengganggu, termasuk baju, celana, dan dalamanku.

"Jimin!" ia menggigitku dengan kasar.

"Jimin? Oppa, bukan Jimin." Ia menggigitku.

"Akh, Jimin."

"Ulangi."

Aku tertawa dan mengecup bibirnya. "Oppa."

Jimin mengusap rambutku, lalu menciumi payudaraku. Membuatnya menegang penuh, dan bawahku basah. Jimin menggunakan kedua tangannya untuk memainkan payudaraku, lalu memindahkan lidahnya ke milikku.

Sial, Jimin sungguh nikmat. Jimin menjilati klitorisku, membuatnya membesar penuh. Lalu memasukkan dua jarinya.

"Akh--oppa." Jimin menatapku, lalu mengeluarkan smirk-nya.

Jimin mengubah posisi kami, aku tepat menghadap miliknya yang sudah menegang penuh, dan ia menghadap milikku.

Tanpa basa basi, aku memasukkan miliknya ke dalam milikku, membuatnya enak.

"(y/n) please." Aku dan dia berlomba-lomba memberikan kepuasan. Lidahnya masih terus mengitari klitorisku.

Tidak bisa berteriak, aku mengulum miliknya lebih dalam. Jimin langsung membalikkan badanku, dan memasukkan miliknya.

"Aaah," Aku berteriak. Miliknya menyentuh pusat tubuhku, membuatku melayang.

"Oppa.." Jimin mempercepat temponya. Aku hampir sampai. Aku hampir sampai.

"S-Seulgi.."

Deg.
Aku berdiri, dan menangis. Jimin membuka matanya dan menatapku, memohon.

"(y/n).."

"GET LOST, YOU FUCKING JERK."

"Dengarkan aku--"

"Diamlah." Bahuku bergetar. Aku menangis terisak. Sebegitunya? Bahkan saat ini, dimana satu-satunya waktu aku bisa memiliki Jimin sepenuhnya, juga dirusaknya?

"Aku minta maaf,"

"Get lost."

Jimin duduk berlutut, dan menaruh kepalanya pada pahaku. Aku merasa basah, Jimin menangis?

Tentu saja ia menangis, karena perempuan itu, bukan aku. Masih terisak, aku meninggalkan Jimin, menutup pintu sekencang-kencangnya.

--
halo akunya lagi galau, jadi keluarnya gini.
yang Lets Play a Game! mau part 2nya atau engga?😏
Kalian mau siapa yang selanjutnya? Jikook? Yoonmin? Or Jin aja or Namjoon aja or...?
Jangan lupa vote dan comment ya!

WILDEST DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang