"Maafkan aku, ya ya?" Aku sudah beberapa kali menarik lengan baju lelaki yang tertidur itu, lebih tepatnya pura-pura tertidur.
Hanya karena aku tidak mau menemaninya mencari Pokemon di sekitar rumah, ia mendiamiku sampai detik ini.
"Besok aku akan menemanimu mencari pokemon, Oppa. Jangan marah padaku."
Ia masih saja terdiam tidak mengindahkan segala usaha yang aku lakukan untuk mendapatkan maaf darinya.
"Oppa, demi tuhan aku akan melakukan apapun--"
Taehyung dengan begitu menoleh dan tersenyum. "Apapun?" Aku mengangguk.
"Aku mau 'itu' sayang."
Aku menyerngit, itu?
"Em ... Itu," Taehyung menarikku ke tempat tidur kami dan menindihku. Oh, itu. Aku menggigit gemas hidungnya, membuatnya kesakitan. "Aw!"
"Aku akan memaafkanmu dengan syarat itu ya," ia melebarkan senyumannya, membuatku berpikir apa dia benar sudah dewasa dan boleh melakukan hal ini?
Taehyung mematikan lampu kamar kami, menyisakan lampu tidur yang hidup di sisi kiri dan kanan tempat tidur. Pandangannya berubah, persis seperti pandangannya saat ditangkap polisi dalam short film Stigma. Liar dan mengancam.
Ciumannya mulai aku rasakan di sekitar leherku, dengan tangannya yang sudah tergesa, mulai membuka kancing-kancing piyama bergambar kelinci yang aku pakai. Gigi tajamnya menggigit beberapa bagian leherku, lalu menghisapnya seperti vampir. Di saat seperti ini tidak ada lagi Kim Taehyung yang seperti anak kecil.
Lidahnya menyeret turun menuju collar bone-ku, mengecupnya beberapa kali sebelum menuruninya dan berhadapan dengan kedua payudaraku. Senyum miringnya terpampang jelas, membuat sesuatu di bawah sana berdenyut. Aku merinding begitu ia mempertemukan lidahnya dengan payudaraku. Menghisapnya dengan keras seperti menyusu, dan memainkannya dengan lidah serta giginya. Membuat aku terlonjak kegirangan.
"Tae ... Oppa,"
Desahan dan rancauan begitu saja lolos dari bibirku, memberitahu dunia betapa hebatnya Kim Taehyung. Ia terus bermain, turun menjilati perutku, membuatku kegelian.
"Sayang, giliranmu." Ia membalikkan tubuh kami, memberikanku kontrol untuk beberapa saat atas tubuhnya. Aku langsung membantunya membuka kaos putih lengan panjangnya yang sobek pada bagian bahu.
Bibir Kim ini terasa seperti coklat. Benar-benar memabukkan. Kami bercumbu dengan gairah, membuat sesuatu yang sedari tadi aku duduki mulai berdiri dengan sendirinya. Lidah kami berperang, namun aku membiarkannya mendominasi hari ini. Membiarkan lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku sendiri, menjelajahinya.
Saat ia mulai kehabisan napas, ciumanku juga turun pada lehernya, aku tidak berani memberi tanda, ia adalah seorang idol dan aku tidak mau merusaknya. Ciumanku kembali turun, menemukan payudaranya. Aku menggigit pelan putingnya, melakukan hal sama yang ia tadi lakukan padaku. Desisan desisan dengan suara berat dan rendah mulai terdengar darinya.
"(y/n) ... Langsung saja!"
Oh, aku bahkan belum sempat memegang adiknya. Ia kembali mengambil kendali dengan membalikkan tubuh kami, merobek celanaku dan dalamannya, serta celananya sendiri. Tergesa dan ceroboh.
"Ngh ... Tae, ah oppa!" Desahan demi desahan memenuhi ruangan gelap ini. Tubuh Taehyung dan tubuhku bergerak dengan seirama. Menghasilkan bunyi yang cukup keras karena ia benar-benar memberikan semua tenaganya.
Taehyung dengan peluh yang mengucur, menggigit bibirnya sendiri menikmati kegiatan olahraga kami. Membuatku benar-benar basah hanya karena melihat ekspresinya yang begitu mengagumkan.
"Sayang ... ngh," Taehyung juga tidak bisa menghentikan desisan dengan suaranya yang begitu rendah, menusuk hingga bulu kudukku berdiri.
Sebelum aku bisa berpikir, Taehyung membuatku berada di atas, dan langsung bergerak memandu pinggulku dengan tangannya. Dengan begini, rasanya Taehyung benar-benar memasukiku hingga menyentuh titik paling sensitif tubuhku.
Aku berteriak, menggeliat, berkeringat karena ulahnya. Kami berciuman tanpa henti, meraba satu sama lain dengan tergesa, menuntut kepuasan hasrat akan satu sama lain.
"Tae, aku ... aku akan datang," aku bermain dengan payudaraku sendiri, membuat kenikmatannya semakin bertambah. Taehyung menciumku dalam, membiarkan aku mendapatkan pelepasanku dalam ciumannya.
Ia masih mencari kepuasannya sendiri. Meraba tubuhku dan meninggalkan bekas dimana-mana. Payudaraku dilahapnya dan digigitnya dengan sembarang.
"Sayang, aku da-datang ... Fuck!" Ia menancapkan miliknya dengan keras seiring pelepasan hebat yang ia alami. Wajahnya memerah sepenuhnya, napasnya tidak beraturan, dan peluh menyebar dimana-mana, tapi Taehyung benar-benar bersinar.
Lekaki jangkung itu mendekapku ke dalam pelukannya. Memakaikan selimut untuk kami berdua.
"Apa aku dimaafkan?"
Ia tersenyum dan mengangguk. Mengecup bibirku sekilas. "Kau dimaafkan."
--
ini apa-apaan
maafin gajelas
babay
KAMU SEDANG MEMBACA
WILDEST DREAMS
FanfikceTell me the truth, You like him because he can dance, sing, handsome, cute, kind. But, A part of you like him because he's sexy. That's why sometimes you can't handle your own brain, Let your imagination fly, Dream wildly. cover by sass...