warning; a little bit of boy x boy, skip it if you don't want to read it! x
"Daesang! Daesang! Daesang!" Ji Min mengangkat sebotol beer yang masih penuh, kami segera mengangkat gelas masing-masing dan bersulang.
"Selamat oppadeul, kalian yang terhebat!"
Jung Kook yang baru saja menyelesaikan satu botol minumannya segera tersenyum lebar, "kau tidak ingin memberikan hadiah spesial?"
Aku menyerngit, "kalian ingin sesuatu?"
Mereka mengangguk bersamaan. "Kau." Aku terkejut dan menumpahkan sedikit minumanku. Di sini, di apartemenku, ketiga lelaki yang baru saja datang dari MMA, yang baru saja mendapatkan penghargaan tertinggi-Album of The Year, membawa kurang lebih sepuluh botol minuman beralkohol dan berpesta tanpa izin. Berkeliling hanya dengan celana panjang tanpa atasan, berputar-putar karena perlahan kesadaran mereka mulai hilang.
Tae Hyung mendorongku, aku menahan tangannya sebentar. Aku menjulurkan tanganku tepat ke belakang Tae Hyung, mengambil botol yang tersisa setengahnya, meneguknya tanpa ampun. Sampai habis dalam satu kali. Aku menyipitkan kedua mataku, rasa asam bercampur asing memanasi kerongkonganku. Membuat duniaku seakan berputar.
"Go." Tae Hyung menciumku dengan ganas, menggunakan seluruh tenaganya yang penuh kebahagiaan untuk membuatku puas dengan ciumannya. Bibir kami saling menggigit, tidak tahu arah, berantakan dan penuh gairah. Aku bahkan bisa mendengar napas kami berdua, begitu memabukkan. Taehyung menurunkan kecupannya, turun menuju payudaraku. Tangannya sekaligus bekerja membuka piyama yang aku gunakan, membuat rasa dingin akibat pendingin ruangan menerpa sekujur tubuhku.
"Jeon Jung Kook, lebih cepat." Desahan Ji Min bersorak dari ujung sana, membuatku menoleh. Mereka berdua, the famous Ji-Kook couple, sudah tidak memakai busana. Memuaskan satu sama lain. Jung Kook dengan oralnya untuk Ji Min, dan tangan Ji Min yang terlihat sibuk memuaskan milik Jung Kook.
Mendengar suara-suara desahan mereka, bagian pusat tubuhku merespon dengan cepat. Nyeri dan ingin dipuaskan. Tae Hyung sepertinya mengerti dengan masalahku, tanpa segan ia membuka cepat celanaku dan dalamannya, membebaskan bagian paling penting tubuhku. Ia sempat tersenyum miring sebelum membenamkan seluruh wajahnya pada milikku.
"Fuck, Tae ... Lebih cepat!" Napasku kembali tidak beraturan, titik rangsang paling utamaku dimanja oleh Tae Hyung, membuatku melayang. Lidah nakalnya terus menjelajah, menjilati labia mayora dan minoraku, hingga menghisap klitorisku yang membuat dunia ini seakan runtuh.
"Tae, i want you."
"Tentu saja, sayang." Tae Hyung mengganti mulutnya dengan miliknya sendiri, memaksa masuk ke dalam ruangan di vaginaku yang mungkin sudah memanjang karena rangsangannya.
Aku mencakar punggungnya, membuatnya mengaduh tetapi sama sekali tidak melayangkan protes padaku. Bagian bawahku begitu penuh dan sesak. "Apa kau mau aku bergerak?" Aku mengangguk.
Hantaman Tae Hyung yang pertama sudah mengenai g-spot milikku, titik khayal yang membuatku merasa begitu nikmat. "Di situ, ngggh." Bantal di sebelah kiri dan kananku menjadi korban pula, aku remas dengan kuat karena ini terlalu memabukkan dan nikmat.
Berkali-kali Tae Hyung menyentuh titik khayalku hingga aku tidak bisa berkata-kata, suaraku tercekat di tenggorokan, pelepasanku sudah dekat.
"Tae ... Aku, aku akan ... Aku akh!" Semuanya kacau, aku bahkan tidak bisa merasakan tubuhku menyentuh daratan. Semuanya berbayang, begitu nikmat, begitu tidak nyata. Tae Hyung juga sepertinya mencapai puncak kenikmatannya, ia mencengkram lenganku dengan keras, menusuk sekali lagi titik khayalku dan membiarkan cairan semennya mengalir di dalamku. Aku membuka mataku dan mendapati Tae Hyung ambruk menindihku.
"Terima kasih, (y/n). Kau yang terbaik."
Aku menepuk pundaknya sebelum ia mengecup dahiku dan berpindah, tidur dengan pulas dalam keadaan tanpa busana.
Belum sempat menarik napas, Jung Kook dan Ji Min menyeringai ganas padaku. Keduanya langsung menjamah seluruh tubuhku dengan tidak sabar, bahkan memberikan kecupan basah dan berbekas di sekujur tubuhku.
"Ji Min, Jung Kook ... tolong." Mereka begitu agresif, menyentuh seluruh tubuhku, membuatnya memanas dan kembali menginginkan pelepasan.
"Kau lebih dulu, hyung." Ji Min memposisikan dirinya tepat menghadap pintu masukku, dan meminta persetujuan. Aku mengangguk, menganggap sebenarnya itu tidak berguna. Rasa yang sama kembali datang, leguhan leguhan menyakitkan sekaligus menyenangkan mengalir begitu saja dari mulutku.
Ji Min langsung bergerak dengan cukup cepat, tidak memberikan waktu untuk miliknya beradaptasi.
"Hyung, aku." Aku melihat bagaimana Ji Min menoleh, dan membiarkan Jung Kook menuntun tangannya untuk memuaskan milik si terkecil. Ji Min akhirnya menaik turunkan tangannya sendiri, membuat aliran darah di dalam milik Jung Kook mengalir deras, menghasilkan ereksi yang semakin besar pula.
"Hyung!"
"Jung Kook, ah! (y/n)!"
"Ji Min ... please."
Suara suara kenikmatan penuh dosa menggema di ruangan, memenuhi seluruh penjuru ruangan kecil ini, membuat pendingin ruangan sepertinya tidak berfungsi kembali.
"Cukup hyung, aku belum ingin melepaskannya." Ji Min mengangguk dan kembali mempercepat tempo di dalamku. Mengapa mereka begitu nikmat. Aku menggigit pelan bibir Ji Min yang tidak jauh dariku, membisikkannya bahwa aku akan mendapat pelepasan keduaku.
Ji Min mencium pelan bibirku, membuatku begitu menikmati detik-detik sebelum pelepasan. Tubuhku bergetar hebat, ini sudah yang kedua, tetapi rasanya masih sama, begitu memabukkan.
"Berbalik."
Aku berbalik, membiarkan payudaraku menggantung indah dan membiarkan pula Jung Kook menikmati pemandangan bagian belakangku. Aku sudah lelah, tetapi melihat milik Jung Kook yang masih berdiri tegak, membuat hasratku benar-benar tidak terkendali.
Dengan sekali gerakan, Jung Kook memasukkan pusat tubuhnya ke dalamku, kembali memberikan sensasi yang sama. Payudaraku terasa bergetar, membuatku menjadi ikut gemetar karena nikmatnya Jung Kook. Kedua sisi lenganku begitu lemah hingga aku rasanya tidak bisa menahannya.
"Fuck, (y/n) kau sungguh nikmat."
"Ah!"
"Shit shit shit." Tenggorokanku terasa kering, mulutku sedari tadi tidak berhenti mengeluarkan suara hina. Jung Kook terus memasukkan miliknya, meminta lebih dalam, menyentuh apa yang paling membuatku kesetanan karena nikmatnya.
"Jung Kook, aku ... akan." Bukannya memberiku jeda itu pelepasan ketigaku, ia malah mempercepatnya, mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri. Napasku sudah terlalu pendek, tetapi Jung Kook tidak peduli.
"Akh!" Ia menancapkan dalam sekali miliknya, membuatku merasakan cairannya yang tumpah di dalamku. Sofa besarku kini penuh dengan cairan ketiga lelaki sialan ini. Jung Kook mengambil tissue yang ada di atas meja, membersihkan cairan entah siapa yang mengalir hingga ke bagian dalam pahaku.
"Hadiah terindah setelah daesang, benar kan?" Tae Hyung yang sudah terbangun dari tidurnya mengangguk, mengiyakan perkataan Ji Min.
"Jika kami mendapat penghargaan di MAMA, aku juga akan meminta ini kepadamu (y/n)."
Oh well, semoga kalian memenangkan banyak penghargaan di MAMA nanti.
**
aduh tida ada feelnya miane
KAMU SEDANG MEMBACA
WILDEST DREAMS
FanficTell me the truth, You like him because he can dance, sing, handsome, cute, kind. But, A part of you like him because he's sexy. That's why sometimes you can't handle your own brain, Let your imagination fly, Dream wildly. cover by sass...