aku kangen kalian.
-
"Taehyung! Kau benar-benar bodoh, aish. Semoga mereka tidak sadar," Lelaki bersurai hitam itu dengan tidak sabar mengacak rambut halusnya, kesal karena kesalahan fatal teman di hadapannya, aku hanya diam menatapi Taehyung yang sedari tadi terdiam karena sudah muak dimarahi oleh Jimin.
"Sudahlah Jimin, semoga mereka tidak menyadarinya." Aku mengelus pelan punggung tangan lelakiku, menyadari keteledoran kami bisa membuat karirnya berantakan. Aku berharap yang terbaik untuknya.
"Aku minta maaf Jimin, tapi aku langsung mematikan siaran saat aku tahu kau sedang..." Aku memerah mendengar Taehyung hampir saja menjelaskan apa yang kami lakukan kemarin, saat ia sibuk menyapa para ARMYs melalui siaran langsung V App, aku dan Jimin sibuk melakukan hal lain.
"Kau lelah, oppa?" Aku baru saja keluar dari kamar mandi, dengan hanya mengenakan bathrobe, aku sudah melihat lelakiku tidur di kasur dengan napas teratur.
Aku mendekatkan diri padanya, baru parfum mahal miliknya menguar, bercampur dengan keringatnya karena mengguncang panggung selama dua jam penuh.
"Sayang, aku sungguh bahagia bisa melihat mereka bernyanyi bersamaku, meneriaki namaku." Dengan mata terpejam, Jimin menceritakan bagainmana konser berjalan dengan lancar, bagaimana kehebohan ARMYs yang selalu membuatnya merasa semangat untuk berkarya.
"Tetaplah menjadi Jimin yang mereka sayangi," aku mengecup keningnya dan bangun dari posisiku yang terduduk di pinggir kasur, hendak mengganti baju.
Sebuah tangan menghalangi langkahku, Jimin dengan masih terpejam menarikku begitu saja, membuatku berada tepat jatuh menindihnya. Benar-benar di atasnya. Wajah bersihnya begitu kelelahan, berputar dari satu negara ke negara lain, tanpa mendapatkan istirahat yang cukup, Jimin benar-benar lelaki kuat.
"Kau harum sekali, aku merindukanmu." Jimin mengelus rambutku, mata kecilnya mulai membuka, memperlihatkan merah di sekelilingnya, pertanda ia kelelahan.
Aku mengelus pipinya, "kau baik-baik saja?"
"Begitu baik untuk memulai ronde pertama denganmu, sayang."
Ia membalikkan keadan dalam satu kilatan cahaya, Jimin sekarang sudah berada di atasku dengan tatapan nakal dan intens miliknya.
"Begitu cantik, seperti biasa."
Bibir penuh dan merahnya mulai menelusuri pelipisku, membuat pusat tubuhku mulai bereaksi dengan sentuhannya. Tangan kanannya dengan tidak sabar mulai membuka tali, dan melepasnya, membuat kulit kami bersentuhan seutuhnya.
Bibir lembut Jimin masih mengarungi leherku, membuatnya basah pula dengan indra pengecap miliknya, tak lupa tanda merah yang menjadi kesukaannya, yang ia sebarkan di beberapa titik leherku, membuatku melenguh nikmat.
"Park Jim... In, ngh..."
Ia seakan tidak peduli dengan suaraku yang begitu serak dan meminta. Sentuhan tangannya pada kedua bagian sensitif milikku, payudara, membuat aku mengejang. Meminta lebih. Tanganku secara tidak sadar menahan wajahnya, mencari bibirnya, menciumnya dengan kasar. Sembari berperang lidah dan memenuhi rindu dengan ciuman panas kami, tangan Jimin masih bermain dengan keduanya. Memilin puting yang tidak bersalah, membuatnya menegang, membuat semua sarafku menegang. Lebih sensitif dari biasanya.
Setelah kehabisan napas, bibirnya kini menggantikan tangannya, bermain dengan puting milikku, membuatku tidak bisa menahan desahan.
"Jimin..."
"Nggh..." Karena tidak rela lidah nakal Jimin akan berhenti memanjakanku, tanganku menekan kepalanya dengan sedikit memaksa, membuatnya kewalahan bermain dengan milikku. Aku bahkan merasa bisa datang hanya karena permainannya pada payudaraku.
Punggungku terangkat kala lidahnya menyusuri perutku, langsung melangkah menuju tempat paling intim wanita. Dibukanya pahaku dengan perlahan, dikecupnya sebentar, sebelum terfokus pada apa di tengahnya.
"JIMIN! Ah..." Ia dengan tidak berperasaan menggigit klitorisku, membuatku benar-benar kejang kenikmatan. Awan-awan di sekitarku mulai menjadi jelas saat permainan Jimin mencapai tempo teratur.
Sebentar lagi, sebentar lagi aku akan datang. "Jimin, don't fucking stop!" Ia berhenti sebentar dan aku langsung menoleh tidak rela, sekarang miliknya yang sudah benar-benar menegang itu menggantikan lidah dan tangannya.
"Ngggh..."
Jimin mulai menyetarakan tempo kami. Membuat suasana memanas, membuatku tidak bisa berhenti melenguh nikmat karena keperkasaan Jimin.
"(y/n)!"
"Ngh..."
Napas kami tersengal, kami terus memberi kenikmatan duniawi satu sama lain.
"Jimin?"
Kami berhenti. Benar-benar berhenti. Aku tahu itu bukan suaraku, bukan desahanku yang memintanya mempercepat tempo. Suaranya begitu dalam. Dan begitu saja tidak terdengar lagi.
Jimin melemparkan badannya ke sebelahku, masih dengan miliknya yang tegang, namun gairahnya yang hilang karena gangguan suara itu.
Dengan sembarangan ia mengambil celana dan kaos, aku juga berlari kecil, mengambil sweater milik Jimin yang begitu kebesaran di tubuhku dan mengambil celana pendek, menggunakannya dengan sembarangan.
"Taehyung?"
"Aku benar-benar langsung mematikannya ketika mendengar suara (y/n)..."
Aku tidak tahu apakah suara desahanku dan Jimin bisa didengar oleh ARMYs di seluruh dunia. Aku pasrah. Menangis semalaman benar-benar membuatku lebih baik. Dan sekarang aku hanya bisa menenangkan Jimin, membuatnya tidak tahu bahwa beberapa dari media sudah curiga pada tayangan itu.
---
i miss you guys so much.
ada yang nungguin?
aku sudah mulai sibuk mau ospek dll dll, maafin aku yah :")
KAMU SEDANG MEMBACA
WILDEST DREAMS
FanfictionTell me the truth, You like him because he can dance, sing, handsome, cute, kind. But, A part of you like him because he's sexy. That's why sometimes you can't handle your own brain, Let your imagination fly, Dream wildly. cover by sass...