"Terimakasih sudah datang, oppadeul!" Aku membungkuk sambil tersenyum. Gigiku rasanya hampir kering karena sudah beberapa jam tersenyum.
"Terimakasih!" Lelaki di sebelahku memeluk membernya satu persatu, malam ini adalah malam paling bahagia dalam hidupku.
Margaku berubah menjadi Kim.
"Sayang, kau tidak lelah?" Aku menoleh, Kim Taehyung tampan sekali hari ini.
Aku menggeleng, "aku tidak apa-apa, hanya kakiku sedikit pegal memakai heels." Ia mengecup dahiku dan mengangguk.
Aku berbohong. Kakiku rasanya sudah mau patah, bahkan mungkin sudah lecet karena heels yang begitu tinggi. Aku sesekali meringis tanpa sepengetahuan Taehyung.
Aku melihat tamu kami masih banyak sekali, tapi rasanya kakiku sudah tidak tahan.
Tiba-tiba aku merasa seseorang membungkuk di depanku. Taehyung. "Oppa apa yang kau lakukan?" Ia tidak menjawab, tapi langsung melepaskan heels dari kakiku.
"Aku melihatmu meringis dari tadi, jangan berbohong, sayang." Glek. Taehyung menaruh heels-ku disampingnya dan mencium hidungku, "kau lucu saat meringis."
Aku memerah.
--
Aku langsung saja tertidur tanpa membuka pakaianku. Kakiku pegal sekali dan benar saja, semuanya lecet. Taehyung duduk di sebelahku sambil memijit kedua kakiku. "Oppa, kakiku kotor."
"Diamlah," aku tidak menyadarinya, tapi Taehyung sudah membawa obat-obatan luar untuk kakiku dan mengobatinya.
Sambil menunggu Taehyung selesai, aku membuka hiasan di rambutku, lalu membiarkan rambutku tergerai karena aku tidak memakai model rambut yang begitu berat.
"Selesai. Masih sakit, (y/n)?" Aku menggeleng dan menepuk kasur di sebelahku, menyuruhnya bergabung denganku.
Taehyung membuka jas, kemeja, lalu menggantinya dengan baju kaos. Begitu juga dengan bawahannya. Ia bahkan sudah tidak malu berganti di depanku. "Kenapa kau menggantinya di depanku?" Aku menutup mataku, sedikit.
Taehyung tertawa, "aku suamimu sekarang, tidak apa-apa."
Ia lalu bergabung denganku dan mencari posisi nyaman karena aku masih mengenakan gaun resepsi kami. "Gantilah bajumu, kau pasti tidak nyaman."
"Hmm." Aku malas.
Aku merasa seseorang menggendongku menuju meja rias, lalu membuka gaunku dan menyisakan underwear-ku saja. Aku merasa badanku gatal karena terlalu lama menggunakan torse. "Wha, badanmu memerah, apa gatal?" Aku meringis sambil mengangguk.
Taehyung sekali lagi mengambilkanku bedak dan mengusapnya di sepanjang pinggang, punggung, bahkan di bawah payudaraku. "Rasanya gatal sekali,"
Taehyung mengecup hidungku, "Tahanlah, (y/n)." Aku hanya mengangguk.
Aku memeluknya erat tanpa menyadari kalau aku hanya sedang memakai underwear. "Pakai bajumu, sayang." Aku menggeleng, pelukannya hangat sekali.
Tunggu. Kenapa tangan Taehyung berada di perutku? Aku menunduk dan...memerah. Itu bukan tangan Taehyung.
"Dadamu, hm daritadi menggesek perut--ku. Aku, hm, jadi tidak tahan. Tapi, aku tidak bermaksud." Taehyung mengusap belakang lehernya. Aku menatapnya nanar.
"Hmm, just do it oppa.." Aku berkata dengan pelan sekali namun aku yakin Taehyung mendengarnya.
Taehyung menggeleng. "Tidak. Kau masih terluka baby girl. Aku tidak akan melukaimu lagi."
Aku menggigit bibirku, aku tidak tega melihatnya harus memuaskan diri sendiri padahal aku adalah istrinya. "Aku tidak apa-apa."
Taehyung menatapku dalam sekali. Aku tahu ia sangat ingin melakukannya, dengan keberanian entah dari mana aku melakukan first move. Aku menciumnya dengan dalam, memeluk lehernya, tidak membiarkan ia protes dengan apa yang aku lakukan.
Aku merasakan bibir Taehyung tersenyum saat kami berciuman, saat itu pula ia mulai menggunakan lidahnya, mengajakku berperang di dalam mulutnya, membiarkanku mendominasi.
Saat masih berciuman, tangan nakalnya berpindah menuju payudaraku, mengusapnya dan memainkannya seperti anak kecil. Memelintir putingku, membuatnya menegang penuh. "Taehyung oppa.."
"Ya, (y/n). Panggil namaku, sayang." Ia berpindah menciumi leherku, dan membuat banyak tanda cinta. Lalu menggigitku seperti vampire. Sakit tapi aku menyukainya, aku mengangkat leherku agar ia bisa leluasa bermain dengannya.
Aku terus mengeluarkan desahan karena tangan dan lidah Taehyung benar-benar memabukkan. Ia mengangkatku menuju tempat tidur kami dan melemparku.
"Aw!"
"Ah, maaf." Ia tertawa. Sial.
Sayangnya, ia tidak bisa menjamah perutku karena masih terdapat bedak penyembuh gatal. Jadi ia langsung merobek underwear-ku.
"Jangan dirobek!" Tapi aku sudah terlambat, kan? Taehyung entah belajar dari mana, ia langsung menciumi klitorisku dan menggosoknya dengan ibu jari.
"Oppa..aku.."
Aku tidak bisa berkata-kata. Hanya dengan lidah dan tangannya, ia akan mendapatkan orgasme pertamaku. How good. "Aku, akan..." Terserahlah, aku tidak tahan. Aku keluar.
"Hh, Oppa..enak sekali."
Ia menciumku, "kita bahkan belum ke intinya, sayang." Aku hanya mengangguk.
"Kau mau melanjutkannya atau istirahat?"
"Lanjutkan." Ia menatapku, seperti bertanya apakah aku yakin, "ya, aku sangat yakin."
Taehyung melepas boxer-nya dan baju kaosnya. Perlahan, memasuki milikku dengan miliknya yang ternyata besar sekali.
Aku menjambak rambutnya, membiarkan rasa sakitku tersalurkan. Taehyung menciumi payudaraku sambil mengalihkan rasa sakitku. "Oppa..tolong, akh!"
Aku mendengar napasnya berat sekali. Lalu ia menatapku, "tidak apa-apa?" ia menghapus air mataku dan menatapku khawatir.
"Iya, kau terlihat seperti bukan Taehyung."
Ia menyerngit. "Kenapa?"
Aku tersenyum lalu mengecup bibirnya sekilas, "Taehyung yang aku tahu bersifat seperti anak kecil, sangat lucu. Lihatlah Taehyung suamiku, ia bersifat gentle sekali terhadapku."
Taehyung lalu menghujaniku dengan ciuman dan mulai bergerak. "Terimakasih, (y/n) untuk mencintaiku. Padahal aku seperti anak kecil." Ia tetap bergerak membuatku tidak bisa berkonsentrasi pada suaranya.
"Akh, oppa! Please please.."
Aku melayang. Seperti bertemu bidadari di langit ke tujuh.
"Apakah aku masih terlihat sepeti anak kecil?"
"Akh, faster!"
"Ya! (y/n) jawab aku!"
Aku tidak memperdulikannya, ini terlalu nikmat. "Diam dan bergeraklah!"
Ia mengerucutkan bibirnya tapi tetap mempercepat temponya, tidak lama aku merasakan orgasme keduaku. Dan orgasme pertamanya di dalamku.
"Hh, aku lelah.." aku langsung menarik selimut kami lalu memeluknya.
Ia tidak membalas pelukanku, ah iya, ia tadi sedang marah padaku. Lucu sekali. "Oppa masih marah?"
Ia diam.
"Kau tidak seperti anak kecil di ranjang oppa. Kau hebat," Setelah mengucapkan hal itu aku membalikkan badanku memunggunginya karena malu.
Aku merasa sebuah tangan memelukku erat dan aku juga mendengar tawa dari lelaki di sampingku. "Tentu saja suamimu hebat di ranjang."
Aku berpura-pura terlelap.
--
q&a batal ya bcs dikit(?) wkwk.
Happy reading dan maaf jelek ;(
anyway jd males update karena readersnya banyak banget tapi votes dan comments sedikit sekali :(
KAMU SEDANG MEMBACA
WILDEST DREAMS
FanfictionTell me the truth, You like him because he can dance, sing, handsome, cute, kind. But, A part of you like him because he's sexy. That's why sometimes you can't handle your own brain, Let your imagination fly, Dream wildly. cover by sass...