LUL | 49

79 9 5
                                    

"Dunia tak lunak hanya karena
kau rapuh."

•Laut Untuk Langit•

Ketika Jenia membuka matanya, tangisan itu pecah begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika Jenia membuka matanya, tangisan itu pecah begitu saja. Seakan ada sesuatu yang retak di dalam dadanya, meledak menjadi serpihan luka yang tak kasatmata. Isakannya menyayat, setiap tetes air mata yang jatuh membawa kepedihan yang bahkan tak ia mengerti.

Ethan, yang baru saja tiba setelah menyelesaikan perkuliahannya, tertegun di ambang pintu. Sesaat, dunia terasa berhenti berputar. Matanya menangkap sosok Jenia yang menggigil dalam tangis, begitu rapuh dalam pelukan selimut putih rumah sakit. Tanpa berpikir, ia melangkah mendekat dan merengkuh Jenia dalam dekapannya.

Tubuh Jenia terasa dingin. Begitu dingin.

Namun, gadis itu tetap menangis di pelukannya, seolah ada kehilangan besar yang menghantuinya—sesuatu yang tak bisa ia jangkau dalam ingatannya.

Jenia mengangkat wajahnya perlahan, matanya basah dan kosong. Ia melihat ke arah Ethan, bibirnya sedikit bergetar, seakan berusaha menemukan sesuatu yang bisa ia kenali.

“Kamu siapa?”

Dunia Ethan seketika runtuh.

Suara Jenia begitu hampa, begitu asing. Kata-kata itu lebih tajam dari belati mana pun, lebih kejam dari malam-malam penuh penyesalan yang pernah ia lewati.

Dadanya terasa sesak. Napasnya tercekat.

"Gue Ethan, Jenia." Suaranya nyaris bergetar, penuh harapan yang tersisa. "Lo pasti ingat kan? Lo harus ingat."

Namun, Jenia tetap menatapnya dengan kebingungan yang sama, seolah Ethan hanyalah seseorang yang kebetulan berada di ruangan itu.

Ethan menelan kenyataan pahit itu. Jika kehilangan Jenia sekali saja sudah hampir membunuhnya, bagaimana ia bisa menerima bahwa kini Jenia benar-benar telah melupakannya?

Ethan terhimpit dalam dilema. Ada bagian dari dirinya yang ingin percaya bahwa ini adalah kesempatan kedua—sebuah awal yang baru, sebuah jalan untuk menebus semua yang pernah rusak. Tapi di sisi lain, rasanya itu begitu jahat. Terlalu kejam jika ia memanfaatkan kehilangan ingatan Jenia untuk membangun kembali sesuatu yang seharusnya sudah lama terkubur di masa lalu.

Bukankah ini sama saja seperti membohongi Jenia? Seperti menahannya dalam sesuatu yang mungkin seharusnya sudah ia lepaskan?

Ethan menghela napas, berusaha menelan pahitnya kenyataan. Matanya mencari-cari secercah harapan di wajah Jenia, tetapi yang ia temukan hanyalah kehampaan—tatapan kosong yang seolah tak mengenalnya sama sekali.

"Ini Albara, adik kamu." Suaranya terdengar pelan, hampir gemetar, seakan kata-kata itu membawa beban yang lebih berat dari yang mampu ia tanggung.

Albara berdiri di samping mereka, rahangnya mengeras, matanya berkilat dengan sesuatu yang nyaris menyerupai keputusasaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAUT UNTUK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang