LUL | 18

1.7K 113 11
                                        

Jangan letakkan semangatmu pada seseorang, sebab jika ia pergi kamu akan hidup seperti manusia tanpa arah

•Laut Untuk Langit

•Laut Untuk Langit•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Pagi itu, mentari baru saja terbit, menyinari kota yang masih setengah terlelap. Noan mengendarai motornya dengan santai, sesekali melirik jam tangannya. Di depan rumah Jenia, ia membunyikan klakson motor dua kali. Jenia keluar dengan senyum mengembang, menyapa pagi yang cerah.

Noan menyerahkan helm yang langsung diterima Jenia. Keduanya mengendarai motor membelah jalanan pagi.

"Loh kok belok? Sekolah sebelah kiri. Belok kiri," seru Jenia memecah keheningan.

"Sorry, gue nggak bisa belok," jawab Noan.

"Hah?!"

"Puter balik, Noan! Kelewatan!" suara Jenia mulai naik satu oktaf.

"Sorry, gue juga nggak bisa putar balik," Noan terkekeh.

"Noan!" Jenia memekik, tangannya menepuk bahu Noan dengan keras.

Noan tertawa kecil. "Sorry, baru belajar naik motor."

"Gak lucu."

Noan masih tertawa, mencoba menghindari cubitan Jenia di perutnya.

"Kita kemana?"

"Sekolah gue."

"Kan sekolah kita sebelahan. Tadi udah kelewatan."

"Nggak seru kalau langsung sampai. Jadi kita muter-muter dulu."

Jenia menghela napas panjang, berusaha menerima keputusan spontan Noan. Jalanan pagi itu masih lengang, hanya suara deru motor mereka yang terdengar, memecah keheningan pagi.

***

"Yaelah, masih minta Abang Go-Jek suruh ambil rapot. Nggak sekalian panggil damkar?" Albara memasang wajah sengit saat melihat Noan.

"Pasti nilai lo jelek makanya minta orang lain buat ambilin," tambahnya dengan nada mencibir.

Abang Go-Jek itu berlalu setelah Albara menerima rapot sekolahnya dan membayar ongkos. Mata tajamnya kembali menatap Noan.

"Nilai nggak menjamin masa depan kan?" Jawab Albara acuh.

"Iya deh yang calon pewaris bisnis bokap," balas Noan, sinis.

Jenia kembali dari membeli minuman di warung terdekat, dan pandangannya bertemu dengan Albara. Cowok itu menatap Noan, seolah bertanya, kok lo di sini?

Noan mendahului. "Dia bareng gue. Kenapa? Cemburu?"

Albara mengerlingkan mata, hendak pergi tapi Noan lebih dulu menarik kerah belakang seragamnya.

LAUT UNTUK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang