LUL | 21

1.6K 108 7
                                        

Jadi sekarang aku harus tetep
nunggu atau nyerah?

Laut Untuk Langit•

•Laut Untuk Langit•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sesuai janjinya, Noan datang menjemput Jenia dengan senyum lebar yang seolah enggan pergi dari wajahnya. Ia tampak bersemangat, seakan ada rencana besar yang sedang ia sembunyikan

"Siap berangkat?" tanya Noan penuh semangat.

Jenia hanya mengangguk pelan, sedikit penasaran dengan rencana yang disiapkan Noan.

"Hari ini, gue sengaja nggak bawa si Gadon," ucap Noan tiba-tiba, sambil membuka helmnya.

"Gadon? Siapa Gadon?" Jenia menatap Noan dengan bingung, mencoba mencari tahu apakah Noan sedang serius atau hanya bercanda.

"Gadon," ulang Noan sambil terkekeh, "itu nama motor gue."

Jenia mengernyit. "Emangnya, itu singkatan dari apa?"

Noan tertawa lepas mendengar pertanyaan itu. "Gadon, singkatan dari gagal hedon," jawabnya sambil menahan tawa yang meledak.

Jenia tak bisa menahan tawa, suara tawanya pun memenuhi udara sore yang hangat. "Serius, Noan? Kamu ngasih nama motor kamu gagal hedon? Ko bisa kepikiran sih?"

Noan tersenyum lebar, tampak bangga dengan kreativitasnya. "Iya dong! Soalnya, awalnya gue mau tampil hedon, tapi dompet gue nggak setuju. Jadi ya, inilah hasil komprominya, si Gadon."

Jenia hanya menggeleng sambil tersenyum, membiarkan Noan dengan candaan konyolnya. "Jadi, kita naik apa kalau bukan si Gadon?"

"Kita naik bus," jawab Noan dengan antusias. "Sekali-kali ganti suasana, nggak masalah, kan?"

Jenia mengangguk setuju, merasa tertarik dengan ide Noan untuk merasakan pengalaman baru yang berbeda.

***

Noan tahu Jenia membutuhkan sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dari kesedihan yang membebani. Jadi, setelah memutuskan untuk mengajak Jenia ke laut, ia berharap suasana segar dan aktivitas di pantai bisa membantu.

Saat mereka tiba di pantai, udara segar dan aroma laut segera menyapa mereka. Gelombang yang berdebur di pantai dan pasir yang hangat di bawah kaki membuat suasana hati Jenia lebih baik.

Noan menggenggam tangan Jenia, menariknya lembut menuju bibir pantai, di mana deburan ombak menyapa lembut kaki mereka. Bersama-sama, mereka berlari mengejar ombak yang datang dan pergi, seolah-olah mengusir sejenak bayang-bayang kelam yang menghantui pikiran Jenia.

Untuk hari ini, biarkan senyumnya merekah tanpa beban, biarkan tawa riangnya mengisi celah-celah hatinya yang sempat kosong. Noan hanya berharap, meski sejenak, Jenia bisa melupakan beratnya dunia, dan menemukan kebahagiaan sederhana di antara pasir dan ombak yang tak pernah berhenti mengalun.

LAUT UNTUK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang