LUL | 11

2.3K 265 44
                                        

Aku cape,
Harus pulang kemana?

Laut Untuk Langit

•Laut Untuk Langit•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Noan memandang Jenia dengan tulus, "Jen, gue suka lo."

Jenia terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Noan. "Noan, tapi kita—"

"Temen?" potong Noan, mencoba membuat suasana canggung itu sedikit lebih ringan. "Gue nggak maksa lo buat jawab. Dengan gue bilang ke lo, perasaan gue lega. Gue nggak masalah lo bakal nolak gue, meski kayaknya gue bakal gamon seumur hidup."

Noan tertawa, menciptakan momen canggung yang sekaligus penuh dengan kelembutan di antara keduanya.

***

"Noan nyatain perasaanya ke aku."

Gerakan tangan Ethan terhenti. Niatnya untuk meminta maaf tentang kejadian kemarin langsung menguap seketika. Kotak hadiah permintaan maaf yang sudah ia persiapkan dihancurkan oleh remasan tangannya.

Garpu dan sendok dilemparkan dengan sengaja, menghasilkan bunyi keras saat menghantam piring. "Lo buat mood gue ilang, sialan."

"Aku cuma minta pendapat kamu, aku nggak akan sembunyiin dari kamu. Kalo kamu minta buat nggak terima aku bakal nolak dia."

Ethan meremas kotak seukuran tangannya dengan keras. Kenapa tiba-tiba jantungnya terasa seperti tertusuk? Kenapa ia merasa dikhianati?

Suasana tegang merayap di antara kata-kata yang terucap, menciptakan atmosfer yang gelap dan penuh amarah.

"Than, aku cuma nggak mau sembunyiin hal yang bakal buat kita salah paham. Apapun keputusan kamu aku bakal terima."

Ethan bangkit berdiri.

"Gue nggak peduli, mau lo terima dia atau nggak gue nggak peduli. Mau lo hamil sama dia gue juga nggak peduli."

Jeritan kasar Ethan menusuk hati Jenia dengan kejam, menciptakan kesunyian yang penuh kekecewaan di ruangan itu.

Ethan berdecak, memandang Jenia dengan tatapan marah. "Dengan gini kita nggak ada hubungan apa-apa lagi kan? Lo bebas pilih cowok manapun begitu juga dengan gue."

Dengan gerakan tangan yang penuh kemarahan, Ethan melempar kotak kado hingga terhempas ke lantai, menciptakan dentuman yang menunjukkan kehancuran hubungan mereka.

"Permintaan maaf gue buat yang kemarin." Dalam kekecewaan yang tersembunyi di balik amarahnya, Ethan menatap tajam Jenia. "Mulai sekarang gue nggak bakal pulang kesini."

"Than, maksud aku bukan gini."

"Terus maksud lo apa?! Masih ngerasa belum puas hah? Silahkan lo jual rumah ini buat lunasin hutang Mama lo yang udah jadi mayat!" Marah Ethan mencurahkan segala emosinya.

LAUT UNTUK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang