LUL | 19

1.5K 108 19
                                        

Akan ada masanya dimana aku melihatmu tanpa perasaan lagi

•Laut Untuk Langit•

•Laut Untuk Langit•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jenia pulang dengan senyum yang masih mengembang di wajahnya. Ada perasaan lega dalam hatinya, seolah hubungannya dengan Albara sedikit mencair berkat kehadiran Noan. Dengan langkah ringan, ia menaiki tangga menuju kamarnya, masih dengan senyum yang belum pudar dari bibirnya.

Namun, senyumnya tiba-tiba lenyap saat matanya bertemu dengan sosok Kanaya yang berdiri di puncak tangga, menghadang jalannya. Wajah Kanaya tampak serius, seolah membawa beban berat yang ingin ia sampaikan.

"Kamu mau kan lepas Ethan demi aku?" suara Kanaya terdengar lirih, namun tegas.

Jenia mendongak, hatinya mencelos. Kanaya berdiri tegak di hadapannya, seolah siap menantang dunia demi cinta yang ia yakini.

"Jenia, aku tahu kamu belum bisa lepas dari Ethan. Begitu juga Ethan... Setiap kali kita bersama, dia selalu murung, seolah perhatian yang dia kasih ke aku bukan karena cinta, tapi karena rasa terpaksa."

Kanaya menatapnya dengan mata yang penuh harap, "Dia masih ada rasa sama kamu, Jenia."

Kata-kata itu menghantam Jenia dengan keras, membuat pikirannya kacau. Ia terdiam, bingung harus berkata apa. Kenangan dan perasaan yang selama ini ia coba abaikan tiba-tiba menyeruak, membanjiri benaknya.

"Tolong bilang ke Ethan, kalau kamu nggak ada perasaan sama dia lagi. Kasih Ethan kesempatan buat cinta aku," lanjut Kanaya, suaranya mulai terdengar memelas. Ia meraih bahu Jenia, berharap perempuan di hadapannya bisa memahami perasaannya yang begitu rapuh.

Namun, Jenia hanya bisa menggeleng pelan, "Kamu salah, Nay," ucapnya sambil melepaskan tangan Kanaya dari bahunya. Ia berbalik, bersiap untuk pergi. "Aku sama dia nggak ada perasaan apa-apa lagi."

"Jenia please. Gue nggak bisa gini terus," suara Kanaya terdengar hampir putus asa saat ia mencoba mengejar Jenia yang mulai menuruni tangga.

Namun, langkah tergesa Kanaya membawa malapetaka. Sandal yang ia kenakan licin, membuatnya kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung, dan sebelum ia sempat menguasai diri, ia membentur pegangan tangga dengan keras lalu terjatuh.

Jenia memekik, tangannya terulur ingin meraih Kanaya, namun semuanya terjadi terlalu cepat. Detik-detik itu terasa seperti mimpi buruk yang tak bisa ia hentikan, sementara tubuh Kanaya jatuh tak terkendali ke bawah.

***

"Kenapa kamu lakukan itu ke Kanaya?! Dia saudara kamu, Jenia!" Suara Arya menggema di ruangan, dipenuhi amarah yang tak bisa disembunyikan.

LAUT UNTUK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang