"Jangan nyapa lagi ya, aku udah sejauh ini buat sembuh." ~Jenia Amaya
Laut dan langit, keduanya ditakdirkan untuk berpisah namun tetap saling melengkapi. Ethan Nathaniel ibarat langit, yang segala halnya bisa berubah sewaktu-waktu. Setiap kali langi...
Sebab orang dengan cintaterbaiknya, tidak akan mudah jatuh cinta berkali-kali.
•Laut Untuk Langit•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jenia keluar, bingung tentang kemana seharusnya pergi setelah kejadian yang memecahkan hatinya di apartemen tadi.
"Mau kemana? Bareng gue yuk."
Sebuah sepeda motor mendekati Jenia, menyamai langkahnya yang berjalan kaki. Jenia berhenti dan melihat pelaku, Noan.
"Nggak usah, Noan."
"Ayo," goda Noan.
"Aku cuma mau ke depan. Jalan dikit juga sampai."
Noan mematikan mesin motornya dan membuka kaca helm agar dapat melihat Jenia dengan jelas.
"Kenapa? Kok muka lo pucat gitu, kurang sajen?"
Jenia segera mengubah ekspresi wajahnya. "Aku nggak apa-apa kok."
"Bohong."
"Apasih. Aku beneran nggak apa-apa."
Noan terkekeh dan tangan lembutnya meraih rambut Jenia yang tergerai. "Iya. Gue percaya. Jenia yang gue kenal kan emang kuat."
Perhatian Jenia teralihkan ke lengan Noan yang terangkat.
"Luka kamu gimana?"
"Sembuh, kan lo yang rawat." Noan mengangkat kerah lengan seragamnya, memperlihatkan bekas luka yang mulai mengering. "Lihat."
"Jangan dibawa aktivitas yang berat-berat."
"Baju kamu nggak rapi banget," komentar Jenia ketika melihat penampilan Ethan dengan kancing seragam sekolah yang dibiarkan terbuka dan dilapisi kaos hitam.
Noan hanya tersenyum lebar.
"Sini, naik." Noan menepuk jok belakang motornya, dan akhirnya Jenia menuruti ajakan tersebut dan menaiki motor besar Noan.
"Nge-date yuk," tawar Noan dengan nada riang.
Jenia tertawa. "Yaudah boleh."
Noan memacu motornya, meninggalkan kesedihan Jenia jauh di belakang. Mereka melaju di jalan raya yang ramai, menyibak kerumunan kendaraan.
Tiba-tiba, di lampu merah di depan, Noan menarik tuas rem sehingga motor mereka berhenti di antara kerumunan pengendara lain. Satu motor besar berhenti di samping motor Noan, diikuti oleh motor serupa di belakangnya.
"Berdua aja, bos," kata seorang pengendara dari motor di samping mereka.
Noan menoleh, dan Jenia ikut melihat. Ada sekitar lima motor serupa yang dibelakang mereka.