LUL | 03

794 332 163
                                    

Jangan gapapa gapapa mulu kalo ditanya,
sekali sekali cerita kalau ada apa-apa.

Laut Untuk Langit

Ethan duduk dengan santai di kursinya, merasa penat setelah rapat yang berat, sambil ditemani Abraham yang ikut ke kantin bersamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ethan duduk dengan santai di kursinya, merasa penat setelah rapat yang berat, sambil ditemani Abraham yang ikut ke kantin bersamanya. Mereka berdua menuju kantin untuk meraih sedikit waktu santai setelah sesi rapat yang melelahkan.

Abraham dengan santai menambahkan kecap ke mie ayam pesanannya, lalu menanyakan pertanyaan yang sudah lama dia tunggu-tunggu untuk diajukan.

"Gimana lo sama Jenia?" Tanya Abraham dengan senyum misteriusnya.

"Sialan, Papa maksa gue satu apartemen bareng dia." Decak Ethan dengan nada yang terdengar agak tertekan.

Abraham tidak bisa menahan tawa dan melontarkan ejekan ramah.

"Seneng lo?"

Sambil merenung sesaat, Abraham akhirnya memutuskan untuk berbicara, "Lagian dia nggak jelek-jelek amat kok. Kalo kata gue lumayan."

Ethan tidak membalas.

Tiba-tiba, seseorang datang dan dengan tegas mengambil mangkuk Abraham. "Woilah, ngumpul nggak ngajak-ngajak. Lo yang traktir kan, Ham? Makasih loh," ucapnya dengan santai sambil menyeruput mie.

Abraham merasa kesal dan spontan berkata, "Apasih bangsat!"

Cowok yang baru datang itu adalah Yohan, yang dikenal dengan sifatnya yang petakilan. Meskipun Abraham kesal, Yohan hanya cengengesan sambil tetap menikmati mie ayam miliknya tanpa berniat mengembalikannya.

Yohan akhirnya mengembalikan mangkuk mie ayam Abraham yang tersisa separuh, sambil mengunyah ia menatap dua temannya dengan ekspresi bingung.

"Asem bener muka lo pada," ujarnya dengan nada santai.

Abraham yang merasa tersindir, mencoba membalas, "Coba lo liat kaca."

Yohan mengambil ponsel Abraham yang harganya setara dengan dua ginjalnya, lalu memeriksanya di layar ponsel tersebut.

"Ganteng," Yohan menyatakan dengan lantang.

Abraham tidak bisa menahan rasa kesalnya. Ia melepas sepatu sebelahnya dan melemparkannya ke arah Yohan, sayangnya meleset. Kemudian, Abraham bangkit untuk mengambil sepatunya sekalian memesan es teh.

"Sialan. Lo kalo mau makan, makan aja Han,  ganggu bener," Ethan yang dari tadi diam ikut angkat suara.

Yohan nyengir.

LAUT UNTUK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang