LUL | 34

1.2K 80 8
                                        

Walaupun sekarang kita udah asing,
Tapi seenggaknya kita pernah ketemu kan?

Laut Untuk Langit•

•Laut Untuk Langit•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Langit malam menekan berat di atas kota, seolah-olah ikut merasakan beban yang tersimpan di udara. Trotoar padat dengan orang-orang yang sibuk dengan dunianya sendiri, tak ada yang peduli pada satu individu yang tersandung masalah pribadi di antara keramaian itu. Di sudut jalan dekat sebuah kedai kopi, Jenia menemukan Ethan—lebih hancur daripada yang pernah ia bayangkan. Fitnah yang menghantamnya seakan mendorongnya ke tepi jurang, dan sekarang, di hadapannya, Ethan terlihat benar-benar hilang kendali.

"Ethan," panggil Jenia pelan, suaranya merambat ragu, seperti mencoba menembus kabut kelam di benak Ethan. Pria itu mendongak perlahan, tapi tatapan yang menyambutnya tidak lagi ramah. Mata yang dulu lembut kini dipenuhi bara amarah dan frustrasi yang membara, seolah dunia telah mempermainkannya tanpa ampun.

"Apa yang lo lakuin di sini?" tanyanya dengan nada dingin, kasar, jauh dari semua yang pernah Jenia dengar. Tidak ada kelegaan, tidak ada rasa terima kasih atas kehadirannya. Hanya kemarahan yang menguar, mencengkeram erat seluruh ruangan di antara mereka.

Jenia menarik napas panjang, mencoba tetap berdiri meski hatinya mulai meretak. "Aku tau kamu ada masalah, Ethan. Aku cuma pengen bantu."

"Bantu?" Ethan menertawakan kata itu, getir dan menghina, seakan kehadirannya adalah ejekan semata. "Lo pikir lo bisa bantu gue, Jen? Gue udah dituduh korupsi, dihancurin, lo pikir cuma karena lo muncul semuanya bakal beres?"

Jenia mencoba tetap tenang, meski kata-katanya menusuk tajam ke dalam dirinya. "Aku tahu ini berat, tapi aku percaya kamu nggak bakal ngelakuin itu. Kita bisa cari jalan keluar... bareng-bareng."

"Lo nggak ngerti!" Suara Ethan membentak, membuat beberapa orang di sekitar menoleh heran. "Lo nggak tahu apa yang gue hadapin! Lo nggak ada di posisi gue, Jen! Gue disudutkan, dan sekarang lo datang dengan kepolosan lo, ngerasa bisa menyelamatkan gue?! Buat apa?!"

Bentakan itu mengguncang Jenia, tapi dia menolak untuk mundur. "Aku di sini bukan buat sok tahu atau ngrendahin kamu, Ethan. Aku di sini karena aku peduli, karena aku percaya kita bisa hadapin ini bareng."

Mata Ethan menyala lagi dengan kemarahan yang lebih panas. "Lo nggak ngerti! Semua yang lo lakuin cuma nambahin beban gue! Lo nuntut gue buat baik-baik aja, lo selalu pengen jawaban dari gue, tapi lo nggak pernah ngerti gimana penuhnya kepala gue! Gue benci sama hidup gue sekarang, dan lo bikin semuanya makin buruk!"

Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti racun yang menyusup ke hati Jenia. Tapi kali ini, dia tak akan lagi jatuh tersungkur oleh rasa sakit. Dia menatap Ethan, menyerap semua rasa marah yang dilemparkan padanya. "Aku di sini bukan buat nambah beban kamu. Aku cuma pengen ngerti apa yang kamu rasain. Aku nggak akan lari."

LAUT UNTUK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang