Chapter 22

1.6K 89 3
                                    

[ Austin & Haley's Part ]

Kelas laboratorium. Aku tidak begitu pandai, aku berpartner bersama Jake seperti biasa. Dia yang mengerjakan semuanya dan aku yang mencatat.

"Bagaimana kau mengerti semua ini?" tanyaku saat melihatnya mengaduk-aduk larutan dengan hati-hati. Dia hanya tersenyum. Aku mencatat lagi apa yang dia katakan tentang pelarutan dan sebagainya. Kulihat kemeja Reina dan Luke, mereka asik tertawa-tawa, tidak peduli soal tugas kali ini. Aku belum bertanya pada Reina, kupikir kalau dia mau cerita, nanti pasti dia akan cerita. Lalu aku menoleh kearah Austin, yang juga sedang mencatat bersama dengan Lucy sebagai partner lab-nya. Lucy baik beberapa hari kebelakang ini. Dia terkadang ngobrol denganku saat pelajaran dan kami satu team dalam olahraga voli. Austin menoleh kearahku merasa diperhatikan dan dia berkedip. Aku buru-buru memalingkan wajahku.

"Hei, Haley- catat—" Jake meninju pelan lenganku saat aku bengong memperhatikan Austin. Aku mengaduh lalu kembali mencatat dan menggambar. Jake menoleh kebelakang melihat Austin dan dia menunduk untuk berbicara denganku. "Kau sungguh menyukainya, ya?" tanyanya dan aku hanya tertawa pelan. "Dia juga sangat menyukaimu, kau tahu—" katanya

"Bagaimana kau tahu?" tanyaku tanpa mendongak menatapnya

"Aku ini lelaki—aku tahu kalau mereka sedang jatuh cinta, dan lagi Austin juga temanku-"

"Ha-" ujarku lalu selesai menulis. "Ya, aku menyukainya- sungguh. Dan dia juga bilang dia mencintaiku—tapi, aku tidak membalasnya—"

"Kenapa?" aku menghela nafas lalu menaruh pulpen yang kupakai untuk menulis tadi.

"Aku takut- aku takut aku akan merasa sangat sangat mencintainya. Aku takut kalau nanti kami tidak bersama lagi, aku akan sakit hati- dan aku takut kalau sudah begitu aku tidak bisa lagi mencintai orang lain..." Jake menyentuh bahuku.

"Kau tidak akan berpisah dengannya, kau tahu itu—" aku menggeleng

"Tidak, aku tidak tahu. Ya, kami baik-baik saja sekarang. Tapi aku tidak tahu kalau nanti. Bagaimana kalau aku mulai sungguh mencintainya dan dia menyakitiku—kami berpisah—"

"Haley—" dia menyuruhku berhenti bicara. "Kalian akan baik-baik saja. Austin sangat mencintaimu dan begitu juga dengan dirimu—jangan berpikir yang aneh-aneh—kau percaya kalian akan terus bersama?"

"Aku tidak tahu—" kataku menunduk. "Kau?" tanyaku pada Jake

"Pribadi? Ya, aku percaya. Dia anak yang baik, kau anak yang baik- apalagi yang kau takutkan..." ujar Jake. Aku tertawa kecil dan mengangguk-angguk.

"Oke, aku takut berhubungan dengan dirinya—kau tidak boleh bilang pada siapapun. Aku baru memikirkannya belakangan ini—dia begitu, intim denganku—aku takut kalau dia menyentuhku nanti, dia tidak akan senang dengan apa yang dia lihat—"

"Kau berbicara tentang seks?" potong Jake terkejut, alisnya terangkat. Wajahku memerah dan aku hanya menatapnya. "Haley- kau serius memikirkannya?" Jake terkekeh. Aku membenamkan wajahku ditelapak tanganku merasa malu.

"Dia begitu—sungguh sangat intim denganku, cara dia bicara, cara dia menciumku—aku merasa ini akan terjadi cepat atau lambat—"

"Oh, Haley!" Jake menepuk tangannya sendiri sambil tertawa

"Tidak lucu- kau menyebalkan—" kataku kesal. Jake menggeleng-geleng lalu dia berhenti tertawa, menahan bibirnya untuk bergetar lagi.

"Apa yang membuatmu berpikir dia tidak akan suka?" tanya Jake. Wajahku memerah. Aku seharusnya bercerita seperti ini dengan Reina, bukan dengan anak lelaki seperti ini. Tapi Jake adalah teman dekatku, tidak ada salahnya menceritakan masalah ini dan meminta pendapat dari sudut pandang anak lelaki.

Happily (N)ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang