[ Erica's & Liam's Part ]
Tengah malam saat Erica dan seisi rumah sudah terlelap, tiba-tiba dikejutkan dengan suara riuh dari luar dan diiringi bunyi tembakan. Erica langsung bangun duduk tegak ditempat tidurnya sementara Liam buru-buru turun dari tempat tidurnya, menengok kearah jendela.
"Ada apa?" Erica ikutan menoleh. Dilihatnya dari dalam prajurit kerajaan sedang menyeret beberapa orang warga, yang sepertinya keluarga. Terjadi keributan diluar sana. Matias tidak lama masuk berhambur kedalam kamar.
"Erica, Erica!! Kau harus lihat kedepan—" sebelum Erica sempat bertanya, Matias sudah kabur dan terpaksa Erica dan Liam mengikutinya. Begitu sampai didepan pintu, ayah Matias langsung menutupnya karena takut mereka juga akan terkena tangkap.
"Ada apa?" tanya Liam, dia mengintip dari jendela.
"Mereka tidak mau bayar pajak rumah—sudah terlalu lama mereka tidak sanggup membayarnya-" kata Arthur, ayah Matias. Matias melekat erat ketubuh Erica, Erica memeluknya. Teriakan ramai-ramai masih terdengar, begitu juga tangisan dan erangan seorang wanita karena dia diseret paksa untuk ditangkap. Erica memalingkan wajahnya tidak sanggup melihat.
"Ini tidak bisa—" Liam buru-buru membuka pintu rumah lalu berlari keluar, menghadang pasukan dan tahanannya berjalan. Erica menutup mulutnya sendiri melihat suaminya berdiri didepan banyak orang, begitu tegap- masih seperti sosok pangeran seutuhnya.
"Lepaskan mereka.." ujarnya pelan. Prajurit itu hanya mendengus.
"Kalau tidak apa? Kau akan berbuat apa?" ejeknya. Liam mengerutkan alisnya. "Kau bukan lagi pemimpin kami, Liam- lihat pakaianmu—" ujarnya.
"Lepaskan mereka. Ini sudah keterlaluan.." Erica maju untuk membela Liam. Dilepasnya pelukannya dari Matias lalu dia berdiri disamping suaminya. Rakyat-rakyat lalu perlahan berdiri disamping dan disekitar mereka berdua.
"Hah. Lihat, kalian dapat teman.." ujar sang prajurit menunjuk orang-orang yang disekeliling mereka. Erica memperhatikan sekeliling mereka, rakyat ada dipihaknya. "Minggir- kalian membuang-buang waktuku.." katanya sambil berusaha maju. Mereka tidak bergeming. Liam menelan ludahnya sendiri. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi dia tahu ada pegangan.
"Izinkan aku bicara dengan Louis- mengenai semua ini. Jangan bawa mereka, kumohon- lepaskanlah..."
"Liam!" bentak Erica. Liam tidak mendengarkannya. Dia tahu kembali lagi untuk bicara dengan Louis adalah pelanggaran dari janjinya untuk tidak lagi memasuki kerajaannya, tapi dia tidak tega melihat keluarga itu diikat dan diseret hanya karena masalah uang. Prajurit itu memandang Liam, lalu rakyat dan Erica.
"Kumohon, lepaskanlah mereka.." ujar Liam lagi. Prajurit itu melirik kearah tahanannya lalu menghela nafas.
"Louis tidak akan mendengarmu, kau tahu.."
"Setidaknya izinkan aku bicara- bawalah aku, lepaskanlah mereka.." kata Liam lagi. Erica melongo mendengar apa yang baru saja suaminya katakan. Erica mengamit lengan Liam, seakan pertanda dia tidak boleh melakukannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku tidak tahu.." jawab Liam pelan. Erica tidak lagi membuka mulutnya. Prajurit itu lalu dengan kasar membuka ikatan dilengan keluarga itu lalu mendorongnya kearah Erica dan yang lainnya, mereka ditangkap langsung oleh para rakyat dan Erica meraih tubuh sang ibu yang begitu lemas, dan dia menangis dipelukan Erica. Erica mengusap punggung ibu itu, berusaha menenangkannya. Prajurit itu lalu menerobos kerumunan didepannya lalu dengan mudah menarik Liam keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (N)ever After
RomanceCinta sejati itu selalu lahir baru disetiap zaman, begitulah kata orang-orang.