Begitu keluar kelas keesokan harinya, kulihat Lucy sedang membagi-bagikan seleberan. Mungkin sedang kampanye dan sebagainya. Aku menolak untuk melihat apa yang dia bagikan, tapi itu terpampang jelas dipintu lokerku. Foto dirinya dan Austin bersama, mengenakan pakaian teamnya dan Lucy dengan seragam pendek cheerleadernya. Aku melepaskan kertas itu dengan kesal lalu kubuang kelantai.
Sepanjang aku jalan, banyak poster mereka. Didinding, semua orang membicarakannya. Awalnya aku tidak begitu masalah, tapi sekarang semua orang seakan lupa kalau aku adalah kekasihnya Austin, bukan Lucy. Aku berbelok kearah parkiran, tempat Jake sudah menungguku- hari ini Reina dan Luke tidak ikut karena Luke mau latihan, dan Reina menemaninya. Aku ingin juga menemani Austin, tapi dia bilang tidak usah ketika aku bilang aku ingin melihat-lihat gaun untuk prom, jadilah Jake yang menemaniku.
Begitu aku sampai diparkiran Jake sudah duduk diatas kap mobilnya dan tersenyum saat melihatku.
"Sudah lama?" Dia turun dari kap mobilnya lalu membukakan pintu untukku.
"Lumayan—" katanya lalu menyalakan mesin setelah duduk dikursinya. Aku menyandarkan bahuku dikursi, menghela nafas. "Kau sudah lihat selembaran itu rupanya-" Jake tahu isi hatiku. Aku hanya mengangguk. Kami mulai keluar dari area sekolah.
"Sebulan lagi, Hale- semuanya akan selesai.."
"Aku tahu- tapi melihatnya membuatku gerah walau aku tahu itu hanya main-main.." ujarku. Jake mengangguk, matanya fokus ke jalanan. "Hanya saja ketika aku melihat mereka dalam satu foto seperti itu- aku teringat apa yang mereka lakukan dulu- mereka kekasih- aku tidak nyaman.." ujarku lagi.
"Aku mengerti—tapi, sebentar lagi kita akan membeli gaun, dan suasana hatimu harus bagus, oke? Aku tidak mau aku yang memilihkannya untukmu. Sudah cukup aku menemanimu seperti ini—" aku tertawa mendengarnya.
"Baiklah- terimakasih, ngomong-ngomong.."
"Tidak masalah—"
Tak berapa lama kami sampai ketoko yang diberi tahu Reina waktu itu. Saat kami masuk, suasananya sepi- penuh dengan manik-manik dan beberapa patung mengenakan gaun-gaun indah. Aku sibuk terperangah melihat gaun-gaun yang dikenakan manequin-manequin itu sementara Jake sudah duduk dikursi yang sudah disediakan.
Pemilik toko itu keluar dan tersenyum ramah menyambutku. Dia langsung mengajakku untuk kedalam. Aku menoleh kearah Jake untuk minta izin secara tidak langsung dan dia hanya mengangkat dagunya.
Begitu sampai diruangan lain, mataku membelalak. Beratus-ratus gaun dengan berbagai warna mengelilingi ruangan. Aku berada disurga.
"Kau pilih apa yang kau mau, Reina sudah bicara kau akan datang- dia bilang terserah kau mau beli yang mana, dia yang bayar.."
"Dia yang bayar?" aku berbalik badan cepat. Pemilik toko itu mengangguk lalu meninggalkanku sendirian. Begitu pintu tertutup aku menghela nafas, mulai berjalan untuk melihat-lihat baju mana yang sekiranya cocok.
Kuraih gaun berwarna kuning panjang dengan pita-pita kecil didada, aku hanya tersenyum dan kulihat harganya- aku mengatupkan mulutku rapat-rapat dan langsung menaruhnya. Aku merinding melihat harganya.
Reina memang yang akan membayar tapi aku tidak enak kalau gaun yang kupilih harganya mahal- aku akan memilih yang biasa saja, Reina terlalu baik.
Aku melangkah mengitari rak-rak yang mengelilingi ruangan dan mataku tertuju pada gaun putih panjang berbahan chiffon. Kuambil dan kulihat sungguh lembut dan aku buru-buru menempelkannya pada tubuhku dan melihat pantulan diriku dicermin. Aku suka dengan apa yang kulihat. Aku memasuki ruang ganti dan memakainya, berhati-hati agar tidak rusak dan kulihat label harganya- masih agak mahal, tapi tidak semahal yang tadi- setengahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (N)ever After
RomanceCinta sejati itu selalu lahir baru disetiap zaman, begitulah kata orang-orang.