"Kau ada dirumah?" tanya Austin saat aku mengangkat telepon.
"Sebentar—" aku menjauhkan mulutku dari telepon. "Jamie- jangan! Demi Tuhan, ini bisa membuatmu terluka!" aku meraih gelas beling yang dipegangnya. "Ya, hallo? Aku dirumah- hai.." kataku padanya lagi.
"Jamie?"
"Ugh. Sepupuku! Ayah ibunya sedang pergi makan dengan ayah ibuku sedari tadi pagi, dan sekarang aku tidak boleh kemana-mana. Terjebak dengan, hei!" Aku berteriak saat Jamie menarik rambutku. Matanya begitu bulat menatapku.
"Aku lapar—"
"Kau baru makan!" kataku tanpa menutup telepon. "Hello, Austin? Nanti kutelepon kembali ya- aku.." sebelum telepon kututup Jamie sudah memencet tombol mati, dan hubungan kami terputus. Aku membanting telpon agak keras dan berkacak pinggang menatap anak ini. "Aku masih menelepon.."
"Kau bilang kau akan meneleponnya balik- itu tandanya kau sudah mau selesai.."
"Ya, tapi itu masih- bukannya berarti sudah selesai.."
"Aku lapar, Hale.." ujarnya tanpa mempedulikanku. Aku menghela nafas. Kuseret lengannya kedapur lalu aku membuka kulkas.
"Pudding?" aku menawarkannya karena itu yang tersisa. Jamie mengangguk dan aku memberikannya. Jamie adalah sepupu perempuanku. Berumur kurang lebih 3 tahun, sangat lincah dan terkadang usil. Aku tidak pernah mau menjadi pengawasnya, ibuku tahu itu- karena itu dia tidak memberitahuku begitu aku bangun, dia sudah ada dirumah dan tau-tau ibu ayahku bilang aku harus menjaganya. Aku mengamatinya makan.
"Haley, kau tidak pergi keluar?" tanyanya
"Aku harus mengawasimu, kau tahu.."
"Siapa itu ditelepon tadi?"
"Temanku.."
"Namanya?" aku menghela nafas.
"Austin.."
"Dia pacarmu?" aku tidak menjawab.
"Makan saja pudding mu oke? Aku akan menelepon temanku lagi, karena tadi begitu tidak sopan dan jangan ulangi lagi.." hardikku, dia hanya nyengir. Aku meraih telepon lagi lalu meneleponnya.
"Kita belum selesai bicara tadi, miss.."
"Aku tahu, maaf. Jamie yang melakukannya- kau tahu, aku terjebak bersamanya hari ini. Aku tidak bisa kemana-mana.." kataku. dia berdecak agak kesal. "Maaf—aku juga tidak mau tinggal dengan anak ini sebenarnya—" aku melirik kearah Jamie yang memutar bola matanya kearahku.
"Tidak apa- aku mengerti.." dia tertawa pelan. "Kau sendirian dirumah?"
"Umm ya- selain bersama dengan Jamie—" kataku
"Oke.." dia menghela nafas. "Aku kesana ya?"
"He? Mau apa?" aku buru-buru melarangnya
"Membantumu menjaga sepupumu itu—lagipula kalau kau tidak bisa keluar bukan berarti tidak ada cara lain untuk bertemu kan.." katanya lagi. Aku menggigit bibir bawahku, menimbang-nimbang apakah aku mau dia kemari atau tidak.
Ah, tentu saja aku mau.
"Baiklah- tapi kuperingatkan, anak ini begitu nakal.."
"Aku tidak!" balas Jamie yang mendengarku. Austin tertawa mendengarnya.
"Sebentar, aku ganti baju dulu- aku akan kesana.."
"Oke.." dan telepon dimatikan.
"Pacarmu mau kesini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (N)ever After
RomanceCinta sejati itu selalu lahir baru disetiap zaman, begitulah kata orang-orang.