Saat memasuki dapur, aku melihat kalender. Tanggal 28 dilingkari dengan spidol berwarna merah. Aku tersenyum. Itu hari ulangtahunku, aku genap berusia 18 tahun, ayah dan ibuku sudah berangkat kerja sepertinya. Kulirik jam. Sudah pukul 8, ya mereka sudah berangkat. Telpon berdering.
“ Haley?”
“ Rey? Ada apa?”
“ Austin mengadakan pesta malam ini dirumahnya, aku tidak tahu untuk apa. Kurasa dia ulangtahun..”
“ Kita diundang?”
“ Sebenarnya Jake dan Luke yang mengajakku- dan mereka menyuruhmu untuk ikut juga..”
“ Austin mengundang Jake dan Luke?”
“ Mereka teman walaupun dulu, Hale- intinya, kau mau ikut tidak?” aku berpikir sebentar
“ Malam ini? Aku tidak tahu rumahnya..”
“ Kumpul dirumah sikembar jam 6 nanti, kita pergi bersama—“ ujarnya. Aku mengingat-ingat ada urusan apa aku nanti malam, dan sepertinya aku kosong.
“ Kita akan sendirian disana—“
“ Tidak, kita berempat, Hale—“ ujar Reina, membuatku tersenyum. “ Kau mau tidak?” tanyanya lagi
“ Baiklah—kirim foto baju yang kau kenakan agar aku bisa kira-kira mau pakai baju apa, oke?”
“ Beres! Sampai jumpa jam 6, jangan terlambat!” kata Reina lalu mematikan teleponnya. Aku buru-buru menelepon ayah ibuku, memberitahu bahwa aku akan pergi. Mereka memberiku izin asal tidak lebih dari jam 1 malam. Mereka pulang terlambat juga malam ini rupanya.
*
Rumah Austin besar. Sekali. Mungkin rumahku, dikalikan tiga kali- adalah rumahnya. Begitu kami masuk kedalam, suasananya sudah ramai- dan musik terdengar kencang sekali. Austin membukakan pintu untuk kami, lalu berjabat tangan dengan Luke, Jake, Reina dan saat berjabat tangan denganku- kami saling bertatapan agak lama. Tangannya menggenggam tanganku erat-erat, seakan dia tidak mau melepaskannya.
“ Selamat ulangtahun, Austin—“ kataku memulai berbicara setelah kami bengong, dan Austin seakan sadar, melepas tanganku dan memasukannya kedalam saku. Dia mengajakku dan yang lain kearea kolam renang belakang. Suasananya lebih meriah, lampu dimana-mana dan kebanyakan semua orang hanya memakai baju renang.
“ Aku tinggal dulu—“ kata Austin saat dia melihat Lucy, dengan ditutupi handuk berjalan kembali kedalam rumah. Aku dan Reina saling bertatapan.
“ Somebody is gonna get laid toniiiiight!” bisik Jake, mengerti apa yang aku dan Reina telepatikan. Kami berdua tertawa. Kami berempat mencari tempat duduk didekat kolam. “ Sebentar, aku ambil minum dulu? Kalian mau?” tanya Jake. Kami semua mengangguk, dan Jake pergi menjauh.
“ Sebenarnya untuk apa kita disini? Kita tidak kenal siapa-siapa..” ujar Reina sambil memandang sekeliling. Aku juga jadi agak menyesal tidak menghabiskan malamku duduk dikamar sambil menonton bersama Molly. Disini berbeda, semuanya terlihat asing.
“ Ini untuk Austin- dengar, walau bagaimanapun- dia tetap menghormati kelompok lain. Bahkan kelompok seperti kita..” ujar Luke. Jake kembali dengan 3 botol bir lain ditangannya.
“ Oh, aku tidak minum—“ tolakku saat Jake menyodorkannya kearahku. Mereka spontan melihat kearahku dengan terkejut. “ Aku tidak minum bir—“ kataku lagi.
“ Yasudah, jadi dua punyaku—“ kata Jake sambil mengangkat bahu.
“ Kau tidak pernah minum? Atau tidak suka?” tanya Reina
“ Siapa yang tidak suka bir, Reina—“ timpal Luke sambil meneguk botolnya.
“ Aku tidak pernah minum. Orangtua-ku melarang, dan menurutku itu berbahaya- jadi, kuputuskan untuk tidak pernah mencoba..” jawabku, membuat ketiga yang lain berusaha menahan tawa. Aku memutar bola mataku. “ Terserah kalian mau bilang apa- tapi itu, prinsipku. Oke?” kataku lagi, diikuti oleh mereka yang mengangkat bir mereka tanda setuju.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (N)ever After
RomansaCinta sejati itu selalu lahir baru disetiap zaman, begitulah kata orang-orang.