[Erica's Part]
"Erica?"
Ibunya menyadarkan Erica yang sedang merenung dikamarnya. Dia menoleh dengan tatapan letih seperti biasa kepada ibunya dan tersenyum.
"Kau harus makan—"
"Aku tidak lapar.."
Ibunya berdecak kesal, dan dia duduk disebelah Erica. Diambilnya tangan putrinya itu dan diremasnya erat-erat.
"Sudah 5 tahun berlalu.." gumamnya. "Dan aku masih tidak bisa melupakan bagaimana Liam mati dihadapanku.." Erica menelan ludahnya sendiri. "Setiap detik, ingatanku akan peristiwa itu semakin nyata—wajahnya, bersimbah darah.."
"Erica.."
"Dan setiap Julie bertanya—" ujarnya. Dia terhenti mengingat anak perempuannya yang berusia 4 tahun itu yang terkadang menanyakan keberadaan Liam, dan Erica hanya membalasnya dengan jawaban yang sama.
'ayahmu ada ditempat yang sangaaaat jauh sekali, dan indah..'
'apakah ayah akan kembali kemari?'
'aku tidak tahu..'
'kalau begitu apa aku akan bertemu dengan ayah?'
'julie..'
'apa kita bertiga akan bertemu ditempat indah itu nanti? Bersama-sama?'
Lalu dengan senyum paling lirih Erica menjawab 'ya, pasti- ayahmu sudah berjanji..'
"Dan sama sekali, aku tetap mencintainya.." dia memejamkan mata agar air matanya tidak jatuh. Ibunya memeluknya erat sambil mengelus rambutnya.
"Aku tahu, kau sedih sekali. Aku juga merasakan hal yang sama ketika ayahmu pergi. Tapi, sayang- hidup harus terus berlanjut.." Erica mengangguk.
"5 tahun aku berusaha melanjutkan hidupku- dan aku hampir merasa selesai.."
"Erica, jaga bicaramu.."
"Aku minta maaf, tapi aku tidak sekuat ibu.." ujarnya. "Kalian sudah bersama, sedari dulu- bersama mengurus kerajaan ini- melahirkan aku dan Ashley, melihatku menikah- kalian lebih lama bersama dibanding denganku dan Liam.." katanya.
"Erica.."
"Ibu, aku bersama dengan Liam baru hanya sebentar- dia bahkan tidak melihatku melahirkan Julie. Dia tidak diberi kesempatan untuk melihat anaknya tumbuh besar seperti sekarang—aku stress, ibu—aku merasa semua tidak adil. Dunia ini tidak adil.."
"Dengar—" ibunya menepuk paha Erica pelan. "Kau tidak bisa menyalahkan keadaan. Kau tidak bisa menyalahkan dunia ini. Kalau memang itu terjadi, baik atau buruk- itulah takdir kita.."
"Jadi ibu berasumsi aku dan Liam tidak ditakdirkan bersama? Setelah semua yang kami lakukan? Aku berani bicara pada ayah tentang hubungan kami? Liam ikut berperang memperluas wilayah dan berperang melawan Lou—semua usaha kami untuk bersama ini ternyata hasilnya seperti ini?" nada suara Erica terdengar marah. Ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bukan itu yang aku katakan.."
"Apapun yang ibu coba katakan kepadaku tidak akan membuatku merubah pikiranku. Dunia ini tidak adil padaku dan Liam. Aku mencintainya, lebih dari apapun- dan dunia ini mengambil dirinya dariku. Dariku. Oh dan dia juga tidak hanya mengambil Liam, dia juga mengambil ayah dan juga Brad serta separuh pasukan kerajaan dan rakyat yang ikut jadi korban selama bertahun-tahun.." erica memejamkan matanya, berusaha untuk tenang. "Apa yang dunia ini tinggalkan untukku? Untuk kita? Kerajaan runtuh yang berusaha kita bangun dari awal lagi- dan kesendirian.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (N)ever After
عاطفيةCinta sejati itu selalu lahir baru disetiap zaman, begitulah kata orang-orang.