Chapter Seven

2.6K 180 9
                                    

Semenjak Liam mencium Erica, Erica jarang sekali keluar dari istana-nya. Dia jarang bermain diluar, hanya mengurung diri didalam kamarnya- membaca buku, atau hanya tiduran, atau hanya bermain dengan pelayan istana, ataupun Ashley. Dia melihat kearah kalender didinding kamarnya. Ada tanda bulat merah disana. ulang tahun Liam hari ini, seminggu sebelum ulangtahunnya. Erica sebenarnya ingin sekali memberi Liam hadiah, selama didalam kamar, dia menjahit baju dingin untuk Liam yang menurutnya hasil terbaiknya, dia terkadang merasa malu karena masih saja memikirkan Liam, lelaki yang sudah seenaknya menciumnya sembarangan. Tapi Erica juga tidak bisa bohong kalau dia suka pada Liam.

“ Erica? Hei-“ Ashley yang sedari tadi memanggilnya, mengguncangkan tubuh Erica yang sedang melamun sambil memegang bungkus kado untuk Liam. Erica berdehem lalu tersenyum kepada Ashley. “ Untuk Liam?” tanyanya menunjuk bungkusan yang ada dipangkuan Erica. Erica hanya menunduk tidak menjawab. “Oiya, ulangtahunnya ya hari ini- berikan saja, apa yang kau tunggu?” tanya Ashley. Erica menghela nafas.

“ Aku tidak mau bertemu dengannya—“ kata Erica. Ashley duduk disamping Erica

“ Kenapa?” Erica tidak menjawab, hanya menggeleng.

“ Ashley, kau bisa berikan ini kepadanya?” erica menyerahkan bungkusan kado itu kepada ashley, “tolong berikan pada Liam, bilang dariku—selamat ulang tahun..” ashley dengan bingung menerima kado tersebut sambil mengangguk pelan.

“ O…ke? Aku baru saja dari sana, mengucapkan selamat untuknya- kenapa tidak kau berikan sendiri? Kau biasanya dekat dengan dia? Ada masalah?”

“ Tidak- aku hanya sedang malas untuk keluar.. tolong, Ashley- berikan padanya—“ Erica mendorong pelan tubuh Ashley mengisyaratkan agar dia segera bangun dan Ashley mengerti, dia segera keluar dari kamar dan berlari kekamar Liam.

“ Terimakasih—“ kata Erica lalu menyenderkan kepalanya dikepala kasur dan memejamkan matanya.

========================================================

Malamnya saat makan malam, tidak disangka ayah Erica mengundang Liam untuk makan malam bersama dimeja. Erica yang baru turun diam mematung saat melihat Liam duduk dikursi tempat biasa dia duduk.

“ Erica, sayang- ayo kemari, kita makan bersama- kami sudah menunggumu—“ ibunya menyuruhnya untuk segera ikut makan. Dengan enggan Erica duduk disebelah Liam, Liam sama sekali tidak berbicara- sesekali Erica melirik untuk melihat Liam, tapi lelaki itu tidak menoleh kearahnya, sampai semua makanan sudah tiba dimeja dan semua sudah mendapatkan makanan dipiringnya masing-masing. Erica yang agak kecewa karena Liam sedari tadi sibuk tertawa dan bercanda dengan ayahnya dan yang lain, tidak mengubrisnya- mengunyah makanannya dengan cepat. Setelah selesai dia meneguk minumannya lalu mengambil serbet untuk mengelap bibirnya.

“ Boleh aku kekamarku sekarang? Aku sudah selesai makan—“

“ Erica! Kami semua masih makan- ayahmu masih belum menghabiskan makanannya—“

“ Mom, aku tidak enak badan—“ katanya berbohong lalu tanpa banyak bicara, Erica bangkit meninggalkan ruang makan. Ibunya yang ingin mengejarnya, ditahan oleh ayahnya yang mengerti, ada yang tidak beres dengan anaknya.

“ Kenapa dengan kakakmu?” tanya ayahnya kepada Ashley, Ashley hanya menggeleng. Liam yang tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh perginya Erica langsung menaruh sendoknya dan buru-buru minum dan mengelap mulutnya.

“ Terimakasih atas jamuannya, sir- aku harus kembali kekamarku—“ kata Liam lalu bangkit berdiri, “ selamat malam—“ ujarnya lagi lalu dia berlari kecil keluar dari ruang makan, mencari Erica kesuluruh penjuru istana, tetapi dia tidak ada dimana-mana, bahkan dikamarnya. Liam menghela nafas dan akhirnya dia menyerah. Dia ingin minta maaf bahwa dia membuat sang putri tidak nyaman selama ini, ditambah kejadian pada waktu itu. Liam ingin sekali kembali berteman dengan Erica, mesti dia harus mengenyampingkan perasaannya yang lebih dari sekedar hanya ingin berteman.

Happily (N)ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang