Dari kejauhan terdengar bunyi derap kuda. Erica bangun dari tidurnya dan segera mengenakan mantelnya melihat keluar jendela. Beberapa pasukan dari kerajaan lain datang dan ayahnya menghampiri mereka, ada seorang raja yang berjabat tangan dengan ayahnya. Lalu dia mengalihkan pandangannya kesebelah, seorang pangeran. Bertubuh tegap dan senyumnya yang rupawan, dan rahangnya yang terbentuk indah bersalaman dengan ayahnya. Tak lama pangeran itu menoleh keatas dan bertemu mata dengan Erica, Erica diam saja tidak bereaksi tetapi pangeran itu tersenyum kearahnya. Hal terakhir yang dia lihat adalah ayahnya mempersilahkan mereka untuk masuk kedalam.
=====================================================
Semua penghuni kerajaan, termasuk Liam, ikut berkumpul siang itu diruangan besar dimana ayah dan ibunya juga dirinya duduk jika ada sesuatu yang penting. Dia sudah menggunakan pakaian terbarunya yang diberikan ayahnya hari ini, warnanya krem- sangat cantik sehingga saat jalan menuju kemari, semua mata tertuju padanya, dan bahkan Liam dari tempatnya berdiri tidak lepas pandangannya dari Erica, dan Erica merasa risih diperhatikan seperti itu, ia hanya melotot dari tempat duduknya mengisyaratkan Liam untuk berhenti, tapi Liam hanya tersenyum.
Tak lama, seorang raja dan pangeran yang Erica lihat pagi ini datang masuk kedalam ruangan, ayah dan ibunya berdiri dan menyambut, dia tidak tahu apa yang dilakukan jadi dia ikut berdiri disebelah ayahnya.
“ Kehormatan untuk menjadi tamu dikerajaan anda, sir-“ ayah Erica mengangguk.
“ Semuanya, ini adalah Raja Louis, dan dia adalah kawan lama terbaik dari kerajaan ini-“ semuanya mengangguk-angguk. Sang pangeran menoleh kearah Erica, dan tersenyum- Erica membalas senyumnya singkat.
“ Dan ini adalah anak dari Raja Louis, Pangeran Brad-“ ayahnya mengenalkan sang pangeran tersebut, semua orang tersenyum, Brad ikutan tersenyum. Ayah Erica lalu menggandeng Erica untuk maju kedepan, berdiri didepan Brad. Erica agak kikuk ketika berdiri didepan Brad, yang dengan lincah meraih tangan sang putri dan berlutut menciumnya, wajahnya memerah.
“ Putri Erica, bukan?” tanya Brad. Dia mengangguk, tidak banyak berbicara. Setelah ayahnya mengumumkan bahwa Brad dan ayahnya akan tinggal dikerajaan ini selama sesaat, semuanya bubar. Erica sempat melihat kearah Liam, Liam tersenyum dan mengangkat alisnya- mengisyaratkan untuk bertemu ditaman belakang seperti biasa, lalu dia keluar dari ruangan. Tinggal ada dia dan Brad disana tanpa disadari. Ayah ibunya dan ayah Brad sudah berjalan. Brad mengulurkan tangan kearah Erica.
“ Aku bisa jalan sendiri—“ kata Erica lalu melewati Brad begitu saja. Brad menarik nafas lalu mengekor dibelakang Erica. Dia melihat Ayah dan ibunya sudah berbelok keruang keluarga mereka, tetapi Brad masih mengekori Erica sampai kedepan kamar.
“ Apa yang kau lakukan?” tanya Erica sebelum membuka pintu kamarnya.
“ Berbicara denganmu—“ ujarnya enteng. “Erica, sebagai seorang putri kau tidak berkelakuan seperti seorang putri-“
“Kalau kau ingin merayu seorang wanita, mungkin akan lebih bekerja jika kau menggoda saudaraku-“ lalu Erica membuka pintu, tapi Brad menghalanginya dengan tangannya. Erica pun dengan kesal berbalik, memandang wajah Brad dari dekat, lalu membuang muka seperti biasa.
“Aku sudah kenal dengan Ashley, kau mungkin lupa- saat pesta ulangtahunmu, aku datang?” tanyanya. Erica berusaha mengingat semua yang datang tapi dia tidak ingat. “ Tidak??” tanyanya diikuti Erica yang menggeleng. Brad menghela nafas.
“Baiklah, sampai ketemu makan malam nanti, Erica—“ brad lalu pamit dari hadapannya dan Erica masuk kedalam kamarnya, mengganti pakaian untuk bertemu dengan Liam. Sesampainya mengendap endap dihalaman belakang Liam sudah duduk dibebatuan terlihat bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happily (N)ever After
RomanceCinta sejati itu selalu lahir baru disetiap zaman, begitulah kata orang-orang.