Chapter Eleven

2.4K 140 13
                                    

Jumat malam, adalah hari pertandingan football sekolah kami lagi. Aku berlarian ditengah kerumunan orang yang sudah mengambil tempat duduk mereka. Gara-gara ketiduran dirumah Reina, sekarang tempat duduk kami sudah diisi dengan orang lain. 

"Bagus, sekarang kita bagaimana?" tanya Jake yang ikutan kena imbasnya karena dipaksa ikut bersama dengan aku dan Reina. "Ini pertandingan pertama Luke, jangan sampai kita tidak menonton!" katanya lebih keras ditengah suara orang yang ramai berceloteh. Luke memutuskan untuk mengikuti team football dipertengahan semester kemarin, dan baru hari inilah dia diizinkan bermain dilapangan. Aku menoleh kesana kemari berharap ada kursi kosong namun nihil. 

"Bisakah kita berdiri saja dipinggir sini?" tanya Reina menunjuk tempat kami berdiri. Jake melihat sekeliling dan dia menghela nafas. 

"Kurasa tidak apa-apa-" jawabku. Akhirnya kami dengan pasrah berdiri ditempat kami berdiri menunggu pertandingan dimulai. Tak berapa lama team sekolah kami memasuki lapangan dengan diiringi bunyi gemuruh gendang memenuhi lapangan. Austin, sebagai kapten masuk lapangan duluan dan dia berjalan begitu gagah kearah lapangan, jantungku seakan tidak bisa menerimanya lagi- aku tidak bisa bernafas begitu dia mendekat kepinggir lapangan untuk berbicara dengan pelatih sekolah kami. Jake menyenggolku, lalu melirikku jahil. Aku membalasnya dengan mencibir dan melanjutkan tepuk tanganku. Lalu tanpa kami sadari Luke juga ikutan kepinggir. 

"Luke! Luke!!" kami seperti anak kecil melambaikan tangan heboh kearah Luke, Luke menoleh. Bukan hanya dirinya yang menoleh, semua anggota menoleh kearah kami dan kami lalu diam. Mereka tertawa lalu menyenggol Luke, Luke tertawa kecil lalu melambai kearah kami. Tak sengaja aku menoleh kearah Austin, dia sedang melihat kearahku. Aku tersenyum singkat kearahnya, dan dia berkedip kepadaku. 

Apa maksudnya kedipannya barusan? Aku membuang muka dan kembali memperhatikan lapangan. Disatu sisi, team lawan sudah siap ketengah dan mereka akhirnya bertanding. Kulihat dari barisan cheerleader, Lucy dan yang lainnya bersemangat menyoraki team sekolah kami. Dia begitu cantik, dan sangat ceria- terkadang aku iri dengannya, dia dapat semuanya, kecuali sifatnya yang jahat. Lucy menangkap mataku yang memperhatikannya, dia menatapku tajam dan membuatku membuang muka akhirnya- menonton pertandingan. 

"Heeeeei- jagoan kita!" teriak Reina sambil menggandeng Luke saat dia berjalan mendekati kami keluar dari ruang lokernya. Luke tersenyum malu lalu memeluk kami semua. 

"Kalian lihat pertandingan barusan? Aku merasa aneh, tapi menyenangkan.." ujarnya 

"Selamat datang didunia cowok, Luke!" kata Reina. Luke mengangkat bahu. Kami semua lalu berjalan kearah parkiran, hendak pergi makan ditempat kami biasa nongkrong. 

"Omong-omong, bagaimana perbincangan di ruang ganti cowok?" tanya Reina saat kami sudah naik kedalam mobil dan Jake sudah menyetir keluar dari parkiran. 

"Semuanya tentang football, dan mereka- akan merayakannya-" jawab Luke. Aku tertegun, mengingat tradisi yang diceritakan Austin waktu itu. Apakah dia akan tidur dengan perempuan lain lagi?  

"Kau tidak ikut bersama mereka?" tanyaku 

"Tidak- aku masih baru, dan aku lapar- jadi.." kami mengerti. Luke paling tidak bisa beraktivitas kalau lapar, dia memang gila makan. "Lama betul sih- sudah sampai belum sih?" ujarnya. 

"Kau mau aku ngebut?" tanya Jake 

"Jangan!!!" kami semua spontan berteriak dan Jake tertawa. Sekali kami pernah merasakan Jake mengebut, luar biasa. Jantungku serasa masih tertinggal ber-mil-mil dibelakang saking cepatnya. 

Tak berapa lama, kami sampai di tempat biasa kami makan. Aku menggandeng Reina dan Reina menggandeng Luke. Aku mengira ada sesuatu diantara mereka. Sejak beberapa hari belakangan ini mereka selalu terlihat lebih dekat, tapi aku tidak pernah bertanya pada Reina- dan dia juga tidak pernah cerita. 

Happily (N)ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang