Chapter Four

3.5K 212 8
                                    

Malamnya, erica kembali tidak bisa tidur. Dia belakangan sulit untuk tidur, dan ditambah lagi ada Teddy dan Ashley dikamar. Aku sudah tidak berani masuk kekamar lagi. Teddy selalu datang melalui pintu dapur belakang setiap malam, dan menggusurnya kalau dia datang. Ashley selalu memohon untuk merahasiakan kalau Teddy datang, maka itu- setiap malam aku tidak keruangan orangtuaku atau ruangan depan, takut mereka ada disana dan bertanya kepadaku kenapa aku belum tidur. Aku memilih untuk berdiam didapur, sementara pelayan kami Mrs. Henderson membuatkan aku teh hangat, dan terkadang kopi. Sebetulnya dia bisa saja mampir kekamar Liam, yang ada dibelakang kandang kuda, tetapi aku takut mengganggunya- atau membuatnya berpikir macam-macam.

“ Terimakasih, Mrs. Henderson-“ ujarnya tersenyum saat dia menaruh secangkir teh dihadapanku. Aku meniup-niupnya sebelum menghirupnya perlahan.

“ Ini sudah berbulan bulan kau tidak tidur dengan cukup, Erica- aku takut kau sakit..” katanya

“ Aku tidak apa-apa, siangnya aku selalu tidur sehabis belajar..” erica menjawab sambil menaruh kembali cangkirku. Walau aku dan Ashley tidak pergi kesekolah secara resmi, tapi orangtua kami menghadirkan guru privat untuk kami agar kami tetap tahu tentang pengetahuan, sama seperti anak lainnya. Terkadang, ayahku juga menghadirkan guru-guru yang tidak penting seperti berlatih memanah, bermain pedang dan sebagainya. Ashley jarang mengikuti hal-hal seperti ini karena dia tidak mau berkeringat. Aku masih suka ikut walau aku tidak becus juga, tapi setidaknya aku bisa memegang pedang dan menggunakannya. Terkadang ayahku menyuruh Liam untuk melatih kami mengendarai kuda. Ashley senang sekali kalau berlatih kuda- karena dia bisa leluasa menyentuh Liam dan bercanda dengannya. Liam selalu sabar mengajari kami berdua. Tidak seperti Ashley, aku agak kesulitan dalam mengendarai kuda. Reflekku tidak bagus, dan aku gampang panik. Baru jalan sedikit saja aku sudah minta turun, kata Liam- dia akan mengajariku seorang diri nanti, agar tidak terganggu oleh Ashley yang sudah mahir.

“ Aku tidur dulu kalau begitu. Kau tidak apa sendirian?” tanyanya

“ Tidak masalah, selamat malam Mrs.Henderson—“ Erica tersenyum seiring Mrs.Henderson yang pergi kebelakang dan membuka pintu kamarnya. Erica melirik jam dinding, sudah pukul 2 sekarang. Sebenarnya dia agak lelah. Tapi dia tidak ingin kembali kekamarnya. Dia merebahkan kepalanya dimeja dan memejamkan matanya, dan tak berapa lama, dia tertidur.

Keesokan paginya, Liam yang terbiasa untuk sarapan dan minum kopi didapur kerajaan, masuk melalui pintu belakang dan dia terkejut menemukan Erica yang tertidur dimeja. Dia melihat teh yang ada dimeja dan dia tahu, kekasih Ashley datang lagi malam kemarin. Niatnya untuk sarapan hilang, Liam membuka jaket yang dia kenakan lalu menutupi tubuh Erica dengan jaketnya. Liam memandangi Erica yang masih tertidur pulas dan sesekali menggeliat untuk merubah posisi kepalanya. Tak sadar, Liam tersenyum sendiri. Dia mengambil kursi dan menariknya mendekat kearah Erica. Liam ingin sekali menyentuhnya, membelai rambut sang putri, mengusap pipinya yang kemerahan, semuanya ditahan karena dia sadar statusnya dikerajaan besar ini hanyalah penjaga kandang saja. Terkadang dia merindukan rumahnya. Dimana dia dipandang karena memiliki peternakan yang besar- semuanya hilang ketika kebakaran itu terjadi. Kebakaran yang melahap habis harta, benda dan nyawa keluarganya. Beruntung Liam bisa keluar saat itu, dan diselamatkan.

Erica menggeliat lagi dan terdengar sedikit menggeram. Perlahan dia membuka matanya dan yang pertama dilihatnya adalah wajah Liam yang tersenyum kepadanya.

“ Selamat pagi, Erica..” ujar Liam saat Erica mulai membuka matanya lebih lebar. Erica menegakkan tubuhnya lalu menyentuh jaket yang dikenakan Liam tadi. Dia tidak membukanya, melainkan memakainya langsung karena kedinginan. Rambut erica yang berantakan membuat Liam ingin sekali merapihkannya.

Happily (N)ever AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang